tempat saya berkembang
tempat saya mempersiapkan bekal
tempat saya bertemu sahabat
tempat saya meniti.
saya pulang ke rumah saya,
Universitas Indonesia.
Ada rasa semi melankolis kembali ke FIB
UI, rumah saya. Mungkin terdengar berlebihan, tetapi sepanjang perjalanan
menuju kampus di depok, saya merasa seperti perantau yang kembali pulang ke
rimbaannya. Saya ingat 9 tahun yang lalu, hari
pertama saya menuntut ilmu di kampus. Ada lupaan perasaan semangat menggebu2
diiringi debaran jantung yang tak henti2nya berdetak cepat. Aahh, rasanya tetap
sama ternyata, dulu maupun sekarang. Selalu seperti itu.
Saya memutuskan untuk naik Bis
Deborah, bis andalan mahasiswa UI yang berdomisili di Jakarta Selatan. Bis ini
selalu penuh, maklum karena bis ini satu2nya trayek jurusan Depok yang
berangkat dari terminal Lebak Bulus. Meskipun demikian saya rasa , rata2
penumpang sejati Deborah pasti tau, klo mau dapet tempat duduk harus naik
langsung dari terminal, Itu yang saya lakukan hari ini. hehehe. Dari kejauhan saya sudah liat bis kecil itu,
berkapasitas tempat duduk 25 orang dan berwarna ungu. Sempat melihat beberapa
kumpulan supir dan kondektur yang sedang santai menunggu bis penuh. Mereka
kadang suka bernyanyi lagu batak atau suka bercanda gurau, bahkan bermain
kartu. Dari kejauhan saya melihat ada beberapa wajah baru, tetapi saya masih
melihat muka lama. Hehehe.
Tempat duduk favorit saya selalu di depan,
tepatnya deretan sebelah kondektur. Alasannya karena saya suka liat pemandangan
meski kadang suka kebagian asap rokok supir Deborah. Sayangnya deretan depan
sudah ditempati, jadi saya harus legowo duduk di deretan tengah. Tarif Deborah
rupanya sudah melambung tinggi, dari dulu hanya Rp. 1500, sekarang sudah Rp.
4000
Setelah seluruh tempat duduk sudah
ditempati, supir pun langsung menyalakan mesin dan siap menuju Depok. Sepanjang
perjalanan, saya sibuk memperhatikan pemandangan lewat jendela. Melihat
perubahan2 yang terjadi selepas 5 tahun lulus kuliah. Sesekali sekelebat memori
pun bermunculan, mengenang peristiwa suka dan duka 4 tahun bolak balik Ciputat
– Depok naik bis ini.
Sampai di Depok, saya agak kaget
liat perubahan2 yang terjadi. Rasanya belum cukup lama meninggalkan kampus,
tetapi perubahannya cepat sekali. Jalan Margonda sudah diperlebar, sehingga
menggusur keberadaan pohon2 rindang yang suka dijadikan tempat berteduh
mahasiswa kalau kehujanan. Saya sampai hampir terlewat turun di Gang Kober,
keberadaannya semakin terpencil dengan bermunculannya bangunan baru di
sepanjang Jl. Margonda.
Saya memang selalu turun di Kober
karena lokasinya strategis dengan Fakultas saya, Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya (FIB). Rasa lega sedikit menjalar, melihat sepanjang gang Kober tidak
banyak berubah, tidak seperti Jl. Margonda di depan tadi. Beberapa kios memang
sudah mengalami pemugaran yang sedikit memakan badan jalan, sehingga agak lebih
sempit. Saya tersenyum melihat jejeran toko rental Komputer, dulu tempat ini
tidak pernah saya absen kunjungi semasa kuliah. Apalagi klo komputer dan
printer dirumah lagi ngambek, maklum jaman dulu belum punya laptop.
Saya melihat Ibu penjual nasi uduk
masih ada, kios penjual ikat pinggang juga masih ada, bahkan kios stationary
pun masih berjualan, dulu saya sering bolak balik beli pulpen dan pensil disini
karena selalu hilang. Hehehe. Perjalanan berlanjut di jalan setapak menuju FIB.
Jalan sudah diperbagus, teringat dulu saya sering kepleset lari2 di sepanjang
jalan ini klo terlambat masuk kelas.
Ada pemandangan aneh, lapangan bola
rumput sudah diganti dengan kandang rusa. Saya lihat tempat ini seperti tempat
wisata, karena banyak penduduk yang datang membawa anak kecil untuk sekedar
melihat dan memberi makan rusa.
Biasanya perjalanan dari Kober – FIB
memakan waktu 10 menit, tetapi sengaja saya perlambat langkah saya untuk
sejenak menikmati napak tilas sambil mengumpulkan memori2 yang bepedaran di
kepala saya.
Sesampai di FIB, saya sempat
memicingkan mata, ada pengerjaan gedung di lahan yang dulu adalah parkiran
dosen. Dari sepintas yang saya lihat, sepertinya hendak dibuat gedung baru,
karena terlihat cetakan huruf “gedung 10”.
Kaki saya terus melangkah masuk,
mata saya pun sibuk melihat2 gedung2 di FIB. Pohon beringin masih menjulang
gagah dengan akarnya yang kokoh menjalar ke segala arah. Kaki saya pun
melangkah otomatis ke Perpustakaan FIB, rasanya perpustakaan ini tidak dirawat
dengan baik. Temboknya sudah banyak yang mengelupas. Lalu saya melangkah di
gedung 9, disini masih terdapat beberapa mahasiswa. Gedung ini memang tempat
favorit no. 2 yang dijadikan tempat berkumpul mahasiswa setelah Kansas (Kantin
Sastra). Kaki saya tak sabar melangkah ke markas jurusan ilmu perpustakaan di
gedung 8, kekecewaan kembali meliputi saya karena ternyata gedungnya dikunci.
Kemudian langkah saya pun bergegas
menuju Kansas, kaget karena kantin yang berbentuk kerucut telah diganti menjadi
bangunan setengah jadi yang disemen, rupanya sedang dipugar. Sebagai gantinya,
Kantin dipindah ke lahan yang dulu bekas parkiran motor, disamping gedung 8. Dilihat
dari bentuknya, kantin ini rupanya kantin darurat yang sifatnya sementara,
sambil menunggu proses pemugaran Kansas. Saya pun segera memesan kopi panas
sambil menikmati hari pertama saya kembali menimba ilmu.
Ini bukan pertama kalinya saya
kembali ke kampus setelah 5 tahun lulus. Tetapi karena alasan saya kembali ke
kampus ini adalah untuk belajar dala rangka mempersiapkan rencana masa depan
saya, jadinya rasa melankolis itu pun keluar.
Selalu ada tempat di hati saya untuk
FIB. karena disinilah saya menuntut ilmu. Ilmu yang merupakan bibit dan bakal
buah yang sudah saya petik sekarang. Disini saya dibekali, dibimbing dan
diarahkan untuk menghadapi dunia luar. Di kampus ini saya mengenal apa itu
tanggung jawab dan disinilah saya mulai merangkai mimpi saya.
Senang sekali bisa pulang, ke
rumah.. :’)
No comments:
Post a Comment