Monday, March 18, 2013

Trip Singapore

Trip ini berlangsung tanggal 9 – 11 Februari 2013 dan bertepatan sama puncak perayaan imlek. Sebenernya ga sengajaan sih memilih tanggal itu, kita cuma perlu tanggal merah disela2 waktu trip, biar ga ngurangin jatah cuti. Kan sayang klo baru awal tahun, jatah cuti udah berkurang banyak.

Tujuan utama trip ini sebenernya cuma satu, yaitu ke Universal Studio Singapore! Selebihnya karena beberapa temen sudah ada yang ke Singapore, jadi itinerary dibikin simple. Saya akan bahas satu persatu tentang trip ini.

Tiket pesawat ke Singapore brapaan sih?
Awalnya agak khawatir karena tiket pesawat bakalan mahal gara2 imlek, eh ternyata sodarasodara, ada promo di tanggal segitu. Jadinya kita dapet tiket PP Rp. 1.000.000,- dengan menggunakan maskapai penerbangan Lion Air Internasional. eeitss jangan ilfil dulu, ternyata Lion Air Internasyenel itu ON TIME lho! Beda sama penerbangan lokal yang punya tagline “jagoan telat”. Harga normal tiket pesawat ke PP Jakarta - Singapore sekitar 1.6 juta. Jadi lumayan lah ya irit 600rb di peak season.

Klo tempat penginapan yang murah dimana ya?
Karena saya nginepnya di hostel, jadi saya ga akan bahas hotel ya. Kemaren saya nginep di FernLoft City, reviewnya bisa dibaca disini. Saya ga rekomen hostel FernLoft, namun disarankan nginep di 5footwayinn atau di abeary good hostel. Dua2nya punya cabang di daerah Little India, China Town dan Bugis. Tinggal pilih mau tinggal dimana.  Klo soal harga, ga beda jauh antara dua hostel itu.

Dari Bandara ke Hostel naik apaan?
Klo irit bisa naik MRT, ikutin aja petunjuk arah di bandara yang ada tulisan Skytrain di terminal 2. Petunjuk ada tiap 10 meter, jadi ga perlu takut salah2 atau kesasar. Abis naik Skytrain kita bisa lanjut naik MRT.

Klo kemana2 enaknya naik apa ya?
Singapore itu kota kecil hampir seukuran Jakarta. klo mau nyaman, naik taksi. Tapi tentunya lebih mahal. Karena saya penggemar Kereta, jadi saya sangat menikmati naik MRT selama di Singapore. Peta rute MRT bisa didapat di tempat brosur2 di bandara/hostel.  Bisa juga download aplikasinya klo HPnya android atau apple. Searching aja “MRT Singapore” di app. store gadget masing2. Abis itu donlot aplikasinya, kita bisa liat jalur dan stasiun pemberhentian.

Selain naik MRT dan Taksi, bisa juga naik bis. Kendala klo naik bis adalah kita mesti tau dengan jelas nomor bis, tarif dan halte pemberhentiannya. Di setiap halte ada kok informasi soal nama bis dan tarifnya. Tapi ketika kita naik bis, di tiap pemberhentian ga ada info nama halte. Jadi harus tanya ke supir atau penduduk lokal. Ga enaknya lagi, klo ngasi duidnya cash, suka ga dikasi kembalian. Karena memang supirnya ga merangkap jadi kondektur, jadi ya wasalam deh.

Naik MRT ribet ya?
Hehehehe. Palingan awalnya mungkin rada bingung. MRT Singapore ada 4 line. Line Merah namanya North South Line (NS). Line Hijau namanya East West Line (EW). Line Ungu namanya North East Line (NE). dan Line Kuning namanya Circle Line (CC). Klo kita berada di jalur merah, mau ke jalur hijau perlu turun di stasiun Interchange, abis itu ganti kereta ke jalur hijau. 

MRT di Singapore pasti tepat waktu karena dijalankan otomatis alias ga pake tenaga manusia. Kereta ini juga datang tiap 5-10 menit sekali. Tiap stasiun pasti ada 2 peron, untuk tau yg mana kereta yg akan kita naiki, kita harus tau stasiun paling ujungnya apa, jadi bukan stasiun selanjutnya.

Oia disana mesti beli kartu transportasi ya?
Ga mesti sih, ada dua pilihan. Bisa pake kartu EZ Link card itu, pas awal beli harganya 15 SGD dengan nilai 10 SGD, satu kartu berlaku untuk 1 orang.  Bisa di top up klo udah abis. Kelebihannya kartu ini bisa dipake buat bayar bis dan kereta. Trus ga ribet karena ga pake antri, langsung aja tempelin ke mesin sensor, abis itu langsung di-debit deh pulsanya sesuai tarif rute yang akan kita tuju. Kekurangannya paling kartu ga bisa diuangkan. Tapi kartunya bisa disimpen, klo besok2 trip ke Singapore lagi bisa dipake.

Pilihan kedua agak ribet, yaitu beli singe trip ticket. Kenapa ribet? karena cuma berlaku 1 kali perjalanan, alhasil tiap mau naik MRT kudu beli tiket alias mesti ngantri lagi. Tapi tiketnya bisa diuangkan klo kita udah selesai make.

Makanan halal di Singapore ada dimana ya?
Nah bagi umat muslim palingan pilih resto india, melayu atau franchise kaya McDonald (tapi inget McD Singapore ga ada paket nasi yaa, hihihih). Terus terang saya garis keras klo soal makanan di negara non islam. Prinsip saya, harus bener2 makan di resto india atau arab yang ketauan ga masak masakan mengandung pork atau lard. Ada beberapa alternatif resto atau food hall.
  1. Lau Pasat festival market. Dia bentuknya kaya food hall, ada macem2 resto seperti resto India, resto Seafood, resto Melayu, resto Jepang, resto Korea dan resto Indonesia. Kisaran harga skitar 3 – 7 SGD. Sebagai info saya makan di resto melayu, pesen telor balado dan tumis buncis tempe seharga 3.5 SGD atau Rp. 25,550 (1 SGD = Rp. 7300). Aqua ukuran 330 ml harganya  1.30 atau Rp. 9,490 yang perlu dicoba adalah es air tebu harganya 2 SGD atau Rp. 14,600.
  2. Singapore Zamzam. Resto india ini letaknya di Arab Street. Naik MRT jalur hijau, turun di stasiun Bugis. Saya sebenernya ga suka makanan India, tapi menurut saya makanan yang dihidangkan disini hampir semua enak. Beef Prata harganya 7 SGD, Nasi Goreng Putih (kaya nasgor tanpa kecap, ditaburin ikan  teri) harganya 4 SGD.
  3. Food Hall Lucky Plaza. Letaknya di orchard road. Naik MRT jalur merah turun di stasiun Orchard.
  4. ABM resto di Little India yang terletak di sudut jalan Syed Alwi. Kebanyakan di daerah ini adalah resto India, tapi ada juga restoran muslim.
  5. Food Court Vivocity Mall di lantai 4. Naik MRT jalur kuning turun di stasiun HarbourFront. Foodcourt dipisah antara makanan halal dan non halal.

Perlu beli SIM Card ga?
Klo tripnya cuma sebentar sih ga usah ya. Karena akses wifi bisa didapet di hostel dan dibeberapa tempat umum. Kecuali klo kita mau janjian sama temen kita di Singapore. Klo pun mesti beli bisa pake SingTel, MobileOne (M1) and Starhub. Belinya di supermarket (kaya Sevel, Circle K). biasanya mereka minta scan passport kita sebelum beli.

Monday, March 11, 2013

diskriminasi

Sepanjang saya traveling, baru kali ini ngalamin kejadian aneh terkait sama hostel. Berikut curhatannya.

Waktu nyusun itinerary #tripsingapore, saya kebagian tugas nyari hostel. Metode pertama yang saya lakukan adalah nanya ke temen saya yang udah pernah ke Singapore. Saya mulai nge-list nama hostel2 kemudian nelusur sendiri lewat website hostel masing2. Informasi yang saya cari adalah: ketersediaan kamar di tanggal trip, harga, fasilitas dan gambar hostelnya. Hasil penelusuran itu saya rangkum dan dibahas ke peserta trip (prinsip musyawarah mufakat, hehehe).

Setelah beberapa kali debat akhirnya mentoknya ke harga. List hostel yang saya ajukan agak mahal. Saya cukup maklum karena biaya hidup di Singapore cukup tinggi. Untuk itu diusahakan agar kita dapat penginapan lebih murah agar alokasi dana bisa diperuntukkan untuk yang lain.

Akhirnya diputuskan untuk booking hostel Fernloft City di daerah China Town. Hostel ini cukup murah yaitu sekitar Rp. 76.000/person/perhari. Fasilitasnya kamar dormitory, berAC, dapet sarapan, ada air panas dan fasilitas wifi.  Letaknya pun strategis yaitu di China Town, yang merupakan pusat turis.

Saya pribadi ga keberatan nginep di hostel. Karena selain murah, rata2 pelayanannya sangat baik. Apalagi pengalaman terakhir saya nginep di hostel ketika trip ke Seoul sungguh menyenangkan.

Sesampainya di Singapore kami langsung menuju hostel untuk check in sekalian naro ransel karena kami berencana mau jalan2. Kebetulan hari itu adalah puncak perayaan imlek dan China Town akan dimeriahkan oleh aksi barongsay khas imlek.

Untuk menemukan Fernloft agak sulit karena ternyata pemilik hostel menyarankan naik MRT turun di Stasiun Tanjong Pagar. Ternyata kami harus berjalan jauh sekali, padahal setelah ditelusuri ternyata lebih dekat jika kami turun di stasiun China Town. Eaakk.

Fernloft terletak di lantai 3 Sebuah ruko. tempatnya kecil, standar hostel. Hanya ada 2 kamar dan keduanya merupakan dormitory. Kamar pertama adalah dormitory khusus perempuan dengan 6 bed. Kamar kedua merupakan mixed dormitory dengan 12 bed. Karena jumlah kami 8 orang dengan perbandingan 3 cowo, 5 cewe. Makanya kami memilih di mixed dormitory. Lebih enak sama2 daripada pisah2.

and the story begin....

Saya merasa pemilik hostel diskriminatif dengan kami. Mungkin dia punya pengalaman buruk tentang pengunjung Indonesia. Sehingga menyamaratakan perilaku kami. Padahal Indonesia itu ada 2 juta orang, dikira sama smua apa pola tingkahnya?

Pertama, pemilik hostel sangat amat TIDAK ramah terhadap kami. Bicaranya ketus dan ga senyum sama sekali. Setiap ketemu selalu cemberut. Klo nanya sesuatu nadanya kaya nuduh.

Kedua, sebaliknya pemilik hostel super ramah sama pengunjung bule. Si bule2 ini tiap pagi disapa dengan ramah dan diajak ngobrol. Sangat akomodatif dengan bule, apa yang mereka mau pasti dikasi. Yang paling parah tempat tidur teman kami, Anwar, dipindah hanya gara si bule itu pengen tidur di tempat tidur Anwar.

Ketiga, ada standar ganda aturan. Peraturan yang disebutkan kepada kami, tidak berlaku di bule. Di hari kami check out ada bule mau nginep. Nah si bule bebas naro tas di dalam kamar saat itu juga, padahal dia dijadwalkan check in jam 2 siang. BEDA banget pas kita baru dateng, tas kita ga boleh masuk ke kamar karna belum bisa check in. aneh bin ajaib.

Maka dari itu berdasarkan pengalaman ini #lessonlearned yang bisa dipetik adalah:
  1. Mendingan klo ke Singapore cari penginapan lain ya, jangan ke Fernloft City. Banyak banget kok hostel di daerah China Town. Daripada makan hati dijudesin pemilik hostel.
  2. Teliti dulu fasilitas hostel. Terus terang saya ketipu karena yang dipikiran saya standar hostel di luar negri pasti sama. Tapi ternyata kamar mandi di fernloft cuma satu! Errrrr meski dipisah antara kamar mandi dan toilet, tapi dengan perbandingan 1 : 18, ini namanya ga layak. Bakalan rebutan makenya. Apalagi kami selaku orang Indonesia mandi harus 2X sehari. Kebayang kan riweuhnya? Tapi ini karena kami yang kurang detail membaca fasilitas hostel.
Meski pemilik hostel diskriminatif dan menyamaratakan perilaku orang Indonesia, tapi ada baiknya kita buktikan bahwa kita bukan seperti itu. klo mengalami hal yang sama seperti saya, sebaiknya jangan emosi apabila ada perlakuan diskriminatif, justru klo kita emosi dan reaktif, anggapan mereka akan semakin benar.

Sekian pengalaman ga enak saya tentang hostel di Singapura. Kenapa pada akhirnya saya tidak merekomendasikan hotel ini? karena BUANYAk sekali hostel lain di Singapore yang saya yakin pelayanannya lebih baik. Saya harap pengalaman saya tidak dialami orang lain.

Friday, March 1, 2013

Wawancara JST

Setelah mengikuti test IELTS, tahapan selanjutnya adalah wawancara dengan JST (Joint Selection Team) dari AAS. Bisa dibilang ini puncak dari rentetan proses yang harus dijalani para pelamar AAS. Pada hari yang sudah ditentukan, pelamar akan diwawancara oleh 2 orang dosen yang berasal Indonesia dan Australia.

Wawancara berlangsung selama kurang lebih 15-30 menit. Prediksi pertanyaan AAS dapat dilihat disini.

Dari semua prediksi tersebut ada beberapa persamaan dengan apa yang ditanya waktu saya interview dengan JST. Diantaranya:

What motivate you to study in Australia? (motivasinya apa?)

Selain jawaban klise bahwa “Australia has a good education system”, perlu juga jawaban yang argumentasinya kuat. Seperti: Several universities in Australia offer knowledge management course which suited with my interest and needs. Another reason is Australia has highly interest in Asian countries especially in Indonesia. In contrary UK has highly interest in African countries and US focusing on Latin America. So I think Australia has many case studies research in Indonesia and its more easier for me to applied my study.

What are you going to study in Australia? (mau kuliah di mana di Australia?)

Kadang kita hanya menjelaskan alasan memilih jurusan dan Universitasnya. Tetapi penting untuk menjelaskan mata kuliah apa yang menarik dan ingin digali lebih dalam. Kuncinya adalah kita harus memperlihatkan bahwa studi yang akan kita ambil akan bermanfaat untuk pengembangan diri, lembaga dan juga Indonesia. Kaitkan juga jurusan dengan 4 pilar pembangunan yang dipilih, kemudian kaitkan dengan visi dan misi AusAid.

How are you going to implement what you study in Australia when you return to Indonesia? (bagaimana menerapkan hasil studi Anda nanti ketika sudah pulang ke Indonesia?)

Kita mesti realistis, jangan terlalu berambisi akan merubah sistem. Lebih baik mengira2 hal kecil apa yang bisa berdampak besar dan punya direct impact terhadap kemajuan lembaga/organisasi kita. Key wordnya: Think Global, Act Local.

Contoh: Saya bekerja sebagai pustakawan di Lembaga Penelitian. Tugas saya mengelola asset data yang dimiliki lembaga, sebagai bahan referensi peneliti untuk menghasilkan hasil penelitian yang berkualitas. Hasil penelitian ini akan menjembatani pemerintah dalam membuat kebijakan publik.

Klo dirunut kontribusi saya untuk perkembangan Indonesia jauh sekali, tapi berdampak langsung bagi penelitian yang berkualitas dalam rangka: influence policy making process to improve Indonesian people’s welfare.

Are you aware of potential obstacles that you might experience before and after you finish your study? How have you prepared yourself? (bagaimana menghadapi hambatan ketika belajar di Australia dan ketika kembali di Indonesia?)

Penting untuk mengetahui hambatan yang kemungkinan akan dialami dan solusi terbaik untuk mengatasinya. Itu bukti bahwa kita siap mendapatkan beasiswa ini.

What aspects do you see change in relation to what you will study in Australia and how are you going to contribute? (apakah Anda melihat perubahan besar yang terjadi di dunia saat ini? Apa saja hal yang terkait dengan apa yang Anda pelajari saat ini dan bagaimana Anda bisa berkontribusi?)

Waktu itu saya menjelaskan bahwa profesi perpustakaan kadang dianggap hanya sebagai pengelola data dan koleksi perpustakaan. Tapi karena saya banyak berkutat dengan data, akhirnya saya dipercaya untuk turut serta dalam penelitian Kemiskinan Perkotaan. Saya ingin membuktikan bahwa pustakawan bisa berkontribusi langsung pada penelitian.

Pengalaman ketika wawancara dengan JST


Diluar dugaan saya, tim JST sangat ramah dan bahkan mereka mencairkan suasana dengan candaan dan banyak tersenyum. Memang awalnya agak parno, tapi sebenernya tujuan wawancara bukan untuk berdebat dan menunjukkan bahwa kita pintar, tetapi lebih kepada mereka ingin melihat potensi kita dengan berdiskusi. Jadi tidak ada yang benar dan salah dalam menjawab pertanyaan.

Start with smile and just be yourself, tentu mereka udah berpengalaman mewawancara ratusan orang, jadi pasti tau mana yang jujur dan yang tidak.

Pengalaman saya, waktu itu ada moment dimana mereka terus bertanya kepada kita, padahal jawaban kita sudah mentok. Jangan panik dan merasa gagal, tidak ada maksud mereka mau menjatuhkan kita atau menggagalkan. Sebenarnya mereka mau mengeluarkan kemampuan kita.

Wajib latihan wawancara dengan teman yang sudah pernah berpengalaman wawancara beasiswa. Pelajari prediksi pertanyaan dan coba merangkai jawaban sendiri. Jangan menghafal jawaban. Semakin sering latihan, semakin lancar menjawab pertanyaan.

Tentunya kalau latihan cukup pasti nanti kita akan merasa siap dan percaya diri menghadapi wawancara.

"The more you practice, the more you can, the more you want to, the more you enjoy it, the less it tires you."  - Robert A. Heinlein -

IELTS Preparation

Form aplikasi beserta dokumen pendukung dikumpulkan bulan Agustus 2012 via pos ke Kantor AAS di Jakarta. Hasil sort listing akan diumumkan pada bulan November 2012. Sambil nunggu pengumuman, saya memutuskan untuk belajar academic writing di LBI UI selama 3 bulan. Sebelumnya academic writing, saya juga les IELTS Preparation di lembaga yang sama selama 3 bulan. Seumur2 baru kali  ini saya denger IELTS, karena dari dulu yang saya tau cuma TOEFL.

kenapa mesti belajar IELTS? karena kalau kita lolos Pra Seleksi AAS,  maka tahapan selanjutnya panitia AAS akan memverifikasi kemampuan bahasa inggris kita lewat Test IELTS yang harus diikuti oleh peserta short listing (dibiayai oleh AAS). 

IELTS adalah salah satu dari test kemampuan bahasa inggris. Prinsipnya sama kaya TOEFL, cuma bedanya klo IELTS yang diuji lebih ke kemampuan 'aktif' kita dalam berbahasa inggris. Komponen dalam IELTS yang akan diuji adalah Speaking, Listening, Reading dan Writing. Silahkan beli buku latihan IELTS di toko buku, klo bisa yang terbitannya Cambridge.

Ada yang bilang IELTS lebih susah dari TOEFL, ada juga yang berpendapat sebaliknya. Tapi pada prinsipnya bahasa inggris bisa dipelajari asal kita tekun dibarengi dengan melatih diri membiasakan diri belajar bahasa inggris dari hal kecil. Misalnya untuk latihan Reading, biasakan membaca novel berbahasa inggris atau baca Koran The Jakarta Post/The Globe. Jika menemukan kata yang tidak dimengerti, catat dan cari artinya. Jika dalam satu hari dapat menghafal 2-3 vocabulary baru, bayangkan berapa kosa kata yang bisa ditambah dalam sebulan?!

Untuk Speaking, biasanya kendalanya adalah rasa malu untuk ngomong. saya juga sempet ngerasa malu kok, takut salah, takut glagapan. Tapi justru makin sering dilatih, malah makin lancar. Caranya? bisa ikutan kelas conversation di lembaga bahasa, atau klo mau latihan gratis bisa latihan ngomong dengan teman bule atau yang bahasa inggrisnya udah lancar. Mulai dari percakapan sehari2, kemudian mulai latihan percakapan formal berdasarkan tema tertentu. Misalnya tentang kejadian yang baru2 ini terjadi di Indonesia atau dunia Internasional. Perlu juga latihan cara memulai percakapan, berbasa-basi, belajar bicara secara sistematis dan juga cara mengemukakan pendapat dan membuat kesimpulan. Hal2 remeh seperti memulai percakapan biasanya sering dilupakan, padahal penting lho, biar ga kagok.

Sama halnya dengan reading dan speaking, Writing juga perlu dilatih. Dengan cara? Mulailah menulis essay dari tema2 yang dipilih dari buku latihan IELTS. Lalu minta teman yang jago bahasa inggrisnya untuk review tulisan kita. Di dalam soal writing IELTS biasanya kita diminta untuk menjelaskan suatu proses, menulis essay argumentative atau  menjelaskan sebab-akibat. Paling ngga harus tau prinsip dasarnya klo nulis essay argumentative itu kaya apa. kita juga bisa belajar kalimat penghubung apa yang biasa digunakan.

Untuk Listening, saran saya sih, banyak latihan di buku IELTS. Karena disitu banyak contoh percakapan soal dengan aksen Inggris, Skotlandia dan Australia. Jadi biar ga kaget2 banget, karena akses inggris lebih jelimet di denger. Atau bisa juga latihan klo nonton dvd, biasakan jangan pake subtitle.

Intinyaaa, harus disiplin klo mau belajar bahasa inggris. Sediakan waktu paling ngga 1 jam untuk latihan soal dari buku IELTS. Tips lain adalah: usahakan pas ngerjain soal pake timer. Jadi dari sekarang udah dikondisikan seperti menghadapi actual test.

Yang saya rasakan selama menjalani proses ini adalah kita bertarung sama musuh terbesar kita yang justru berasal dari diri sendiri. Kadang suka males belajar bahkan menunda2. Coba deh bayangin klo gagal dapet AAS karena kurang persiapan bahasa inggris, padahal punya banyak waktu luang. Nyeselnya kaya apa?