Showing posts with label #Asia. Show all posts
Showing posts with label #Asia. Show all posts

Monday, April 15, 2013

Where to go in Singapore?

Gardens by the Bay
Sekali lagi saya dibuat takjub oleh Pemerintah Singapore. Siapa yang sangka Negara sekecil Singapore punya lahan hijau yang luasnya 101 hektar?! Di tengah kota pula! Pengerjaan Garden by The Bay dimulai pada tahun 2005 dan resmi dibuka tahun 2011. Menurut Perdana Mentri Singapore sih diharapkan tempat ini bisa jadi ikon kota Singapore dan tempat rekreasi outdoor buat warganya. 


Ada apaan aja di Garden by The Bay (GBTB)? JENG JENG! GBTB  dibagi menjadi 3 tempat yaitu: Central Garden yang fungsinya sebagai penghubung antara East dan South Garden. East Garden yang isinya tanaman tropis dan South Garden dimana kita bisa berkunjung ke Flower Dome atau rumah kaca yang penuh dengan aneka bunga dan tanaman kaktus.  Selain itu kita juga bisa liat Dragonfly & Kingfisher Lakes, Cloud Forest dan Heritage Gardens.

South Garden merupakan taman terbesar (54 hektar) diantara kedua taman yang lain. No Wonder taman ini baru rampung pengerjaannya tahun 2012. Bagi para penggemar bunga dan tanaman, sudah pasti South Garden adalah tempat yang pas banget untuk berekreasi. Tapi harap siapkan stamina ya, karena tempat ini menuntut kita untuk mengandalkan kekuatan kaki untuk keliling di area taman. Oia siap2 bawa payung untuk antisipasi jika mendadak hujan/cuaca panas yang sangat terik.

Untuk outdoor garden biayanya gratis tapi hanya dibuka dari jam 05.00 – 14.00! Sedangkan untuk masuk Dome jam buka:  09.00 – 21.00 dan biayanya 12 SGD. Lalu kita juga bisa naik Supertree Grove dengan biaya 5 SGD.

Caranya kesana bisa naik MRT Circle Line (line Kuning) lalu turun di Bayfront MRT Station CE1, keluar di exit B dan ikuti petunjuk yang ada lalu nyebrang via Dragonfly Bridge or Meadow Bridge ke GBTB.

SkyPark Marina Bay Sands Hotel
Bagi yang tidak mengidap phobia ketinggian rasanya patut mencoba Skypark di puncak Marina Bay Sands Hotel. Disini kita bisa liat 360 derajat kota Singapore dari ketinggian lantai 55. Perlu diketahui bahwa observasi skypark ini hanya ada di ujung perahu Marina Bay Sands Hotel, sedangkan klo mau foto di pinggiran kolam renang berlatarkan pemandangan Singapore, itu harus nginep di Hotelnya. Bhihihik.

Untuk observasi HTM-nya 20 SGD, tiket bisa dibeli di Ticketing Counter, Tower 3 B1. Jam operasinya dari jam 10.00 – 21.00. Karena tempat ini merupakan area terbuka maka siap2 bawa payung klo tiba2 hujan/cuaca terik.


Cara kesana bisa naik MRT Circle Line (line kuning) lalu turun di Bayfront MRT station (CE2, Exit B, C, D, E).

China Town
Klo mau beli oleh2 pusatnya disini, apa aja ada klo disini mah. Gantungan kunci, kaos, tas, dan pernak2 lucu. Tapi rata2 harganya ga bisa ditawar, udah fixed price dan penjualnya tegas! Oia di China town ini ada kuil besar, kita bisa masuk gratis untuk mengabadikan kegiatan ibadah umat Buddha. Tapi jangan lupa pake etika juga ya, jangan foto berlebihan, karena bagaimana pun juga ini adalah rumah ibadah.

courtesy: Dede Fasoli

Klo ada yang suka Tintin, di Pagoda Street ada toko yang jual aksesoris tintin. Disitu ada kaos, buku, map, gantungan kunci, boneka, miniature dan mug bergambar tintin.
Cara ke China Town naik MRT North East Line (line ungu) lalu turun di China Town MRT station.

Bugis Junction
Selain di China Town, kita juga bisa beli oleh2 di Bugis Junction. Tapi klo disini, banyakan jual produk garment (baju, celana, syall, aksesoris dll). Lokasinya mirip sama toko2 pinggir jalan deket Blok M Square. Disini juga bisa wisata kuliner makanan halal karena dekat dengan perkampungan Arab.
Cara ke China Town naik MRT East West Line (line hijau) lalu turun di Bugis MRT station.

IKEA
Saya kebetulan fans berat IKEA, meski ga mampu beli barangnya. Hehehe. ngefans doang boleh dong. Bhihihik. Toko IKEA di Singapore ada 2, yaitu di Alexandra dan Tampines. Waktu itu saya mampirnya di Alexandra dengan naik MRT East West Line (line hijau) lalu turun di Redhill abis itu naik bis nomor 64 or 33 dan turun di depan IKEA.

Meski rata2 harganya ga cocok sama dompet saya, tapi saya senang banget liat2 barang2nya. Dan akhirnya saya nemu juga tempat buat tutup ngiket bungkus roti dan plastic dan beli tas plastic IKEA dengan harga terjangkau. Mayan lah yaaa.

Merlion, Raffles Place, Esplanade dan Clarke Quay
Kayanya ke Singapore klo ga ketiga tempat ini rasanya ga afdol. Ketiga tempat ini berdekatan dan bisa dikunjungi gratis. Klo naik MRT turun di Raffles Place Station (NS26/EW14) lalu berjalan ke arah the Esplanade. Repotnya sih klo hujan. Mau ga mau mesti neduh dulu. Untuk foto di Merlion idealnya dilakukan weekdays karna klo weekend penuh banget.

Monday, March 18, 2013

Trip Singapore

Trip ini berlangsung tanggal 9 – 11 Februari 2013 dan bertepatan sama puncak perayaan imlek. Sebenernya ga sengajaan sih memilih tanggal itu, kita cuma perlu tanggal merah disela2 waktu trip, biar ga ngurangin jatah cuti. Kan sayang klo baru awal tahun, jatah cuti udah berkurang banyak.

Tujuan utama trip ini sebenernya cuma satu, yaitu ke Universal Studio Singapore! Selebihnya karena beberapa temen sudah ada yang ke Singapore, jadi itinerary dibikin simple. Saya akan bahas satu persatu tentang trip ini.

Tiket pesawat ke Singapore brapaan sih?
Awalnya agak khawatir karena tiket pesawat bakalan mahal gara2 imlek, eh ternyata sodarasodara, ada promo di tanggal segitu. Jadinya kita dapet tiket PP Rp. 1.000.000,- dengan menggunakan maskapai penerbangan Lion Air Internasional. eeitss jangan ilfil dulu, ternyata Lion Air Internasyenel itu ON TIME lho! Beda sama penerbangan lokal yang punya tagline “jagoan telat”. Harga normal tiket pesawat ke PP Jakarta - Singapore sekitar 1.6 juta. Jadi lumayan lah ya irit 600rb di peak season.

Klo tempat penginapan yang murah dimana ya?
Karena saya nginepnya di hostel, jadi saya ga akan bahas hotel ya. Kemaren saya nginep di FernLoft City, reviewnya bisa dibaca disini. Saya ga rekomen hostel FernLoft, namun disarankan nginep di 5footwayinn atau di abeary good hostel. Dua2nya punya cabang di daerah Little India, China Town dan Bugis. Tinggal pilih mau tinggal dimana.  Klo soal harga, ga beda jauh antara dua hostel itu.

Dari Bandara ke Hostel naik apaan?
Klo irit bisa naik MRT, ikutin aja petunjuk arah di bandara yang ada tulisan Skytrain di terminal 2. Petunjuk ada tiap 10 meter, jadi ga perlu takut salah2 atau kesasar. Abis naik Skytrain kita bisa lanjut naik MRT.

Klo kemana2 enaknya naik apa ya?
Singapore itu kota kecil hampir seukuran Jakarta. klo mau nyaman, naik taksi. Tapi tentunya lebih mahal. Karena saya penggemar Kereta, jadi saya sangat menikmati naik MRT selama di Singapore. Peta rute MRT bisa didapat di tempat brosur2 di bandara/hostel.  Bisa juga download aplikasinya klo HPnya android atau apple. Searching aja “MRT Singapore” di app. store gadget masing2. Abis itu donlot aplikasinya, kita bisa liat jalur dan stasiun pemberhentian.

Selain naik MRT dan Taksi, bisa juga naik bis. Kendala klo naik bis adalah kita mesti tau dengan jelas nomor bis, tarif dan halte pemberhentiannya. Di setiap halte ada kok informasi soal nama bis dan tarifnya. Tapi ketika kita naik bis, di tiap pemberhentian ga ada info nama halte. Jadi harus tanya ke supir atau penduduk lokal. Ga enaknya lagi, klo ngasi duidnya cash, suka ga dikasi kembalian. Karena memang supirnya ga merangkap jadi kondektur, jadi ya wasalam deh.

Naik MRT ribet ya?
Hehehehe. Palingan awalnya mungkin rada bingung. MRT Singapore ada 4 line. Line Merah namanya North South Line (NS). Line Hijau namanya East West Line (EW). Line Ungu namanya North East Line (NE). dan Line Kuning namanya Circle Line (CC). Klo kita berada di jalur merah, mau ke jalur hijau perlu turun di stasiun Interchange, abis itu ganti kereta ke jalur hijau. 

MRT di Singapore pasti tepat waktu karena dijalankan otomatis alias ga pake tenaga manusia. Kereta ini juga datang tiap 5-10 menit sekali. Tiap stasiun pasti ada 2 peron, untuk tau yg mana kereta yg akan kita naiki, kita harus tau stasiun paling ujungnya apa, jadi bukan stasiun selanjutnya.

Oia disana mesti beli kartu transportasi ya?
Ga mesti sih, ada dua pilihan. Bisa pake kartu EZ Link card itu, pas awal beli harganya 15 SGD dengan nilai 10 SGD, satu kartu berlaku untuk 1 orang.  Bisa di top up klo udah abis. Kelebihannya kartu ini bisa dipake buat bayar bis dan kereta. Trus ga ribet karena ga pake antri, langsung aja tempelin ke mesin sensor, abis itu langsung di-debit deh pulsanya sesuai tarif rute yang akan kita tuju. Kekurangannya paling kartu ga bisa diuangkan. Tapi kartunya bisa disimpen, klo besok2 trip ke Singapore lagi bisa dipake.

Pilihan kedua agak ribet, yaitu beli singe trip ticket. Kenapa ribet? karena cuma berlaku 1 kali perjalanan, alhasil tiap mau naik MRT kudu beli tiket alias mesti ngantri lagi. Tapi tiketnya bisa diuangkan klo kita udah selesai make.

Makanan halal di Singapore ada dimana ya?
Nah bagi umat muslim palingan pilih resto india, melayu atau franchise kaya McDonald (tapi inget McD Singapore ga ada paket nasi yaa, hihihih). Terus terang saya garis keras klo soal makanan di negara non islam. Prinsip saya, harus bener2 makan di resto india atau arab yang ketauan ga masak masakan mengandung pork atau lard. Ada beberapa alternatif resto atau food hall.
  1. Lau Pasat festival market. Dia bentuknya kaya food hall, ada macem2 resto seperti resto India, resto Seafood, resto Melayu, resto Jepang, resto Korea dan resto Indonesia. Kisaran harga skitar 3 – 7 SGD. Sebagai info saya makan di resto melayu, pesen telor balado dan tumis buncis tempe seharga 3.5 SGD atau Rp. 25,550 (1 SGD = Rp. 7300). Aqua ukuran 330 ml harganya  1.30 atau Rp. 9,490 yang perlu dicoba adalah es air tebu harganya 2 SGD atau Rp. 14,600.
  2. Singapore Zamzam. Resto india ini letaknya di Arab Street. Naik MRT jalur hijau, turun di stasiun Bugis. Saya sebenernya ga suka makanan India, tapi menurut saya makanan yang dihidangkan disini hampir semua enak. Beef Prata harganya 7 SGD, Nasi Goreng Putih (kaya nasgor tanpa kecap, ditaburin ikan  teri) harganya 4 SGD.
  3. Food Hall Lucky Plaza. Letaknya di orchard road. Naik MRT jalur merah turun di stasiun Orchard.
  4. ABM resto di Little India yang terletak di sudut jalan Syed Alwi. Kebanyakan di daerah ini adalah resto India, tapi ada juga restoran muslim.
  5. Food Court Vivocity Mall di lantai 4. Naik MRT jalur kuning turun di stasiun HarbourFront. Foodcourt dipisah antara makanan halal dan non halal.

Perlu beli SIM Card ga?
Klo tripnya cuma sebentar sih ga usah ya. Karena akses wifi bisa didapet di hostel dan dibeberapa tempat umum. Kecuali klo kita mau janjian sama temen kita di Singapore. Klo pun mesti beli bisa pake SingTel, MobileOne (M1) and Starhub. Belinya di supermarket (kaya Sevel, Circle K). biasanya mereka minta scan passport kita sebelum beli.

Monday, March 11, 2013

diskriminasi

Sepanjang saya traveling, baru kali ini ngalamin kejadian aneh terkait sama hostel. Berikut curhatannya.

Waktu nyusun itinerary #tripsingapore, saya kebagian tugas nyari hostel. Metode pertama yang saya lakukan adalah nanya ke temen saya yang udah pernah ke Singapore. Saya mulai nge-list nama hostel2 kemudian nelusur sendiri lewat website hostel masing2. Informasi yang saya cari adalah: ketersediaan kamar di tanggal trip, harga, fasilitas dan gambar hostelnya. Hasil penelusuran itu saya rangkum dan dibahas ke peserta trip (prinsip musyawarah mufakat, hehehe).

Setelah beberapa kali debat akhirnya mentoknya ke harga. List hostel yang saya ajukan agak mahal. Saya cukup maklum karena biaya hidup di Singapore cukup tinggi. Untuk itu diusahakan agar kita dapat penginapan lebih murah agar alokasi dana bisa diperuntukkan untuk yang lain.

Akhirnya diputuskan untuk booking hostel Fernloft City di daerah China Town. Hostel ini cukup murah yaitu sekitar Rp. 76.000/person/perhari. Fasilitasnya kamar dormitory, berAC, dapet sarapan, ada air panas dan fasilitas wifi.  Letaknya pun strategis yaitu di China Town, yang merupakan pusat turis.

Saya pribadi ga keberatan nginep di hostel. Karena selain murah, rata2 pelayanannya sangat baik. Apalagi pengalaman terakhir saya nginep di hostel ketika trip ke Seoul sungguh menyenangkan.

Sesampainya di Singapore kami langsung menuju hostel untuk check in sekalian naro ransel karena kami berencana mau jalan2. Kebetulan hari itu adalah puncak perayaan imlek dan China Town akan dimeriahkan oleh aksi barongsay khas imlek.

Untuk menemukan Fernloft agak sulit karena ternyata pemilik hostel menyarankan naik MRT turun di Stasiun Tanjong Pagar. Ternyata kami harus berjalan jauh sekali, padahal setelah ditelusuri ternyata lebih dekat jika kami turun di stasiun China Town. Eaakk.

Fernloft terletak di lantai 3 Sebuah ruko. tempatnya kecil, standar hostel. Hanya ada 2 kamar dan keduanya merupakan dormitory. Kamar pertama adalah dormitory khusus perempuan dengan 6 bed. Kamar kedua merupakan mixed dormitory dengan 12 bed. Karena jumlah kami 8 orang dengan perbandingan 3 cowo, 5 cewe. Makanya kami memilih di mixed dormitory. Lebih enak sama2 daripada pisah2.

and the story begin....

Saya merasa pemilik hostel diskriminatif dengan kami. Mungkin dia punya pengalaman buruk tentang pengunjung Indonesia. Sehingga menyamaratakan perilaku kami. Padahal Indonesia itu ada 2 juta orang, dikira sama smua apa pola tingkahnya?

Pertama, pemilik hostel sangat amat TIDAK ramah terhadap kami. Bicaranya ketus dan ga senyum sama sekali. Setiap ketemu selalu cemberut. Klo nanya sesuatu nadanya kaya nuduh.

Kedua, sebaliknya pemilik hostel super ramah sama pengunjung bule. Si bule2 ini tiap pagi disapa dengan ramah dan diajak ngobrol. Sangat akomodatif dengan bule, apa yang mereka mau pasti dikasi. Yang paling parah tempat tidur teman kami, Anwar, dipindah hanya gara si bule itu pengen tidur di tempat tidur Anwar.

Ketiga, ada standar ganda aturan. Peraturan yang disebutkan kepada kami, tidak berlaku di bule. Di hari kami check out ada bule mau nginep. Nah si bule bebas naro tas di dalam kamar saat itu juga, padahal dia dijadwalkan check in jam 2 siang. BEDA banget pas kita baru dateng, tas kita ga boleh masuk ke kamar karna belum bisa check in. aneh bin ajaib.

Maka dari itu berdasarkan pengalaman ini #lessonlearned yang bisa dipetik adalah:
  1. Mendingan klo ke Singapore cari penginapan lain ya, jangan ke Fernloft City. Banyak banget kok hostel di daerah China Town. Daripada makan hati dijudesin pemilik hostel.
  2. Teliti dulu fasilitas hostel. Terus terang saya ketipu karena yang dipikiran saya standar hostel di luar negri pasti sama. Tapi ternyata kamar mandi di fernloft cuma satu! Errrrr meski dipisah antara kamar mandi dan toilet, tapi dengan perbandingan 1 : 18, ini namanya ga layak. Bakalan rebutan makenya. Apalagi kami selaku orang Indonesia mandi harus 2X sehari. Kebayang kan riweuhnya? Tapi ini karena kami yang kurang detail membaca fasilitas hostel.
Meski pemilik hostel diskriminatif dan menyamaratakan perilaku orang Indonesia, tapi ada baiknya kita buktikan bahwa kita bukan seperti itu. klo mengalami hal yang sama seperti saya, sebaiknya jangan emosi apabila ada perlakuan diskriminatif, justru klo kita emosi dan reaktif, anggapan mereka akan semakin benar.

Sekian pengalaman ga enak saya tentang hostel di Singapura. Kenapa pada akhirnya saya tidak merekomendasikan hotel ini? karena BUANYAk sekali hostel lain di Singapore yang saya yakin pelayanannya lebih baik. Saya harap pengalaman saya tidak dialami orang lain.

Sunday, September 2, 2012

Penginapan di Seoul, Korea Selatan

Sebagai penduduk Asia Tenggara, pengen rasanya ngetrip ke kawasan Asia Timur, ngerasain suasana yang Asia banget. Cita-cita saya dari dulu pengen ke Jepang, tapi karena mahaaaalll sekali biaya hidupnya, jadinya puter arah ke Korea Selatan, tepatnya Seoul. Nah pas banget waktu itu AirAsia lagi buka jalur penerbangan ke Asia Timur dan saya dapet tiket murah banget, KL-Seoul-KL cuma Rp. 900.000. Jadi tunggu apalagiii, brangkat lah saya ke Seoul bersama teman saya Deku.

Seoul menempati urutan nomor 22 sebagai The world's most expensive big cities in 2012, masih jauh dari Tokyo yang menempati urutan kedua. Bisa dilihat linknya disini.  Setelah beli tiket saya agak khawatir sebenarnya, sebackpacker2nya hidup Seoul, saya mesti bawa duid berapa?! Apa ada penginapan murah?! Akhirnya saya coba browsing2 nyari informasi soal Penginapan dan Makanan halal di Seoul. Saya mulai googling catatan perjalanan dan itinerary beberapa traveler yang sudah pernah kesana. Setelah membaca beberapa blog, saya dapet rekomendasi penginapan namanya “Inside Backpacker”. Link website bisa dilihat disini

Sebelum booking via hostel world, terlebih dahulu saya cek secara detail lokasi hotel, telusuri gambar kamar hotel dan cek fasilitas yang didapat. Lalu saya cek ketersediaan kamar dan terakhir saya menghubungi pihak hotel melalui kontak yang tersedia.

Saya memesan kamar dormitory karena ternyata kamar standar (twin bed) sudah full booked. Harga kamar dormitory 16.000 won/night/person. Jadinya total selama 5 hari saya membayar 80.000 Won. Setelah selesai booking, saya meng-email bukti pembayaran booking hotel. Pihak hotel pun segera merespon cepat dan mengirimkan informasi fasilitas yang didapat beserta penunjuk arah menuju hotel dari Incheon Airport. Petunjuknya sangat jelas, step2nya setelah keluar dari bandara, saya merasa terbantu sekali.

Penting sekali untuk berkomunikasi dengan pihak hotel jika memesan kamar via hostel world atau agoda. Karena di beberapa kasus ada yang sudah booking kamar, tetapi ternyata belum tercatat di database hotel, sehingga luntang lantung ga bisa check in karena statusnya belum booking meski udah bayar.

Inside Backpacker terletak di 2F 112 Myeongryun 2ga, Jongrogu, Seoul, Korea, 110 – 532. Lokasinya sangat strategis karena dekat dengan pusat kota, lokasi wisata, dekat pula sama Subway Hyehwa Station (Line 4), dan Universitas Sungkyunkwan. Karena lokasinya yang strategis, daerah ini selalu ramai, bahkan sampai jam 12 malam pun tetap rame.

Dari bandara Incheon, kita dapat menuju hostel ini dengan 3 cara: naik taksi, naik bis dan naik kreta. Kemaren itu saya memutuskan naik Bis karena saya bawa koper gede, agak repot klo naik kereta, karena akan pindah2 jalur stasiun, belum lagi akan geret2 koper naik turun tangga. Perlu diingat bahwa waktu bis beroperasi sampai jam 23.00, jika mengambil penerbangan malam dan sampai Seoul lebih dari jam 23.00  maka harus menggunakan taksi, dan tentunya biayanya lebih mahal.

Menurut petunjuk dari staf hotel, selepas proses cap passport di imigrasi, kami lalu menuju jalur 5B atau 12A6 untuk naik bis nomor 6011. Tarifnya 10.000 won, oia jangan lupa sediakan uang pecahan 10.000 untuk membayar bis, karena sistem pembayarannya uang pas. Estimasi perjalanan ke Inside Backpacker adalah 1 jam dan turun di halte SungKyunKwan. Ada suara otomatis yang memberitahu pemberhentian halte selanjutnya, mirip ama di busway, tapi karena nama haltenya agak2 kriting2 aneh, jadi mesti nyimak baik2, fokus sama pendengaran biar ga kelewatan. Hehehe.

Sesampainya di halte SungKyunKwan, saya mesti balik arah untuk menuju perempatan lampu merah, setelah itu saya mesti nyebrang ke arah Dunkin Donuts, lalu akan berjalan sekitar 200 meter lagi. Petunjuk yang diberikan petugas hostel cukup jelas sehingga tanpa nyasar, saya pun sudah sampai di Inside Backpacker.

Kesan pertama pas sampe, feels like home banget. Hehehe. Meski hostelnya kecil dan penuh dekorasi tapi saya berasa nyaman karena seluruh ruangan bernuansa kayu. Hehehe. Waktu itu saya ketemu dengan stafnya hostel yang bernama Kim Seunghyun. Bahasa inggrisnya terbatas banget, tetapi mereka sangat ramah. 

lobby hostel

Setelah melunasi pembayaran kami segera diantar ke kamar dormitory. Ternyata disana sudah ada 3 penghuni kamar lainnya, ada yang berkebangsaan Jepang, Canada dan Inggris. Cowo semua. Saya perempuan sendiri. Hehehe. Saya pun memilih tempat tidur paling atas, disitu sudah tersedia seprai, selimut dan sarung bantal baru. Saya juga dikasi kunci brangkas untuk menyimpan barang2 berharga.

photo courtesy: inside backpacker
photo courtesy: inside backpacker

Setelah transit di KL selama 4 jam dan kemudian terbang ke Seoul selama 6 jam, rasanya udah pengen cepat2 mandi kemudian tidur. Karena saya pesan dormitory, jadinya kamar mandinya terpisah. Kamar mandinya hanya ada 2, untuk cowo dan cewe, makenya pun harus bergantian. Saya diberitahu bahwa kita akan mendapat handuk kecil baru setiap harinya, bebas ambil berapa aja dan setelah pakai dicemplungin ke tempat handuk kotor. Kalau mau pake handuk besar kena charge tambahan biaya. Meski letaknya terpisah namun kamar mandinya bersih sekali dan ada air panas. yeay!

Staf hotel memberitahu bahwa setelah lewat jam 00.00 pintu depan akan dikunci, sehingga jika pulang ke hotel lewat dari itu, saya mesti memasukkan password di tombol kunci. Saya juga dikasi password wifi, jangkauannya nyampe kamar. Ada juga 2 buah computer yang bisa dipakai gratis dengan koneksi internetnya super cepaaaattttttt.


Meski lagi liburan, badan saya otomatis bangun jam 5 pagi, namun saya sempat kaget karena jam menunjukkan pukul 07.00, hahaha, saya lupa lagi ada di Korea dan perbedaan waktunya lebih cepat 2 jam dari Jakarta. Saya pun segera keluar kamar untuk membuat teh dan sarapan sambil liat2 hostel secara detail, karena pas sampe saya pengen cepet2 tidur jadi ga sempat berkeliling.


Di bagian depan ruangan terdapat ruangan santai dengan sofa empuk. Di ruangan ini banyak terdapat majalah lonely planet dan travel guide dan peta yang bisa diambil. Ada beberapa dvd juga yang bisa ditonton. Disebelahnya terdapat dapur dengan berbagai perangkatnya. Memang enaknya di hostel adalah kita bisa masak sendiri. Perangkat masak bisa digunakan asal dicuci bersih setelahnya. Pengunjung mendapat telur ayam setiap harinya dan tersedia juga minyak dan bumbu dapur yang bisa digunakan secara gratis. Saya lihat minyaknya olive oil, hehehe, naik kasta nih masak telur dadar pake olive oil. Hahahaha. Kita juga bisa refill air di dispenser tiap mau jalan2. 


dapur

Karena ruangannya terbatas, jadinya meja makannya sederhana sekali. Di meja makan saya lihat ada setumpuk keranjang makanan berlabel “free food”, isinya ada makanan instan dan saya pun berbinar2 ketika menemukan setumpuk mie gelas, energen sachet dan bubur instan. Ternyata ini adalah makanan sumbangan yang ditinggalkan traveler yang pernah menginap disini.  Di dekat pintu keluar ada peta lokasi tempat wisata beserta pemberitahuan nomor bis dan peta subway. Informasinya berguna sekali karena hari itu saya berencana keliling Seoul seharian.


Terdengar sapaan ramah dari Pemilik hostel. Kami pun berkenalan dan mengobrol. Ternyata sang pemilik adalah kakak beradik backpacker juga. Mereka sudah menjelajah Eropa, Afrika, Asia dan Amerika. Bulan depan malah dia berencana untuk menjelajah Australia. Waah klo dibandingin sama saya sih jauh banget ya? Saya traveler kelas teri. Hahaha. Dia sama adiknya menjalankan usaha ini baru sekitar 5 tahunan. Saya akhirnya ngerti kenapa fasilitas yang diberikan di hostel ini terkesan “ramah backpacker”, paham banget deh kita maunya apa, susahnya dimana, jadi serba diberikan kemudahan. 

Mungkin itu yang harusnya di terapkan oleh pemilik hostel/hotel. Memposisikan diri sebagai turis, paham betul karakteristik traveler/backpacker, sebelum membuat konsep hotel/hostel. Di perbincangan tersebut saya selipin promosi wisata Indonesia, dan dia tertarik untuk mampir ke Bali. Hehehehe.

Selain pertama kali berkunjung ke Korea, ini pun pertama kali saya menginap di kamar dormitory. Memang agak kurang nyaman karena gabung sama pengunjung lain yang notabene kita ga kenal sama sekali. Itung2 latihan toleransi, karena mesti berbesar hati sama bunyi langkah kaki, buka tutup pintu kamar dan kadang lampu tiba2 nyala. Tapi so far, sih saya nyaman2 saja, karena kebanyakan traveler tau kode etiknya nginep di dormitory, kita pun juga berusaha sebisa mungkin memberikan kenyamanan bagi pengunjung lain.

Note:
Inside Backpacker: http://www.backpackersinside.com/
1 KRW = Rp. 8.75 
80.000 KRW = Rp. 700.181,30

Wednesday, January 11, 2012

All about Ho Chi Minh City

Seputaran Mata Uang
  1. Nilai mata uang Vietnam lebih rendah dari Rupiah. Kisarannya 1 VND itu = Rp. 0.5, jadi setengah harganya. Klo ada barang harganya 3000 VND, artinya klo dirupiahin harganya Cuma Rp. 1500
  2. Ke Vietnam sangat disarankan bawa USD karena nilai tuker USD di Vietnam tinggi. Klo bawa uang VND dari Indonesia malah itungannya rugi, pun ga semua money changer di Jakarta punya stock VND.
  3. USD bisa dituker sebagian di Bandara Tan Son Nhat International Airport, HCM. Di dekat pintu keluar bandara ada beberapa booth Money Changer. Pilih yang harganya paling tinggi, waktu itu kisaran paling tinggi 1 USD = 21.000 VND. Sebagian lagi USD-nya bisa dituker di manapun. Saya pernah baca di catper traveler lain, dia dapet harga 1 USD = 22.000 VND di money changer pinggir jalan. 
  4. Menurut saya, kalau mau bayar hotel, tour package, belanja dalam jumlah banyak mendingan pake USD karena jatohnya lebih murah.
Seputaran Transportasi
  1. Jika ingin menggunakan taksi, disarankan memakai taksi Vina Sun atau Mai Linh, karena pake argo dan reputasinya baik di kalangan turis. Tarif awal buka pintu: 7000 VND.  Kalau dari bandara ke hotel, lebih baik pesen taksi langsung dari counter taksi resmi di Bandara. Ada kok di pintu keluar, letaknya sebelahan sama booth money changer.
  2. Kalau mau irit, bisa naik Bis umum, biayanya: jauh – dekat cuma 4000 VND. Tapi harus tau rute2nya karena kesulitan jika naik Bis umum adalah supirnya kebanyakan ga bisa bahasa inggris, jadi agak susah juga berkomunikasinya. Perlu diingat bahwa beberapa Bis hanya beroperasi hingga pukul 21.00 malam.
  3. Banyak blog yang menyarankan sebaiknya tidak menggunakan becak Vietnam, karena menurut pengalaman turis2 yang lain, Abang Becaknya suka memeras dengan meminta tambahan uang yang berbeda dari harga deal yang awal.
Seputaran Makanan/Minuman
  1. Bagi muslim, agak susah menemukan makanan halal di HCM. Hanya ada beberapa resto halal, itupun masakan Malaysia. Paling aman adalah makan junk food seperti Pizza Hut, KFC atau sejenisnya.
  2. Kalau mau beli snack dan air mineral sebaiknya beli di Circle K, karena harganya lebih murah dibandingkan dengan toko supermarket local lainnya.
  3. Kalau mau cari tempat makan, banyak sekali ditemukan di Daerah distrik 1, Pham Ngu Lau street. Dari mulai makanan khas Vietnam yaitu Pho noodle, ada juga makanan western, makanan china sampe makanan junk food.
  4. Informasi tentang daftar resto halal di HCM: halal-guide at HCM
Seputaran Hotel/tempat penginapan
  1. Banyakk buangettt hotel murah HCM. Saran saya, sebaiknya pilih hotel yang bagus, toh jatohnya dengan fasilitas yang sama, masih lebih murah hotel di HCM dibanding Jakarta. Sangat disarankan memilih hotel di daerah di distrik 1, terutama Pham Ngu Lau Street.  Karena ini merupakan daerah turis backpacker dan berada di Pusat kota, jadi dekat klo mau kemana2.
  2. Yang harus diperhatikan dalam memilih hotel adalah kebersihan, akses wifi/internet di kamar, ber-AC, kamar mandi di dalam dan ada air panas.
  3. Sebagai patokan saya menginap di Saigon Mini Hostel 2. Harga yang saya dapat : 700.000 VND/person/5D4N atau Rp. 350.000 selama 5 hari, 4 malam). Exclude Breakfast yaa..
Seputaran Belanja
  1. Yang suka belanja, wajib hukumnya datang ke Benh Tanh Market. Buka dari jam 08.00 – 19.00. Modelnya kaya ITC, semua ada disini. Dari baju, tas, souvenir, scarf, makanan, kopi Vietnam, sepatu. Jangan lupa nawar yaa, banting harga dan harus ngerayu2 plus agak galakan dikit..hehehehe..
  2. Jam 19.00, ada pasar malam di samping (kanan-kiri) gedung Benh Tanh Market, klo siangnya ini jalan raya biasa, klo malamnya ditutup untuk pasar malam, modelnya kaya tenda2 . Disini bisa banting harga banget, lebih murah jatohnya.
  3. Klo mau bawain oleh2, bisa dibeli Kopi Vietnam.  Saya beli kopi Vietnam 1 kg = 60.000 VND. Atau bisa juga beli souvenir dompet kecil, tempelan magnet, pajangan, kaos. 
  4. HCM itu konon, pabrik jauhnya tas kamera merk Crumpler, tas Kipling, Samsonite, dll. disini harga tasnya muraahhh bangeetttttt, aseliiii..harus diniatin bawa uang mayan banyak klo mau belanja tas2 itu. saya beli tas kamera cuma seharga 15 USD, padahal  aslinya bisa nyampe sejuta-an. soal kualitas? sama persis! KW superrrrr..ini belinya di ruko2 deket benh tanh  market.
cuma 15 dollar lho alias 150rb doang cyinn

Seputaran jalan2
Kebanyakan tempat wisata di HCM itu letaknya jauh2, contoh:  Chu Chi Tunnel itu perjalanan 1.5 jam, Cao Dai Temple 2 – 3 jam, Sungai Mekong: 1.5 jam. Tapi tenang kok, banyak wisata2 asik di HCM. Bagi yang suka hal yang berbau arsitektur, wajib datang ke Katedral dan Post Office. Letaknya berdekatan kok antara Katedral, Post Office dan Reunification Palace. Jadi bisa satu waktu dikunjungi.

Katedral


Post Office
Arsitekturnya Vintage

wartel interlokal nih

Sunday, January 1, 2012

Eksotisme ngupas kelapa di Vietnam

Bagi yang sudah pernah membaca buku pertama “The Naked Traveler”, pasti masih inget cerita “Eksotisnya Pohon Pisang”. Trinity, sang penulis, menceritakan pengalaman ikutan tour di Puerto Rico yang ternyata memasukkan agenda wisata melihat pohon pisang! Hahaha. Waktu baca saya ketawa ngakak banget tuh, ga menyangka bahwa 3 tahun kemudian saya mengalami hal serupa.

Hari terakhir di HCM, Saya dan Dinda memutuskan untuk ikut full day Mekong River Tour. Sebenarnya niatnya cuma membunuh waktu aja sih karena kita punya waktu kosong 12 jam. Jadinya sekalian aja ikut full day trip ke Sungai Mekong. Kami pun memilih Tour Agent yang berbeda dari sebelumnya, cari yang lebih murah, ternyata nemu, meski cuma lebih murah 2 USD alias beda Rp. 18.000 doang cyiinn, *tuing*. Kami pun membayar paket 8 USD/person. Paket tersebut sudah termasuk biaya naik Bis, naik perahu di Sungai Mekong, Tour 3 Pulau, makan siang, snack buah, berkeliling naik Sepeda.

Perjalanan dilanjutkan dan sampai ke Pelabuhan untuk memulai Tour Mekong Delta, kami pun naik kapal berkapasitas 20 orang. Ternyata oh ternyata Mekong River yang dimaksud itu kaya kali, warna airnya coklat, persis lah kaya Kali di Indonesia.  Menurut Guide kami, sungai dilintasi oleh 6 Negara, yaitu China, Burma, Laos, Thailand, Cambodia and Vietnam dan menjadi salah satu roda perekonomian juga bagi negara2 tersebut. 

Dinda @ Sungai Mekong

Perjalanan hanya memakan waktu sekitar 10 menit, kemudian kami singgah di salah satu pulau. Di Pulau ini terdapat rumah penduduk, ada juga kios yang menjual souvenir2. Kami pun singgah di restoran untuk disuguhi snack buah. Sambil makan buah, kami dihibur oleh Penyanyi yang menyanyikan lagu Vietnam. Klo istilahnya sih kaya pengamen gitu, soalnya mereka bagiin keranjang untuk diisi uang tip. Saya sih konsen makan buah yang disuguhin, laperr boo. Buahnya banyak, ada jambu, nanas, mangga buah naga, sawo, jambu, ada bumbu rujaknya plus bumbu garam. Karena keliatan gragasan saya berasa diliatin Bule2 sih, tapi bodo amat lah. Hahaha.


Perjalanan pun dilanjutkan dengan melintasi sungai Mekong, kami pun naik perahu berkapasitas 4 orang. Sebelumnya Tour Guide kami mengingatkan bahwa, meski biaya trip ini sudah termasuk bayar perahu, tapi ada baiknya memberikan tip ke tukang perahunya, karena mereka miskin sekali.  


Ketika naik perahu, sebenernya suasana eksotisnya dapet sih, karena kami mengelilingi delta sungai yang sekelilingnya adalah pohon2, perahunya pun sejenis sampan. Tetapi, karena tukangnya ngedayungnya cepet banget, jadinya kaya diburu2, sempet nabrak2 perahu lain pula. Jadinya saya sih kurang nyaman karena kurang menikmati. Sepertinya mereka harus cepet2 balik ke dermaga untuk ngangkut penumpang lainnya, kejar setoran mungkin ya?! Kami pun memberikan tip 10.000 VND ke Tukang Perahunya. 


Perjalanan pun dilanjutkan ke Pabrik Coconut Candy. Nah ini dia nih, yang bikin saya ngakak banget. Jadi udah sampe Pabrik, si Guide langsung heboh demonstrasi sesuatu, saya kan lagi sibuk makan permen sample, jadi penasaran, apaan sih Heboh banget!! Yaa Ampyun, ternyata lagi sibuk mempraktekan caranya buka Kelapa! lalu terdengar desahan "wow" dari bule2 pas tahu bahwa kulit kelapa itu agak susah dibuka. Bwuahaahahhaa..penting banget deh infonya! bule2 langsung pada ngerubungin, sampe di video-in dan difoto2.

Apalagi pas Guide-nya ngebolongin kelapa dan keluarlah itu air kelapa! Pada berdecak kagum..hahaha..Belom tauuu dia!! Klo mau beli es kelapa di Jakarta juga biasa ngeliat abangnya ngupas kelapa langsung di depan mata! Bahkan klo mau yang esktrim lagi, orang Indonesia juga bisa ngupas kelapa pake gigi a.k.a atraksi Debus! itu kayanya lebih menarik dilihat deh. hehehe.

nahh ini belom seberapa ya? Pas kita lanjutin perjalanan, ada heboh banget foto2 di pohon, tau ga ngapain? Foto sama buah nangka!!! Bwuahahahaha..Gilee dah! Jauh2 ke Vietnam, cuma buat liat buah Nangka! Luar biasaaaaa!!!

Nah ada lagi yang nggilani, masih belum reda ngakak2nya, eh ada lagi nih yang berenti jalan trus konsen foto2 di 1 spot. Kirain pohon nangka lagi?! Ga taunya fotoin kubangan lumpur yang agak2 mirip got!! Djiaaahh..wakakakakakakaaka..astagaaa! luar biasaa, klo tau dia bakalan heboh banget, di sekitaran rumah saya juga banyak kaleee…wakakakakakakak

Ga heran juga sih akan nemu kasus yang begini2 selama trip-nya masih seputaran Negara tropis, apalagi masih dalam satu kawasan Asia Tenggara. Jadi klo mau suasana yang berbeda, ya harus ke Negara Non Asia, contohnya Eropa. Udah waktunya kali ya?! #kode hahahahaha..

Saturday, December 24, 2011

Day 3: Nonton Opera a.k.a numpang tiduuurr!!

Seumur hidup saya, belum pernah sekalipun nonton Opera. Its simply not my things. Tapi kalau sudah berada di Negara orang, kayanya seru aja ya untuk mencoba hal baru dan diluar kebiasaan. Sekalian juga menghilangkan rasa penasaran, kaya apa sih pertunjukan Opera itu?! Nah tulisan kali  ini adalah kisah lanjutan dari  Day 2: War Remnants Museum, Reunification Palace/Independence Palace, Opera Building, Benh Tanh Market .

Singkat cerita, sehabis pulang Tour Cao Dai Temple dan Chu Chi Tunnel, Saya dan Dinda melanjutkan acara: menonton Opera!!! Hehehe, asikkkk nih, memasukkan agenda kegiatan relaksasi dengan menonton pertunjukan musik. Meski ada kemungkinan lost in translation, karena selama acara akan menggunakan bahasa local. Yaahh tapi kan music itu universal ya sifatnya. *crossing our fingers*.

Acara dimulai pukul 21.00 dan akan berlangsung selama 3 jam. Kami pun sudah membekali diri dengan asupan gizi yang cukup untuk bertahan hingga jam 12.00 malam nanti. Jam 20.30 kami sudah tiba di gedung Opera, setengah jam sebelum acara dimulai. Sambil ngebatin, klo trip ke luar negeri ajaa, bisa ontime! Hahaha. Turun dari taksi, lah kok masih sepi jaya ya? Hmmmm, okey untuk membunuh waktu, akhirnya kita foto2 di depan gedung Opera, memanfaatkan semua properti yang ada, termasuk foto dibelakang spanduk! Hahahaha..eh tapi banyak yang ngikutin kita foto di sana lho. Setelah 15 menit berlalu, kami memutuskan untuk touch up, karena penampilan kami masih kucel sehabis full day trip. Penonton2 sudah ada yang datang, kebanyakan perempuan dan pake gaun malam. Bisa dibilang baju kami paling casual, ahh tapi namanya juga turis, turis mah bebasssss! Hehehehe.  Selesai mengurangi tampilan kucel, Okey here we gooooo!!

pemanasan foto di belakang spanduk

Waktu membeli tiket ini, kami memilih harga yang paling murah, yaitu 150.000 VND. Alhasil tempat duduknya pun berada di lantai 3 dan agak jauh dari panggung. Sambil mengarungi puluhan anak tangga, saya pun melihat2 arsitektur bangunan ini. Sepertinya gedung ini adalah gedung lama, tapi sudah mengalami beberapa renovasi di bagian langit2 dan tercium bau cat baru di tembok dan pilar2 gedung. 

 
Akhirnya setelah sampai di lantai 3 kami pun segera masuk ke ruangan dan mencari tempat duduk. Kesan pertama: *singgggggggggggggggggggggg* Cuma ada 4 orang ibu2. Ini kemana ya orang2?! Perasaan mulainya jam 9 malem, tapi setengahnya pun belum terisi. Padahal waktupertunjukan dimulai 10 menit lagi dan seingat saya ketika kami membeli tiket, lantai 1 dan 2 sudah banyak yang dipesan dan hampir soldout. ternyata sama2 aja sama budaya Indonesia, jam karet. Hehehehe. Sambil menunggu tempat duduk penuh, akhirnya Saya pun berkeliling untuk motret2 gedung, sedangkan Dinda asyik mengajak ngobrol Ibu2 di sebelah tempat duduk kami.


Renovasi berhasil membuat gedung tampak lebih muda 10 tahun. Jika dilihat dari arsitekturnya, seperti versi mungil gedung Opera di Kodak Theater. Sekitar jam 21.30 tempat duduk mulai terisi penuh, dan acara pun dimulai pada pukul 21.45 *akhirnyaaaa*. Mayoritas penonton adalah orang local Vietnam dan rata2 sudah berumur, err agak merasa “salah tempat” sih, tapi kami melihat ada juga beberapa turis asing bule yang juga menonton acara ini, tapi dilihat umurnya sih udah tua juga. Nah lho!


Penonton di sebelah kami tiba2 bertukar tempat dengan temannya dan mengajak ngobrol kami. Bahasa Inggrisnya cukup baik, karena ternyata pernah tinggal di Amerika. Sesaat sebelum acara dimulai, ia menjelaskan bahwa Konser ini akan diisi oleh penyanyi2 Vietnam yang berkualitas dan sedang nge-top. Tapi penyanyi utamanya adalah Mr. Dams, penyanyi yang lagi digandrungi remaja sampe ibu2. Mr. Dams akan membawakan lagu2 lawas (No wonder banyak pengunjung sudah berumur diantara penonton2. Hihihihihi ) dan juga beberapa lagu baru dari album dia. 

sederhana bgt dibanding konser 3diva

Ibu ini baik sekali, sepanjang acara dia menterjemahkan apa yang MC katakan, dan juga menjelaskan tema lagu dan liriknya kepada kami. Kami pun lega karena ga seluruhnya akan mengalami lost in translation. Hehehe. Intro lagu pertama sudah mulai, Mr. Dams mencul dan seketika teriakan jejeritan cewe2 membahana. Oh ini toh yang namanya Mr. Dams, mukanya udah agak tua sih, seumuran Anjasmara kali ya? Tapi gahuull abessss, rambutnya jigrak2 dan diwarnain. Ciamik lah kostumnya.

see? kaya screen saver windows jaman dulu kan?

Lagu pertama yang dibawakan lagu lawas yang bercerita tentang perang Vietnam. Lagunya sedih sih, menggambarkan suasana pada saat itu. Lagu kedua, masih Mr. Chou juga, nyanyi yang agak gembira. Ibu penterjemah pun mulai tepuk2 tangan kecil sedangkan saya sama Dinda sibuk komentarin tata panggungnya. Tata artistiknya sederhana banget, padahal untuk itungan pertunjukan sang idola numero uno di Vietnam, harusnya kan mewah dan gemerlapan. Jadi kaya pertunjukan teater di kampus2. Background panggungnya malah mengingatkan saya sama screen saver windows jaman dulu, inget kan yang bunga2 wirawiri nonstop di layar computer klo pas idle. Ini belum seberapa, bahkan ketika lagu habis, crew yang gotong2 properti kelihatan jelas seliweran, trus ada pula crew yang masih sibuk ngatur2 kain yang digantung padahal Mr. Dams udah mulai nyanyi. Jiaahhh. Ini belum seberapa, di tengah2 Mr. Dams nyanyi tiba2 ada penonton naik ke atas panggung buat ngasi bunga trus ada freeze moment minta difoto, aneeeehh banget ga sihhh? Hahaha.  

ini ada 4 org goyang2in kain dr masing2 sudut

Saya pun mulai dilanda kebosanan, karena kebanyakan lagu2nya mellow mendayu2 dan nadanya sama. Saya pun mulai main angry birds di ipod. 10 menit pertama, akhirnya kebosanan juga. Saya mencoba menikmati karena udah kepalang tanggung dan ketika mulai focus melihat Mr. Dams nyanyi lagu ketiga, mata saya kok sepet banget ya? Mencoba memejamkan mata sebentar dan alhasil ketiduran ajaaa gituu..hahahahaha..

Entah berapa lama saya tertidur, saya mulai kebangun karena penyanyi featuring sudah mulai muncul, suaranya lantang kaya Christina Aguilera. Sempat terhibur karena memang suaranya bagus dan lagunya enak. Saya lihat Dinda masih diajak ngobrol sama Ibu2 di samping saya, hahaha, kasian Dinda, pasti juga capek kaya saya tapi ga berkutik karena diajak ngobrol mulu sama si Ibu. Lagu ke sekian, Mr. Dams lagi yang nyanyi, dan kaya kesirep saya pun mulai mengantuk lagi dan begitu seterusnya sampai hampir 2 jam. Pas kebangun untuk kesekian kalinya, saya lihat turis asing sudah keluar duluan, dan Dinda ngajakin pulang, dan saya langsung setuju!

Itulah pengalaman lucu saya menonton Opera di Vietnam. Saya baru menyadari, sebenernya bukan pertunjukan Opera juga sih, tapi Konser Mr. Dams yang diadakan di gedung Opera. Djiaaaahh *tepok jidat* tapi lumayan lah bisa numpang tidur ayam 2 jam!

Sunday, December 18, 2011

Day 3 : Chu Chi Tunnel dan pergolakan batin sang claustrophobia

Hari ketiga ini bisa dibilang adalah puncak dari #triphociminh, deg2annya udah dari sebulan sebelumnya. Bahkan H-4 pun saya sudah mulai gelisah tidurnya. Persiapannya agak heboh, dimulai sejak sebulan sebelumnya saya mulai latihan pernafasan, melatih diri agar tidak panikan, browsing di internet tentang cara menangkal rasa takut yang berlebihan dan bahkan mulai ngomong sendiri “the tunnel is wideeeeee and I can do this!”.

Jadi gini, ke HCM klo ga ke chu chi tunnel itu kayak Paris ga ke menara Eiffel, kaya ke Makasar ga ke Losari, kaya ke Korea ga ke Nami Island. Nah masalahnya adalah bagi saya yang claustrophobia ini, agaaaaakkk serem jaya ya klo mesti menelusuri lorong bawah tanah nan gelap dan panjangnya amit2. Tapi yaa kaya penjelasan sebelumnya, ga afdol rasanya klo ga kesitu dan udah saatnya saya bersahabat dengan rasa takut saya ini! *sok berani* hohohoho..

Chu Chi Tunnel
Chu Chi Tunnel adalah jaringan bawah tanah yang menghubungkan distrik Chu Chi  dengan HCM bahkan sampai ke perbatasan Negara Kamboja. Dibangun selama 20 tahun pada 1948 – 1968 di jaman pendudukan Prancis, Chu Chi Tunnel dibuat oleh rakyat Vietnam dengan cara menggali menggunakan tangan dengan rata2 pengerjaan 1 sampai 2 meter perharinya. Perlahan namun pasti, jaringan ini berkembang sampai akhirnya memiliki panjang 250 Kilometer.

Chu Chi Tunnel sendiri terlihat seperti sarang semut, tiap lorong bercabang, menghubungkan antara ruangan yang satu dengan lainnya. Saya terkagum2 mengetahui ruangan di Chu Chi Tunnel, bayangkan, selain tempat penyimpanan senjata, bom, supply makanan dan obat2an, terdapat dapur, ruang peristirahatan, rumah sakit, dan ruang theater untuk mengobarkan semangat para pejuang. mantaaaabbbb..

 
Menurut saya, ini strategi perang terkeren sedunia pada jamannya! Mengetahui bahwa jika berperang, Vietnam akan kalah jauh dari sisi persenjataan dan teknologi, mereka membangun system ini untuk bertahan dari serangan bom bertubi2 dari tentara Amerika. Dengan system sarang semut ini, para Vietcong dapat melakukan serangan mendadak dari segala arah dan kemudian menghilang dalam sekejap tanpa jejak. Serangan ini memaksa prajurit Amerika untuk berperang hand-in-hand dan membuat persenjataan canggih mereka tidak ada gunanya karena serangan mendadak (muncul dari tanah) para Vietcong.

Lubang udara dibuat dengan cara tradisional, yaitu dengan menancapkan bambu ke dalam tanah sampai  menembus ke tunnel kemudian menutupi sekeliling bambu dengan tanah liat, setelah cukup solid, bambu akan dicabut dari tanah dan voila! Jadilah lubang aliran udara dari permukaan tanah ke dalam tunnel.

Untuk bertahan hidup dari gempuran serangan bom yang bertubi2, menyebabkan Vietcong harus bertahan lama di dalam tunnel sampai keadaan cukup aman untuk keluar. Dari informasi tour guide kami, ada yang hidup di tunnel dan tidak keluar sekalipun selama 6 tahun! Meski aman dari serangan bom udara, tetapi banyak juga Vietcong yang meninggal karena serangan hewan2 seperti kalajengking, gas beracun dalam tanah, nyamuk malaria dan sengatan laba2 di dalam tanah.

Banyak cara yang digunakan tentara Amerika untuk melumpuhkan tunnel ini, diantaranya membom akses masuk sehingga meruntuhkan sarang dan menutup akses keluar dan membanjiri tunnel dengan limpahan air. Tetapi usaha tersebut kerap kali gagal, karena Vietcong telah membangun akses lubang keluar tiap beberapa meter, sehingga ditutup 1 lubang pun tidak menjadi masalah, System tunnel ini juga memilik penghubung dengan Sungai Mekong, sehingga ketika dibanjiri air, akan otomatis keluar lagi ke Sungai Mekong.

Saat ini banyak jaringan tunnel yang sudah musnah, tetapi ada 1 tunnel di daerah Ben Duoc yang sengaja dilestarikan dan dibuat lebih lebar dan tinggi untuk mengakomodasi turis yang datang berkunjung dan masuk ke dalam tunnel. Versi aslinya sangat kecil sekali, seperti lubang kelinci, karena mengikuti ukuran tubuh rata2 orang Vietnam pada saat itu serta untuk menghindari agar prajurit Amerika tidak dapat memasuki lubang ini.

versi asli akses masuk Chu Chi Tunnel

Perjalanan dari Cao Dai Temple ke Chu Chi Tunnel memakan waktu 1.5 jam. HTM untuk masuk ke tunnel ini adalah 80.000 VND atau 4 USD. Kami diajak tour untuk melihat langsung akses masuk tunnel dan suasana TKP medan perang Vietnam. Setelah itu, pengunjung yang bersedia, akan diajak masuk ke Chu Chi Tunnel yang memiliki jalan keluar setiap 10 meter bagi pengunjung yang ingin keluar,  tetapi jika ingin meneruskan sampai akhir dapat melanjutkan sampai ujung yaitu sepanjang 60 meter.


mencoba akses masuk tunnel

Bagi claustrophobia seperti saya, ini merupakan moment paling mengerikan sepanjang hidup saya. Stress banget berada di ruangan sempit dan dengan lorong yang seperti tidak berujung. Penerangan berupa senter pun hanya dipegang oleh Guide yang memandu kami. Sehingga kalau tertinggal dikit, akan merasakan sensasi gelap gulita didalam tanah! Hanya 5 (dari 20 orang) yang meneruskan sampai ujung (60 meter) dan saya termasuk diantaranya!! 

Dinda di Chu Chi Tunnel

Yeay?? No!! saya mendeklarasikan bahwa saya, Ratri Indah Septiana, tidak akan pernah mencoba hal2 seperti ini lagi!! Selama di dalam tanah, saya merasakan ketakutan teramat sangat sampai keringat bercucuran dan sempat nangis juga saking takutnya! Cemen? Yaa mungkin, tapi at the time I really had a panicked attack and almost cant breath because of that.

Ternyata ga selamanya mengalahkan rasa takut itu dapat menyembuhkan, sepertinya claustrophobia saya makin menjadi2 setelah pengalaman ini. Hehehehe.

Source photo display map of chu chi tunnel: Google

Friday, December 16, 2011

Day 3: Cao Dai Temple

Sebelum berangkat ke HCM, saya dan Dinda sudah sepakat akan mengunjungi Chu Chi Tunnel dan Cao Dai Temple ketika menyusun itinerary. Dari hasil googling, kebanyakan traveler mengikuti paket tour untuk mengunjungi tempat ini, karena ternyata letaknya cukup jauh dari HCM (3 jam perjalanan). Kami juga dapat informasi bahwa tour2 agent itu banyak terdapat di distric 1, yaitu sepanjang jalan Pham Ngu Lau. Dari semua tour agent kami memilih Saigon backpacker, karena Cuma itu yang masih buka pada jam 12 malam. Hehehe.

Ada beberapa paket pilihan yang tersedia, pilihan kami langsung terpaku pada rencana awal yaitu 1 full day trip to Cao Dai temple and Chu Chi Tunnel. Kami langsung memilih ikut rombongan tour yang lain karena jatohnya lebih murah, hanya 10 USD/person (belom termasuk makan siang dan HTM ke Chu Chi Tunnel). Kalau kami memilih paket yang cuma berdua, jatohnya jadi 61 USD/person. Kenapa lebih mahal? Karena memakai mobil rental dan jadinya lebih private. Klo ikut rombongan tour kita akan bareng2 wisatawan lain yang pada hari itu juga memilih lokasi yang sama dengan menggunakan bis.

Pukul 08.00 teng! Kami langsung ke Saigon Backpacker, dan pada pukul 08.15 kami dijemput dan diantar ke tempat wisatawan sudah berkumpul untuk menunggu giliran naik bis ke lokasi tour. Bisnya berukuran sedang, cukup menampung sekitar 20 orang, ber-AC dan tempat duduknya nyaman. Kami langsung memilih tempat duduk paling dekat, samping supir agar dapat menikmati pemandangan HCM. Tour Guide pun mulai memperkenalkan diri, bahasa inggrisnya fasih untuk seukuran orang Vietnam, walau suka bingung klo dia mulai menyebutkan suku kata “R” pasti agak2 aneh didenger, rata2 orang Vietnam cadel “R”.

Saat kami diminta memperkenalkan daerah asal kami, agak manyun sih, karena Tour Guidenya ga tau Indonesia. Wah parahparahparah!  Tiba2 turis Jepang di belakang kami nyeletuk: “Indonesia??? Last month I went to Indonesia!” Kami pun segera berkenalan dan berbincang2 dengan akrab. Ternyata bulan lalu dia pergi ke Jakarta-Yogyakarta-Surabaya! Waoooww..setelah agak lama berbincang, sekilas kami mendengar bahwa perjalanan akan memakan waktu 3 jam, lalu tanpa disuruh kami pun segera tidoooorrrrr…zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz…

Setelah tidur2 ayam, di 1.5 jam perjalanan kami dibangunkan. Kirain sudah sampai, ternyata kami dibawa ke sebuah pabrik yang menjual berbagai cinderamata buah karya para penyandang cacat. Kami pun turun dan melihat langsung proses pembuatan vas bunga dan ukiran lainnya. Ternyata ga semuanya karyawannya merupakan penyandang cacat, lalu kami diarahkan ke toko souvenir disamping pabriknya, ternyata harga2nya mahal2, 3 kali lipatnya harga di pasar Benh Tanh Market. Karena sudah membeli souvenir di hari sebelumnya, kami pun langsung memilih keluar dan mencari bis. Kami pun melihat rombongan bis lain yang baru sampai. Nampaknya memang semua bis diarahkan untuk datang ke pabrik ini.


Cao Dai Temple
Cao Dai temple terletak di kawasan Tay Nihn, sekitar 60 KM dari HCM.  Kuil ini merupakan tempat ibadah aliran agama Cao Dai, yaitu campuran antara Buddha, Taoisme, Konfusianisme dan Katolik. Ajaran Cao Dai sendiri mengacu pada ajaran etis dari Konfusianisme, praktik okultisme dari Taoisme, teori karma dan kelahiran kembali dari Buddhisme, dan organisasi hirarkis dari ajaran Katolik.

Cao Dai Temple



Cao Dai Temple tampak dalam
Penganut Cao Dai percaya bahwa semua agama pada prinsipnya adalah sama. Cao Dai dipandang sebagai Tuhan yang satu dan dihormati di semua agama besar dunia sehingga pada ajaran ini semua tokoh dari berbagai agama dipandang sebagai orang suci, seperti: Buddha, Konfusius, Yesus, Muhammad, Pericles, Julius Caesar, Joan of Arc, Victor Hugo bahkan Yat-sen. Para Tokoh ini yang  dihormati di kuil Cao Dai, bersama dengan nenek moyang mereka.


Pengikut Cao Dai berusaha untuk mencapai kedamaian batin, menjadi umat yang baik dan menghindari karma buruk. Cao Dai mengajarkan sikap taat dan patuh antara raja dan rakyat, ayah dan anak, suami dan istri. Selain itu ada lima kebajikan yang harus dipenuhi dari ajaran Konfusianisme. Pengikut Cao Dai diharapkan dapat mengikuti rangkaian ritual keagamaan seperti: mempraktekkan vegetarian minimal 10 hari dalam 1 bulan, selalu mensucikan jiwa dan raga dari roh jahat, dan tidak boleh membunuh mahluk hidup.


Pembangunan kuil ini memakan waktu 30 tahun, yaitu dari tahun 1933 sampai 1955. Arsitektur Cao Dai Temple sekilas terlihat seperti gereja, tipe bangunan memanjang ke dalam dan memiliki altar. Langit-langit Kuil dilukis awan sehingga serasa memandang ke langit beneran. Kuil ini memiliki 28 tiang yang berukirkan naga dan 7 kobra, hal tersebut mencerminkan 28 manifestasi Buddha dan 7 jenis emosi manusia. Warna Merah, Kuning dan Biru sangat dominan di Kuil ini, Merah melambangkan Kristen, Kuning melambangkan Buddha dan Biru melambangka Taoisme. 

pakaian untuk beribadah
Foto sama petugasnya
paduan suara dan iringan musik


Simbol segitiga dengan gambar mata kiri di tengah merupakan simbol yang mewakili Tuhan. Menurut ajaran Cao Dai, Tuhan merupakan Yang (dari prinsip Yin Yang), dan Yang berada di sisi sebelah kiri. Terdapat 4 rangkaian peribadatan setiap harinya, yaitu pada pukul 06.00 pagi, 12.00, 18.00 dan 00.00. Pada prosesi ibadah, umat Cao dai diiringi oleh paduan suara dan iringan musik orchestra tradisional Vietnam. Ketika beribadah umat cao Dai menggunakan pakaian serba putih, terkecuali bagi pendeta tertinggi yang menggunakan jubah berwarna menurut kepercayaan mereka masing2 pada Kristen (Merah), Taoisme (Biru) atau Buddha (Kuning).