Tuesday, August 23, 2011

Day 4: Lotte World, Kimchi Museum, Seoul Stadium, Namdaemun Market

Hari keempat di Seoul, jujur, saya sudah mulai bosan dan rindu Indonesia, terutama makanannya!  Sebenarnya Seoul itu kota yang menyenangkan dan saya betah, udaranya bebas polusi, sangat dimanjakan dengan fasilitas, semua serba teratur dan nyaman, tapi saya kalah telak dalam hal makanan, ternyata lidah saya beneran ga bisa adaptasi.  Tapi masih ada 1.5 hari lagi di Seoul, jadi sejenak meredam rindu ibukota Jekarrdahh.

Itinerary yang sudah saya buat capek2 ga ada yang kita ikutin, semuanya amburadul dan acakadul begitu sampai di Seoul. kalau ada yang mengikuti blog ini dari cerita pertama, yap kami nyerah sama cuaca di Seoul. Cuaca pada hari keempat masih hujan, akhirnya kali ini acaranya mengikuti kaki melangkah dan menunggu ilham datang seketika (caaileeee). Berikut beberapa tempat yang kami kunjungi di hari ke 4.

Lotte World
Pilihan ke Lotte World sebenarnya lebih karena kita ga tau lagi mesti kemana, dan karena disalah satu poster rekomendasi tempat wisata di Seoul ada tulisan “Lotte World” maka kesitulah kita! Hahaha..agak mureeee dan keliatan banget ga ada ide. Oke, Lotte World itu seperti Dufan hanya dia mempunyai 2 pilihan aktifitas indoor dan outdoor. Bagian Indoor Lotte World terletak di sebuah Mall, isinya taman bermain kecil dan ada tempat untuk bermain ice skating. 


Konsep Lotte World sedikit mengingatkan saya dengan Sentosa Island di Singapore yang juga menggunakan Vivo Mall sebagai penghubung.  Lotte World sendiri berada di pintu keluar Stasiun Jamsil, line 8. Ikuti saja arah petunjuk ke Lotte World setiba di stasiun. Harga tiket Lotte World cukup mahal yaitu Daily pass 38.000 KRW, dengan cuaca yang sedikit mendung maka kami memutuskan hanya melihat-lihat Indoor Lotte World yang merupakan salah satu TKP film drama korea “Full House”.


Museum Kimchi
Pemerintah Korea sepertinya tidak pernah kehabisan akal untuk mempromosikan budaya Korea. Salah satunya adalah mendirikan Museum Kimchi. Kimchi merupakan makanan fermentasi khas Korea dan hidangan wajib disetiap rumah dan restoran sebagai makanan pelengkap. Sekilas rasa dan bentuk Kimchi sama seperti acar, hanya bahan utamanya adalah Sawi Putih dengan kuah asam seperti cuka. Masyarakat Korea membuat Kimchi setelah panen sayuran Sawi, lalu mereka merendamnya di kuah asam bercampur cabai selama 6 bulan sampai 1 tahun.  


Museum Kimchi terletak di Coex Mall, lantai B1. Jika naik kereta turun di Samseong Station, Line 2, Exit no. 6. Harga tiket masuk sebesar 3000 KRW, jam operasi 10.00-18.00 dan tutup pada hari senin. Di museum ini kita bisa melihat sejarah pembuatan Kimchi dari masa ke masa, Terdapat pula beberapa jenis Kimchi yang khas di beberapa daerah, cara pembuatan, dan manfaat Kimchi bagi kesehatan. 



Tour ini tidak memakan waktu banyak, hanya membutuhkan waktu 30 menit karena memang tempatnya kecil. Yang menarik adalah replika Kimchi yang sekilas terlihat seperti asli. Disalah satu section, pengunjung dapat mencoba secara langsung beberap jenis Kimchi. Rasanya? Seperti asinan sayur, hanya menurut saya asamnya kurang segar, mungkin karena hasil fermentasi jadinya tak segar seperti asinan bogor. Setelah selesai berkunjung, sempat terpikir apabila Indonesia membuat museum khas makanan Indonesia, Wah pastinya akan lebih dari 100 museum yang mewakili makanan Khas dari Sabang sampai Merauke.



Seoul Stadium
Stadiun ini merupakan stadion utama pada penyelenggaraan FIFA World Cup Korea/Japan tahun 2002. Arsitektur Stadion ini merepresentasikan semangat kemenangan yang diisi dengan nilai tradisional budaya Korea. Jika dilihat dari atas, bentuk Seoul World Cup Stadium terlihat seperti layangan tradisional Korea.
Stadion ini mengklaim sebagai Stadion sepak bola yang terbaik di Asia jika dilhat dari sisi luas area dan fasilitas. Memang jika dilihat dari besarnya, stadion ini berkapasitas 60.000 orang dan memiliki fasilitas yang lengkap, diantaranya: dapat dijangkau langsung oleh Jalur kereta bawah tanah karena memiliki stasiun langsung, yaitu Line 6 Exit No. 1 atau 2. Selain itu stadion ini dikelilingi oleh 5 taman yang dapat digunakan sebagai tempat bersantai dan terdapat pula air mancur.


Yang menarik adalah di stadion ini adalah terdapat Shopping Mall ‘Homever’ plus tempat parkir bawah tanah. Ckckckck. Kekaguman saya akhirnya mencapai puncaknya ketika mengetahui bahwa selain Mall, juga terdapat CGV Sangam 10 Cineplex alias Bioskop yang berlokasi di dalam stadion. Wuuiidddiih. Kapasitasnya juga cukup besar yaitu terdapat 10 Studio dengan total 1.800 kursi..welehh weleeh. Menurut informasi yang saya dapat, Stadion ini merupakan satu2nya di dunia yang memiliki bioskop di dalam stadion sepak bola.


Namdaemun Market
Salah satu sasaran para shopping addict jika berkunjung ke Korea adalah Namdaemun Market. Lokasinya berdekatan dengan Seoul Stasiun dan Myeongdong. Dahulu kala pada dinasti Joseon Pasar Tradisional ini dijadikan tempat untuk berjualan sayur, buah dan hasil kebun lainnya. Sedangkan pada masa sekarang sudah berubah fungsi menjadi pasar yang menjual aneka souvenir, tekstil, topi, tas, bahan kerajinan, dan aneka barang elektronik.



Meskipun demikian masih terlihat penjual yang menjajakan sayuran yang  menjadi bahan dasar membuat Kimchi. Selain itu terdapat penjual jajanan pasar yang menjual beraneka makanan seperti sosis panggang dan barbeque seafood yang langsung dimasak begitu dipesan. Baru jalan2 15 menit, Anaconda yang ada di perut saya meronta2 minta makan gara2 nyium bau asap BBQ. Ga heran sih karena memang kami belum makan siang padahal sudah jam 6 sore. Akhirnya hati saya lumer untuk mencoba barbeque seafood, tentunya setelah bawel memastikan bahwa ga ada babi dan kandungan minyak babi di dalamnya.



Saya membeli 1 tusuk ayam bakar seharga 3000 KRW. Ga jadi membeli seafood karena jenis ikan yang dijual asing semua dimata saya (cari aman), dan rasanya enaaaaaakkk..yah klo lagi laper mah apa aja enak ya?! Hehehe..


Perut sudah diganjel, kami melanjutkan keliling2 pasar. Ternyata tidak hanya penjual Korea, tetapi juga ada pedagang2 dari Negara lain. Beberapa dari mereka bahkan langsung mengenali kami orang Indonesia dan mengucapkan beberapa kosa kata bahasa Indonesia seperti “murah” dan “beli”. Hal ini mengukuhkan stigma bahwa orang Indonesia suka berbelanja dimanapun dia berada, maka penting bagi beberapa pedagang untuk mempelajari Bahasa Indonesia. Ketika sedang berjalan2 ada pendagang arab yang memberikan kami kacang almond setangkup tangan secara cuma2. Rejeki ga boleh ditolak :p..