Showing posts with label #tripjawatimur. Show all posts
Showing posts with label #tripjawatimur. Show all posts

Monday, January 21, 2013

Taman Nasional Baluran: Afrika rasa Indonesia.

Salah satu dari list panjangggggggg “places to see before I die” adalah bisa bersafari ke Negara Afrika. Pengen banget liat kehidupan liar satwa berlatar belakang padang Savanna, trus naik Jeep dan bawa kamera dengan lensa tele, pake celana kargo, kicimiti item! Beuuhh keren ya mimpi gw? Hahahaha.

Gunung Baluran

Anyway, ternyata lagi2 saya harus merasa bersyukur tinggal di Indonesia. Semua ada disini, baik pantai berpasir pink, gunung bersalju, green canyon, laut berwarna ijo toska, dan ternyata di Indonesia ada Afrika-nya jugaaaaa lho. Tepatnya di Taman Nasional Baluran, Banyuwangi. Taman nasional ini bisa dibilang lengkap, selain padang savana, hutan mangrove, hutan musim, ada juga hutan pegunungan bawah, hutan rawa bahkan pantai dan area pegunungan! Rasanya klo iseng jalan kaki menyusuri tempat ini dari ujung ke ujung, mungkin memakan waktu 1-2 bulan karena luasnya 25.000 hektar bro.


Taman Nasional Baluran (TNB) didirikan pada tahun 1980 dan merupakan Taman Nasional pertama di Indonesia. Menurut Wikipedia: Taman Nasional ini memiliki sekitar 444 jenis tumbuhan dan di antaranya merupakan tumbuhan asli yang khas dan mampu beradaptasi dalam kondisi yang sangat kering. Selain itu, terdapat sekitar 155 jenis burung (di antaranya termasuk burung langka), dan 26 jenis mamalia. Jadi aman, karena ga ada singa, cheetah maupun macan tutul. Hehehe 


TNB ini merupakan persinggahan terakhir dari #tripjawatimur, setelah mengunjungi #Tanjungpapuma dan #kawahIjen. Jarak dari Kawah Ijen menuju TNB cukup dekat, perjalanan hanya 2 jam (ga pake macet). Lagi2 kami mengandalkan Google Maps, jadi ga perlu susah nyarinya cukup mengikuti jalur ke Banyuwangi atau Bali.


Kami ke tempat ini pada saat musim kemarau (November 2012), ketika itu suhu mencapai 34 derajat celcius. Puncaknya bisa sampe 40 derajat celcius (walah!) hehehe. Ya itung2 latihan sebelum ke Afrika. Hehehe. Saya menginap di Wisma Banteng di Daerah Bekol. Pemandangannya langsung mengarah ke pegunungan dan Savana. Sayang waktu itu musim kemarau sehingga rumputnya hangus, jadi ga ada pemandangan padang kuning. Yang ada tanah item2 smua, tapi memang jenis tanahnya juga tanah vulkanik. 



HTM TNB berapa?
Dewasa : Rp. 2500/org
Pelajar : Rp. 1250/org
Turis asing : Rp. 20.000/org
Roda 4 : Rp. 6000/unit
Roda 2 : Rp. 3000/unit

Ada apa aja di TNB?
  1. Batangan: terdapat peninggalan sejarah berupa goa Jepang dan makam putra Maulana Malik Ibrahim.
  2. Bekol: melihat dari dekat burung merak dan satwa liar lainnya seperti rusa, kijang, kerbau dan banteng, ayam hutan dan burung.
  3. Pantai Bama, Balanan, dan Bilik: merupakan lokasi wisata bahari. Pengunjung dapat bermain kayak, memancing, dan snorkeling. Disini juga merupakan habitat tempat berkumpulnya monyet hutan.
  4. Manting dan Air Kacip: terdapat sumber air yang konon tidak pernah kering.
  5. Popongan, Sejile, Sirontoh, Kalitopo: terdapat fasilitas untuk naik perahu sambil mengamati ikan di laut dangkal. Selain itu terdapat pula lokasi pengamatan burung.
  6. Curah Tangis: Terdapat kegiataan panjat tebing.

Enakan nginep atau pulang pergi?
Menurut saya sih enakan pulang-pergi. Meski tempat ini luas banget dan ada fasilitas menginap, tapi sebenernya tidak terlalu banyak tempat wisatanya. Ya maklum karena tempat ini memang kawasan konservasi dan biasanya yang dateng kesini adalah peneliti yang ingin mengamati perilaku hewan2 di habitat asli maupun para pengamat burung dan photographer.



Trus klo mau nginep gimana?
Di TNB ada beberapa alternative tempat menginap. Sebaiknya menghubungi Staf TNB, Pak Djoko (081399082458), untuk booking kamar.

Daerah Bekol (Wisma menghadap Gunung dan Savana, tidak ada kantin/resto, kamar mandi diluar wisma)
  1. Wisma Rusa (Jumlah Kamar: 7, daya tampung 12 org), Harga Rp. 35.000/org
  2. Wisma Merak (Jumlah Kamar: 3, daya tamping 3 org), Harga Rp. 50.000/org
  3. Wisma Banteng (Jumlah Kamar: 2, daya tampung 4 org), Harga Rp. 250.000/unit
  4. Extra bed Rp25.000

Pantai Bama (Wisma menghadap Pantai, ada kantin untuk makan)
  1. Wisma Kapidada (Jumlah Kamar: 4, daya tampung 8 org), Harga Rp. 75.000/org
  2. Wisma Pilang (Jumlah Kamar: 1, daya tampung 6 org, ada AC), Harga Rp. 300.000/unit
  3. Extra bed Rp25.000

Note:
  1. Ga ada Sinyaaaaaallllll blassss di TNB.
  2. Jarak Lobby TNB ke Wisma di Bekol: 15 km lho, klo dari Wisma Bekol ke Pantai Bama sekitar 3 km.
  3. Di Wisma Bekol terdapat pos penjagaan dilengkapi dengan alat komunikasi dan juga dijual snack, seperti pop mie, oreo dll.
  4. Pelajar dan mahasiswa diberikan diskon sebesar 50 % dari tarif akomodasi yang berlaku.
  5. Listrik menyala hanya pada pukul 17.00 - 23.00 WIB. Kalau mau sewa genset biayanya Rp. 100.000/hari. Hanya menyala pada jam 23.00 - 06.00
  6. di Bekol ga ada rumah makan, jadi mesti ke Pantai Bama untuk beli makanan.
  7. Makanan di kantin Pantai Bama cuma ada 2 macem: Nasi Goreng (Rp. 10.000) dan Soto Ayam (Rp 15.000) *klo ga salah ya, maaf lupa* . Kalau mau mesan menu lain bisa, jadi nanti dimasakin sama staffnya. Waktu itu kami minta dimasakin Sayur Asem, Tempe, Ikan Asin dan Sambel Terasi untuk 9 orang, biayanya sekitar Rp. 250.000
  8. Disarankan membawa kendaraan sendiri, karena klo mau sewa motor/mobil/truk safari kudu nyewa lagi. Sepeda motor: Rp. 30.000 ; Mobil: Rp. 100.000 (kapasitas 4 org) ; Truk: Rp, 150.000
  9. Di Pantai Bama banyak banget nyamuuukkk, karena disana ada hutan mangrove, jadi harus bawa autan.
  10. Website resmi TNB:  http://balurannationalpark.web.id/page-category/tentang-kami/
  11. Bawa kamera tele untuk foto kawanan rusa, burung merak dan burung di atas pohon.

Perlu diingat bahwa TNB adalah kawasan konservasi, jadi fasilitasnya serba pas2an. Jangan dibayangkan ini adalah tempat wisata komersil. Untuk penginapan, kamarnya juga kurang bersih dan saya bahkan terkena tungau di kaki (semacam kutu kasur) waktu menginap di Wisma banteng. Padahal Wisma tersebut bisa dibilang paling bagus diantara yang lain di daerah Bekol.

Tapi saya melihat ada beberapa tempat penginapan dan resto yang sedang dibangun, jadi harapan saya sih, fasilitas di perbaiki. Terutama soal akses jalan ke Bekol dan Pantai Bama. TNB sebenarnya bisa lebih menarik seperti Taman Nasional Komodo jika tempat ini benar-benar dirawat. 

Photo Courtesy: Eky Rizki Darmawan

Sunday, December 9, 2012

Kawah Ijen, Bondowoso


Seumur hidup, saya ga akan pernah lupa sama yang namanya Gunung Ijen, serius deh! Karna apaaa? Karena eh karena, Gunung Ijen merupakan gunung pertama yang berhasil saya daki di sepanjang 27 tahun saya hidup di dunia ini. *terharu*, *lap air mata pake jilbab*,  *peres jilbab*, * jemur* #halah.

Alasan kami ingin mengunjungi Kawah Ijen adalah karena penasaran dengan api biru di Kawah Ijen yang konon hanya ada dua di dunia ini, yaitu di Ijen dan Islandia. Wuiiihh. Gunung Ijen merupakan salah satu dari rangkaian gunung yang masih aktif di dataran Pulau Jawa. Setiap gunung mempunyai keunikan yang khas, untuk Gunung Ijen keunikan terletak pada kawah gunung yang berwarna hijau toska karena memiliki kandungan tingkat asam yang tinggi.

Status Kawah Gunung Ijen masih waspada dan belum kembali ke status normal, namun pihak Perhutani masih membuka jalur pendakian secara terbatas sejak Juni 2012. Wisatawan tidak boleh mendekat ke kawah Ijen dengan radius 1 kilometer demi keselamatan mereka.

Gunung Ijen terletak di perbatasan Bondowoso dan Banyuwangi, Jawa Timur. Gunung ini memiliki ketinggian 2.386 meter dari permukaan laut. Ada dua rute alternative menuju Kawah Gunung Ijen, bisa dari Banyuwangi atau dari Bondowoso. Karena Ijen merupakan destinasi kedua kami setelah Tanjung Papuma, maka kami berangkat menggunakan jalur Bondowoso.

Jember to Kawah Ijen

Modal utama kami menggunakan GPS, baik GPS yang ada di ponsel, maupun GPS (Ganggu Penduduk Setempat) alias nanya sana sini. Hehehe. Sempet nyasar karena petunjuk arah yang disarankan GPS itu pake jalur alternative dan masuk ke kampung2, lucunya petunjuk jalan bilang arahnya lurus, padahal jelas2 di depan kita ada kali besar. Lah pagemana ceritanya mobil kita disuruh nerobos kali?

Emang agak perjuangan sih menggunakan jalur Bondowoso karena jalannya jelek banget. Ada beberapa pos penjagaan yang harus dilewati untuk menuju Paltuding, setiap pos kami diharuskan mengisi buku tamu. Paltuding adalah lokasi awal pendakian menuju Kawah Gunung Ijen. Di Paltuding inilah tempat di mana pos pengumpulan maupun penimbangan belerang, Pos Perhutani dan tempat parkir kendaraan. Tidak ada sarana transportasi umum yang langsung menuju Paltuding. Untuk itu pengunjung tidak memiliki pilihan antara memakai jasa travel atau kendaraan pribadi. Kalau mau cara esktrim: menumpang truk pengangkut belerang. Hehehee.

Memasuki daerah Paltuding, udara sudah mulai dingin. Tulang2 rasanya ngilu sekali dan hembusan nafas kami sudah berembun. Saat itu waktu menunjukkan pukul 02.00. Jika ingin melihat api biru di kawah gunung Ijen, disarankan mendaki dari malam hari agar api terlihat jelas. Sedangkan waktu yang disarankan untuk mendaki mulai pukul 05.00-07.00 WIB untuk menghindari bau dari uap belerang yang menusuk apabila mencapai puncaknya terlalu siang.


Jarak dari Paltuding ke Kawah Gunung Ijen sekitar 3 km dan memerlukan waktu 2-3 jam untuk mendaki jalan setapak. Tapi namanya juga mendaki gunung, meski jalan setapak mudah dilalui tapi derajat kemiringannya 45 derajat. Apalagi kami mulai mendaki pada pukul 02.30, selain gelap dan dingin, semakin ke atas kadar oksigen juga makin menipis. Saat itu hanya kelompok kami yang akan naik saat itu juga, kelompok lain memilih mendaki pada waktu shubuh.

Agak sulit menyamakan ritme 8 orang dengan kondisi fisik dan stamina yang berbeda. Awalnya kami banyak berhenti, karna saya berprinsip, kalau ada yang capek dan ingin istirahat harus bilang. Pokoknya satu berhenti, berhenti semua. Kunci mendaki gunung terletak di nafas, sebisa mungkin bernafas melalui hidung.

Karena perjalanan di lakukan pagi2 buta dan kondisinya sangat gelap karena semuanya hutan, satu2nya pemandangan yang kami nikmati adalah taburan bintang di langit. Begitu banyaknya sampai rasanya saya terbius dan enggan mengalihkan pandangan lain selain ke atas langit. Sejenak lupa akan tujuan kami mendaki, saya pun kembali konsentrasi mengikuti jalan setapak. Kami sempat bertemu dan dibalap dengan beberapa pendaki lainnya. Memberi semangat satu sama lain. Kami pun bertemu dengan beberapa penambang belerang yang sama2 hendak menuju Kawah Gunung Ijen.

Photo by Boy Jack Raymond

Waktu menunjukkan pukul 04.30 dan langit pun perlahan sudah mulai cerah. Jalan setapak sudah mulai datar. Artinya kami sudah berada dekat dengan Puncak Kawah Ijen. Tiba2 saya mendengar suara desiran dari sisi pohon cemara, menurut penambang belerang suara itu dihasilkan dari angin yang berhembus di sela2 pohon cemara. Bunyi suaranya sepeti suara alunan lagu untuk meditasi. Hening namun khidmat. Mata saya tertumpu pada kumpulan awan di samping saya, waahh tinggi saya sudah mulai sejajar dengan awan!  Saya pun melihat kelap kelip lampu kota dari ketinggian, entah itu Bondowoso atau Banyuwangi.

Sesampainya di Puncak Kawah Ijen, Subhanallah, terlihat dengan mata telanjang api biru yang menari2 dari atas tanah. Sebenarnya klo mau lihat lebih jelas bisa mendaki turun ke bawah, tapi kami memutuskan untuk tidak turun karena panas sekali dan bahaya bau belerang yang menyengat. Kami pun hanya duduk memandangi pemandangan danau kawah yang berwarna hijau toska dilatari tebing yang berwarna coklat keputih2an dan pedaran langit yang berwarna biru bercampur orange.


Waktu solat shubuh telah tiba, kami pun langsung melakukan tayamum dan solat di atas tebing menghadap Kawah Gunung Ijen. Rasanya nikmat sekali solat di latari pemandangan alam ciptaan Allah SWT. Sungguh kombinasi pemandangan yang sempurna.

Api Biru

Menurut Wikipedia:
Warna danau yang dipengaruhi keluaran gas belerang (H2S dan SO2) biasanya ber yang menutupi kawah aktif biasanya memiliki pH sangat rendah (0—2) sehingga praktis sangat beracun bagi sebagian besar makhluk hidup. warna hijau cerah (seperti di Kawah Ijen). Warna ini dapat berubah sewaktu-waktu menjadi kuning atau putih, tergantung kepekatan gas yang keluar. Gas lain yang dapat dikeluarkan kawah adalah gas klor, fluor, CO serta CO2. Komposisi gas-gas yang terlarut atau bereaksi dengan air dan mineral mengakibatkan perbedaan warna danau, seperti yang mudah terlihat pada kompleks Kelimutu.

Rasanya dingin banget berada di atas Kawah, angin yang berhembus kencang. Saya pun mulai kebelet pipis. Akhirnya setelah hampir 1.5 jam berlama2 memandangi kawah kami pun memutuskan untuk turun gunung. Terlihat banyak wisatawan yang mulai berdatangan, kebanyakan wisatawan asing. Lucunya pemandangan kami sungguh kontras, kami dengan kostum full jaket, sarung tangan dan kupluk, mereka dengan kaos tipis dan celana pendek. Hahahahaha.

Pemandangan ketika turun gunung ga kalah indahnya dengan pemandangan di puncak Gunung Ijen. Pemandangan hutan dan gelap yang saya lihat ketika mendaki ternyata merupakan jurang lereng gunung. Kami pun sejenak berhenti untuk memandangi lereng gurung berlatarkan pohon cemara, serta warna daun kuning kecoklatan. Sungguh merupakan kenikmatan sendiri berlama2 berada di atas Gunung.

Note:
  1. Bawa senter sendiri.
  2. Memakai spatu kets atau sandal gunung. 
  3. Tidak ada toilet di Kawah Gunung Ijen, kalaupun ada hanya berupa toilat darurat (tanah di lubangi) dan tidak ada air. 
  4. Penambang belerang sering kali menawarkan sabun belerang kepada kita, saran saya, jika mempunyai uang lebih beli saja, itung2 membantu penghasilan mereka yang tidak seberapa. Harga berkisar antara Rp. 10.000 – Rp. 20.000.
  5. Harus meminta ijin jika mau foto para penambang, ada beberapa dari mereka yang suka tersinggung jika difoto tanpa meminta ijin 
  6. Tidak perlu guide karena jalan setapak sangat mudah dilalui
Photo: Eky Rizki Darmawan

Tuesday, November 27, 2012

Pantai Papuma, Jember

“Eh Rat, Jawa Timur emang ada apaan selain Bromo?” Eng ing eeeng. Mungkin klo Mas Anang Hermansyah denger pertanyaan itu, doi langsung bilang: MENURUT NGANA? *sambil tebalikin meja*. Hahaha. Ih jangan sangka loh, ternyata di negaranya Mas Anang ini, ada loh yang namanya Pantai Tanjung Papuma, singkatan dari Pasir Putih Malikan. Letak persis Papuma berada di Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, Jember, Jawa Timur. Sejarahnya, batu malikan di Pantai Papuma merupakan lempengan batu di dekat pesisir pantai yang menimbulkan bunyi jika diterpa ombak.

Caranya kesana? Nah ini agak PR juga sih. Mau ga mau mesti pake mobil dari Surabaya atau nyambung kereta dari Surabaya ke Stasiun Jember, abis itu bisa naik mobil carteran atau ojek ke Papuma. Alternative lain naik angkutan umum dari Jember ke Ambulu, dilanjutkan dengan ngojek. Informasi dari beberapa blog sih tarif ojek sekitar 35rb. 

Surabaya - Papuma

Saya kebetulan rental mobil dari Surabaya. Perjalanan dari Surabaya – Papuma klo liat di google maps jaraknya 195 km dan memakan waktu hampir 6 jam. Tapi prakteknya, ternyata butuh waktu hampir 8 jam untuk sampai di Papuma, yaa bisa dibilang 8 jam plus nyasar2 sih. Hehehehehe. Untuk menuju ke Papuma ga susah kok, klo udah di Jember tinggal ikutin petunjuk jalan aja. Dari pusat kota Jember kira2 1 jam perjalanan menuju Papuma. Pantai Papuma ini bersebelahan dengan Pantai Watu Ulo. Uniknya, klo Papuma berpasir putih, Pasir di Pantai Watu Ulo berwarna hitam. Padahal pantainya tetanggan, alias deketan.

Perjalanan mendekati Papuma diawali dengan suguhan sawah dan sederet hutan jati yang sedang meranggas. Serasa di Nami Island loh, kurang saljunya aja. Hehehe. Ketika sampai di gerbang Papuma ada dua pintu masuk. Yang arah kiri ke Pantai Watu Ulo dan yang ke kanan ke pantai Papuma. Harga tiket Masuk Ke Pantai Papuma sebesar Rp. 7000/org (supir/ojek ga dihitung). Dari gerbang Papuma jalannya agak mendaki dan sudah mulai rusak.

Bau khas pantai mulai tercium ga lama setelah masuk gerbang. fyuhh, akhirnya sampai juga di Pantai Papuma. horeee main aiiirrrr. Dari kejauhan udah seneng liat perahu nelayan lagi bersauh. Trus langsung pengen copot sandal untuk ngerasain jalan kaki di pasir. Tapiiii tapiiii uugghh banyak sampah euy di Papuma. Sepanjang yang saya lihat hampir ga ada tong sampah. Yaa lagi2 ya, problematika klise di Endonesah, mental buang sampah sembarangannya masih dijunjung tinggi ditambah ga tersedianya tempat sampah di tempat wisata.

Karena Pak Supir parkirnya agak di deket pintu masuk, jadinya saya mesti jalan kaki ke spot Tanjung Papuma yang ada di ujung satunya. Jaraknya ga jauh kok, hampir setengah kiloan. Di perjalanan saya nemu batu berbentuk ombak, sepertinya batu2 ini terbentuk dari kikisan air ketika pasang.


Di  dekat gugusan batu karang, banyak pengunjung yang berenang. Saya mengurungkan niat untuk main air karena mau ngejar sunset di bukit Papuma. dari bawah pantai terlihat ada semacam tempat untuk memandang sekeliling dari ketinggian. Untuk mencapai tempat tersebut terdapat tangga dari semen yang memudahkan kita melaluinya. Dari atas sini kita bisa memandang luasnya samudra Indonesia yang biru, gugusan batu karang serta hempasan ombak yang menyajikan lagu paling merdu.


Kami agak lama di tempat ini. entah kenapa klo udah di laut saya memang betah lama2. Sambil ngelamun dan menikmati matahari yang perlahan turun dan menyisakan langit berwarna orange. Saya pun mengabadikan hempasan ombak Papuma lewat video di ipod. Warna hijau toska dan biru berpadu menjadikan mata betah berlama2 melihatnya. Pada akhirnya se-keukeuhnya kami ga mau pindah, tetap harus merelakan spot kami untuk gantian dengan pengunjung lain yang ingin ber-sunset-ria. Hehehe. Ekhois


Secara umum menurut saya fasilitas umum disini ala kadarnya. Warung makan jumlahnya terbatas dan tidak banyak variasi. Klo menjelang maghrib sangat gelap karena keterbatasan listrik, toilet umum bentuknya sederhana dan kurang banyak. Parkir untuk mobil kurang besar. Lokasi untuk melihat pantai dari atas bukit sudah banyak semen yang bocel2 dan penuh coret2. Pengunjung yang sudah capek2 naik ke atas kemudian kecewa dengan keterbatasan tempat duduk dan banyak sampah.

Akan lebih nyaman kalau diperbaiki lagi, diperluas dan dibuat dengan tempat duduk yang lebih banyak. Yang sangat urgent adalah ditambahnya tong sampah. Menurut saya ini pantai terjorok yang pernah saya datangi. Sayang sekali, padahal Papuma bisa menjadi satu dari sekian banyak tempat wisata terbaik di Jawa Timur.

PS: ternyata selain Mas Anang, Jember juga kampungnya Mbak Dewi Persik. hihihihih

All photos by: Eky Rizki Darmawan

Tuesday, November 20, 2012

#tripjawatimur

Haloooooo haloooo, akhirnya posting blog tentang trip juga setelah lama vakum. Terakhir posting itu pas #tripbelitong di Bulan Mei. Alhamdulillah bisa ngetrip lagi di akhir tahun. Trip kali ini pengen explore daerah Jawa Timur, alasannya simple sih, klo trip di pulau Jawa budget ga terlalu besar. Hehehe.

Hasil dari googling dan info dari temen, tempat wisata yang dipilih untuk #tripjawatimur adalah: Tanjung Papuma (Jember), Kawah Ijen (Bondowoso) dan Taman Nasional Baluran (Banyuwangi) dengan starting point di Surabaya. Biar agak beda, kami memilih untuk berangkat ke Surabaya naik kereta lalu dilanjutkan road trip naik mobil dengan rute Surabaya-Jember-Bondowoso-Banyuwangi-Surabaya, selama 4 hari. Untuk perjalanan pulang Surabaya-Jakarta kami memutuskan naik pesawat dengan alasan “biar cepet nyampe rumah”. Hehehe.


Rute:
E: Surabaya
B: Tanjung Papuma, Jember
C: Kawah Ijen, Bondowoso
D: Taman Nasional Baluran, Banyuwangi

Sebagai informasi, peserta trip ini berjumlah 8 orang dan memakan biaya 1.700.000/orang. Harga tersebut sudah termasuk:
  1. Tiket Kereta Eksekutif Gumarang: Rp. 275.000/org
  2. Makan selama 4.5 hari : Rp. 200.000/org
  3. Patungan rental Elf 4 hari: Rp. 400.000/org
  4. Nginep di TN. Baluran 2 hari: Rp. 131.250/org
  5. Tiket Pesawat SBY-JKT, Merpati: Rp. 577.830/org
  6. HTM Tempat Wisata: Rp. 16.000/org
  7. Patungan Tip utk guide + supir: Rp. 20.000/org
  8. Snack + air minum slm perjalanan: Rp. 25.000/org
  9. Tol, parkir dll: Rp. 15.000/org
  10. Airport Tax: Rp. 40.000/org
Bisa dilihat biaya termahal ada di rental mobil dan tiket pesawat. Sedangkan subsidi silang didapat dari akomodasi, seperti dugaan kami sebelumnya, makanan dan tempat menginap di daerah jawa timur terbilang murah. Sistem bayarnya dicicil ke Ketua Kelas merangkap Bendahara biar ga kerasa berat.

Postingan #tripjawatimur akan dibagi per tempat wisata, kuliner serta cerita seru naik kereta ke Surabaya. Sebagai info kami menyewa elf dengan kapasitas 14 penumpang dengan harga Rp. 3.200.000 selama 4 hari sudah include bensin dan supir. Exclude: uang tol, makan supir dan tempat menginap supir.

Rent Car
Setia Abadi Tour & Travel
Jalan Demak No. 129 Surabaya, Indonesia
Telp : (62) 857 333 11117