Friday, April 6, 2012

"Do not shit the hands that feed you"

Seperti biasanya sebelum memulai bekerja, jemari saya otomatis menuju tautan blog @newsplatter, bahkan lebih dahulu dari email kantor. Ups! Sorry boss! Hehe. Anyway, postingan terbaru di bulan April berjudul Job, Profession, dan Sumber Kebahagiaan Alternatif“. Postingan ini menggelitik ingatan saya akan beberapa tweet teman saya di timeline saya. 

Ada beberapa teman saya yang selalu ngeluh soal kerjaan di kantor. Dia cerita soal dia ga betah, soal rekan kerjanya ga kooperatif, soal dia benci karena weekend harus ngantor, soal kerjaan yang ga berbanding sama gaji dia, dan terakhir yang lebih ‘wow’, dia benci perusahaan tempat dia bekerja. 

Mungkin bagi dia sah2 aja sih ya, namanya juga mau curhat, dan twitter cenderung menjadi wadah yang tempat untuk nyampah curcolan macam begitu. Ada kalanya memang, sesekali kita lepas kendali ngetweet keluhan seperti itu, tapi klo sampe mengeluhkan berbulan2 atas hal yang sama apa ga aneh ya?

Saya pernah mencoba menyederhanakan persoalan sekaligus memberikan solusi yang menurut saya paling tepat: “bro, resign aja klo emang udah ga betah”. Tetapi dia menjawab dengan “ga segampang itu sis, cari kerjaan sekarang susah, klo gw resign trus ga dapet kerja trus gw ngasi makan keluarga gw pake apaan coba?”. Dengan muka datar saya ngeluarin “the kraken” yang udah lama pengen saya lepas: “then do not shit the hands that feed you..”   

Ga segampang itu memang, nemu tempat kerja yang berjodoh sama kita, cocok lahir batin dan saling mengisi *eaaa*, maksudnya ga cuma perusahaan yang mendapat manfaat sama hasil kerja kita, tapi juga kita bisa berkembang dan belajar disitu. Klo memang udah ga cocok, resign dan pindah kantor merupakan solusi yang tepat. Tapi, klo memang belum bisa pindah karena sesuatu dan lain hal, kita juga mesti ingat etika. Selama ini kita mendapat gaji untuk makan anak-istri, untuk beli obat orang tua, untuk beli gadget, untuk sodakoh di mesjid itu dari siapa?  toh itu juga hasil dari jernih payah kita selama sebulan bekerja.

My point is, mengumbar energi negatif itu useless. Yang ada, capeknya doang, karena sepanjang hari kita struggle sama pekerjaan dikombinasikan sama rasa tidak suka kita. Pasti ada segi positifnya lah, tergantung cara kita memandang aja. Semua hal bisa dibuat fun, tergantung kita mengarahkannya aja gimana. Depending on how you looked at things, your world could change completely. Atau seperti saran @newsplatter di blognya, carilah alternative kebahagian lain. Menemukan hobby menarik lainnya, Merajut mungkin? Hehehehe.