Wednesday, June 11, 2014

Kuliah di luar negeri?

Sudah 5 bulan ini saya kuliah di Australia, untuk melanjutkan studi saya di program S2. Saya kuliah University Technology of Sydney dan ambil jurusan Master of Information and Knowledge Management. Alhamdulillah saya dapat beasiswa, jadi tidak merepotkan orangtua dalam hal biaya. Alasan saya jauh2 kuliah di Sydney adalah supaya saya punya pengalaman hidup mandiri di negara asing, memperluas network, dan alasan utamanya adalah: jurusan yang saya pengen ga ada di universitas manapun di Indonesia (pada saat itu), dan ternyata justru ada di UTS. 
 
Biasanya opini orang tentang kuliah di luar negeri adalah: “ih enak banget bisa jalan-jalan”. Ya ada benarnya sih dan sebenarnya itu juga yang ada di pikiran saya waktu pertama kali saya dapat “offer letter” (surat keterangan klo saya diterima di universitas) dari UTS. Tapi ternyata asumsi kebanyakan orang (termasuk saya sendiri), salah banget. 

Saya inget kata2 teman kantor saya, Mitha, di kartu farewell. Mitha nulis: “Mba, keterima beasiswa itu baru langkah awal dari rentetan perjuangan yang akan Mba hadapin”. Dan bener banget setelah selasai 1 semester, saya baru ngerasa beratnya kuliah di luar negri.

Academic Shock
Culture shock ga ada apa2nya dibanding academic shock. Dua minggu pertama saya super kaget dengan metode pengajarannya. Presentasi dosen itu sifatnya pengenalan ke topik, cenderung abstrak malahan. untuk tau lebih mendalam, mesti baca. List jurnal yang mesti dibaca minimal 3 jurnal tiap minggu, itu minimal loh ya. I repeat. mi-ni-mal. Klo ngambil 1 mata kuliah mungkin masih bisa di-handle, tapi klo ngambil 2 mata kuliah lain yang “sistemnya” sama, berarti minimal tiap minggu saya mesti baca 9 jurnal untuk persiapan kelas untuk minggu depan. 

Itu belom apa2 sama kelas tutorial dan tugas essay. Kelas tutorial ini biasanya ngambil topik yang beda tiap minggunya. Mekanismenya, mahasiswa jadi “host” untuk 1 topik, dan akan sharing pendapatnya tentang topik itu berdasarkan materi yang udah dia baca sebelumnya. Disini yang dinilai partisipasi mahasiswa dalam tutorial ini. Butuh waktu untuk berani berpendapat di forum kaya gini, terutama klo ada kendala bahasa dan klo ga baca topik itu sebelumnya. Gimana kita mau berargumen klo ga punya pengetahuan sebelumnya, lagi2 balik ke alokasi waktu untuk baca. 

Sama halnya dengan tutorial, tugas essay juga ga kalah repotnya. Namanya sih simple, essay, tapi yang ditulis ga bisa sembarang nulis. Harus terstruktur, alurnya jelas, ga ada lagi grammatical error, pendapat kita harus didukung sama teori yang ada. Banyak mahasiswa yang akhirnya copy-paste biar ga repot. Eits, Universitas di luar negri biasanya mengharuskan mahasiswa submit tugas ke turnitin, semacam software yang tugasnya detect plagiarisme. Dan klo skornya lebih dari 50% siap2 ada pengurangan nilai atau bahkan dianggap Failed.   

Procrastination
Terjemahannya artinya menunda-nunda pekerjaan atau sesuatu. Tanpa sadar atau sepenuhnya sadar pasti “penyakit” ini selalu dilakukan dan bahkan ga sembuh2. Pengalaman saya, saking saya kebingungan sama apa yang mau ditulis, akhirnya nyerah dan nunda ngerjain essay sampe weekend. Dan ga terasa deadlinenya tinggal 5 hari lagi. Akhirnya bisa ditebak, tugas yang dikumpul ga maksimal karena dikerjakan terburu-buru dan dalam kondisi kurang tidur karena begadang.

Sebulan pertama itu masa-masa yang berat. Saya banyak nolak ajakan temen untuk jalan-jalan karena mau fokus ngerjain tugas, kesannya jadi kaya nerd karena ga bersosialiasi. Padahal banyak hal yang bisa dinikmati di Sydney, tapi saya malah diam di kamar dan berkutat dengan tugas. Saya takut gagal, karena klo ada mata kuliah yang failed beasiswa saya terancam ditarik. Waktu pulang kuliah saya coba nanya ke temen2 angkatan penerima beasiswa AAS, gimana progress kuliah mereka. Ternyata ada yang nasibnya sama kaya saya, tapi juga yang berhasil. Tanpa ragu saya tanya trik mereka dan ada juga yang saya tambahkan dari pengalaman saya.

Jangan takut untuk nanya
Kelemahan saya itu selalu salah mencerna pertanyaan essay dan ini diperparah sama saya suka segan untuk nanya. Menurut teman saya, orang yang paling tepat untuk ditanya adalah dosen ybs. Karena dosennya yang ngasi tugas, pasti dia bisa menjelaskan maksud tugas yang dikasi. Temen yang pintar sekalipun belom tentu ngerti dan mungkin aja bisa salah tangkep. Jangan malu untuk nanya, mereka ngerti kok klo kita mahasiswa internasional, justru mereka seneng klo  kita nanya. 

Disiplin
Ini yang jujur susah banget. Mendisiplinkan diri sendiri untuk fokus belajar. Apalagi internet disini kenceng banget. Udah siap2 mau ngetik malah buka youtube, browsing sana sini. Temen ngajak jalan2 langsung disanggupi. Atau malah tidur2an karena lagi cakung banget. Alhasil target hari ini untuk baca 1 jurnal ga tercapai. Klo nurutin kemauan ga ada habisnya. Klo pun mau balance antara kehidupan sosial sama belajar, harus disiplin. Misalnya hari ini full 3 jam ngetik 750 kata, kita harus komit. Selama 3 jam itu ga buka email, FB, twitter, ga whatsapp-an. Yang perlu diingat adalah kita harus tanggung jawab sama diri kita sendiri. Harus belajar gimana I waktu, kapan waktu buat belajar, kapan waktu buat rekreasi 

Just make sure to have fun too
Istirahat  juga penting. Kadang berkutat sama materi pelajaran dalam keadaaan capek itu malah sedikit yang bisa masuk ke otak. Saya mencoba untuk maksimal tidur jam 12 malam, karena pengalaman saya, percuma begadang tapi hasil essay saya ga maksimal karena dikerjakan dengan kondisi badan capek dan mata lelah. Seminggu sekali saya sempatkan waktu untuk berkumpul dengan teman2 saya. Jalan-jalan keliling kota. Melupakan tugas sejenak dan menikmati masa-masa saya tinggal di Sydney.

Kuliah di luar negeri memang berat, ada kalanya saya merasa tidak mampu menjalani ini, tapi seperti kata Mitha: klo menemui kesulitan, ingat perjuangannya. Alhamdulillah saya dikasi kesempatan untuk bisa bersekolah (gratis) di luar negeri, belajar banyak soal ilmu baru, pengalaman ngekost untuk pertama kali, pengalaman bulan puasa di luar negeri, pengalaman berinteraksi sama mahasiswa internasional lainnya, belajar budaya Australia dan menikmati keindahan alam panorama Australia.

Menghadapi hal baru memang kadang menakutkan, tetapi klo kita melihat dari sisi positifnya, saya belajar hal baru tiap harinya. Saya berani melangkah ke dunia baru yang ternyata menarik dan menyenangkan untuk dijalani. 


Photo taken by Aqanta S. Sutarjo

19 comments:

  1. luar biasa mba,, keren dan sangat menispirasi,,, saya juga pengin beasiswa luar negeri tapi tak tahu gimana caranya,,, ini email saya mba,, fajars1499@gmail.com nice to meet you,,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Fajar,

      Saya share kok info2 seputar beasiswa di Tab "Scholarship" dibaca2 aja dulu, saya share dari mulai apply dan persiapan2nya. Selamat membaca :)

      Delete
  2. Hi mbak, informatif sekali blognya. Saya juga akan memulai studi master saya di UTS februari ini, sedikit banyak saya mengalami kecemasan untuk memulai studi nanti khususnya terkait dengan tugas-tugas yang mbak sebutkan. Kalau tidak keberatan boleh share info tentang akomodasi di seputaran UTS mbak. Terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Kennedi,

      Selamat menjalani hidup baru sebagai mahasiswa master :)
      Untuk akomodasi, coba gabung ke PPIA (Persatuan Pelajar Indonesia-Australia UTS deh. bisa dicari di FB. biasanya banyak yang posting share apartemen/kos2an.

      Delete
  3. Makasih mbak sudah memotivasi saya melawan kemalasan!!!!

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. Wah keren kak sharing pengalaman nya , btw boleh cerita ga kak apa aja sih kendala nya hidup/bergaul as a muslim disana? Terima kasih ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Nirma, thanks ya sudah baca blog aku.

      Kendalanya sih sebenernya hampir ga ada, karna kebetulan aku tinggal di Sydney yang daerahnya cukup heterogen. Jadi gampang nemu makanan/resto halal. Yang rempong sebenernya soal Musholla/Masjid yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Kadang klo mau sholat suka nyari pojokan gedung atau terpaksa di taman dan diliatin banyak orang. Dulu suka malu2, tapi lama2 sudah biasa :)

      Delete
  6. Wow luar biasa dapat beasiswa dan kuliah di UTS salah satu universitas terbaik di dunia. Saya juga kepengen kuliah di luar negeri tapi tidak tau dimana hahaha. Iya sih seperti yg mb dan lainnya blang tujuan utama kuliah di luar negeri buat jalan2 awalnya, tp menjadi mahasiswa international tidak semudah itu harus melewati step by step membiasakan diri dengan lingkungan sekitar, teman, dan yg paling berat bahasa. Apalagi nanti kalo homesick malah tambah repot hahaha. Saya mau nanya, mb kuliahnya di broadway building ato gedung satunya? Katanya ada 2 gedung ya? Terus kalo mahasiswa baru harus tinggal di dorm beberapa semester apa cari kos sendiri? Terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Dreamer,

      Terima kasih sudah membaca blog saya. Alhamdulillah bisa meneruskan kuliah S2 tanpa harus mengeluarkan biaya. Jalan2 itu saya anggap sebagai bonus, karena biar bagaimanapun kuliah dan lulus tepat waktu menjadi tujuan utama saya.

      Saya biasanya kuliah di gedung broadway building dan juga gedung 10. Tergantung mata kuliahnya.

      Masalah tempat tinggal, tidak diwajibkan kok untuk tinggal di dorm. Kita bisa cari kos sendiri. Lebih baik hunting2 kos dulu sebelum berangkat atau bisa menghubungi PPIA Sydney untuk tau informasi kos2an. Biasanya banyak juga teman2 yang sudah selesai kuliah mengiklankan bekas kamarnya ke calon mahasiswa baru.

      Semoga sukses :)

      Delete
  7. keren kak tulisannya.. gimana ya tipsnya biar gak gampang malas sata mengalami academic shock?

    mampir ya https://goo.gl/2LJyGQ

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Hana,

      Thanks ya sudah baca blog aku. Klo resep males, biasanya sih aku suka ngerjain tugas barengan temen sekelas. Jadi ada motivasi karena ada yang ingetin, hehehe. trus bisa diskusi juga klo kita ga ngerti tugasnya. Meski Bule biasanya agak2 individualis ya, mereka cuma ngasi tau seperlunya.

      Delete
  8. Hallo mba..
    Blog nya keren banget, pas buat saya yg lagi cari info seputar real life of an international student. Oiya, nama saya arina, saat ini sdg berjuang utk lolos seleksi interview AAS tgl 19 Juli nanti. Mohon doanya ya mba...
    Karena sy berkeluarga, rencana sy kedepan pastinya pengen bawa suami n anak sy ke Oz. Bisa sharing ga mba ttg kehidupan mhsiswa S2 yg bawa dependent? gimana supaya bisa bagi waktu antara kuliah n keluarga, apalagi punya anak yg masih balita. Saya sendiri apply ke ANU, yang mana katanya temen yg juga konselor IDP merupakan salah satu uni yg paling demanding n bikin stress mahasiswa (Ya iyalah, top uni n bisa dibilang salah satu leader-nya Go8). Duh... semakin saya baca ttg study di Oz koq semakin tdk seindah foto2 di Fb or instagram temen2 sy ya.. :(
    Tolong bantu beri saya pencerahan, mba. terimakasih banyak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Arin :)

      Thanks ya sudah baca blog aku. Waah berarti udah mau proses wawancara ya? Good Luck yaa.

      Hmmm aku sendiri belum berkeluarga, tapi klo liat pengalaman temen2 yang bawa suami dan anak sih sebisa mungkin dependent itu men-support Arin dalam urusan rumah tangga dan anak. Karena kuliah sendiri cukup menyita pikiran kita. Sebisa mungkin diomongin dulu dengan suami untuk bagi2 tugas dan bagi2 waktunya. Jika suami harus bekerja, bisa juga menitipkan anak di day care, tentu biayanya ga murah. Jadi sebisa mungkin diomongin dulu sama suami, biar sama2 enak. Mba Arin juga harus memprioritaskan kuliah, kembali lagi mesti ingat tujuan awal mendapatkan beasiswa itu untuk apa. Untuk kuliah.

      Hehehe. kuliah itu memang tidak segampang/seindah yang kita lihat di social media orang2. keliatannya aja jalan2 mulu, ke tempat yang indah2, tapi besoknya ya begadang ngerjain tugas.

      Semoga membantu ya :)

      Delete
  9. ahhhh sangat menginspirasi ! :) btw yg lolos disana itu yang pinter2 atau gimana sih mbak ? dan juga apakah orang2 disana ramah dengan orang2 yg berhijab ? makasii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Bella,

      Gimana ya?! yang jelas yang lolos beasiswa itu mereka yang berhasil meyakinkan juri bahwa mereka layak disekolahin gratis. Artinya mereka tau nanti mau ngapain pasca lulus, bahasa inggrisnya memenuhi syarat, dan punya integritas.

      Orang2 disana ramah kok. Mereka menghargai pilihan kita untuk berhijab, tapi ada juga yang rasis. Ya ga di Australia, ga di negara lain pasti ada orang rasis. Jangan diladenin aja sih klo udah diganggu.

      Delete
  10. Halo mbak. Saya bunga. Mau nanya? Apakah kita dftr d univ dlu baru ngajuin beasiswa? Atau beasiswa dlu? Thank u

    ReplyDelete