Dulu pas jaman kerja, saya kangen banget untuk kuliah lagi. Kangen begadang ngerjain tugas, kangen nyari2 bahan bacaan untuk tugas essay, kangen bikin catetan kuliah, kangen diskusi, kangen kerja kelompok dan kangen masa2 ngerjain skripsi. Trus gara2 kangen kuliah ini, akhirnya apply beasiswa Australian Awards Scholarship (AAS) biar bisa kembali ke sekolaaahh :).
Selama sekolah, saya nikmatin banget masa2 menjadi full time student. Ga perlu ngantor dan berjibaku sama macetnya Jakarta, ga perlu mikir target kerja, dan pusing mikirin tagihan. Ihiyyy. Pokoknya kerjanya hanya kuliah, belajar
eh pas lagi kuliah semester 2, tetiba saya kangen kerja. Eaaakkk. Kangen meeting, kangen ngejar deadline, kangen bikin ide untuk workplan. Hahaha saya cepet banget bosen soalnya XD.
Akhirnya saya memutuskan untuk magang disela2 waktu kuliah. Niatnya sih selain menyalurkan hasrat pengen kerja dan menerapkan apa yang selama ini saya pelajarin di bangku kuliah, Saya juga pengen punya pengalaman magang di Australia.
Kenapa magang? Kenapa ga kerja sekalian?
Karena klo magang kan waktunya fleksibel. Waktu kerja disesuaikan dengan waktu perkuliahan, jadi ga ganggu aktifitas perkuliahan saya. Lain cerita klo saya kerja casual/temporary/permanent butuh komitmen waktu kerja karena saya dibayar.
Trus tau informasi lowongan magang darimana?
Dari kampus, kebetulan kampus saya di UTS punya semacam badan (namanya UTS Career) yang khusus menangani soal info lowongan2 kerja. Banyak perusahaan yang nitip lowongan kerja di Universitas, terutama yang targetnya nyari Fresh Graduate. Jadi mahasiswa yang baru aja lulus, bisa langsung hubungin UTS Career untuk tahu lowongan apa saja yang tersedia yang cocok dengan latar belakang pendidikannya. Plus bisa konsul juga sama staffnya soal rencana karir, bahkan latihan interview kerja.
Trus proses ngelamar untuk magang gimana?
Prosesnya sama kaya kita ngirim lowongan kerja: kirim CV, kirim cover letter. Trus nanti ada proses wawancara juga.
Frost Design
Alhamdulillah ga lama setelah masukin lamaran, saya diterima magang di Frost Design, salah satu perusahaan desain terbesar di Sydney. Ini pertama saya kerja di perusahaan semacam ini. Seneng banget jadinya, penasaran sama suasana kerjanya dan sebenarnya ini menjadi tantangan tersendiri juga karena klien dan koleksi yang akan di handle beda dengan yang biasa saya tangani.
Seperti dugaan saya, kantornya unik banget. Namanya juga kantor desain, ruangan dan suasananya tidak seperti kantor2 pada umumnya yang terkesan kaku. Suasana nyaman ini ternyata memudahkan para desainer untuk berpikir kreatif dan berinovasi.
Tanggung jawab saya adalah membantu proses inventarisasi produk2 master sample yang sudah dihasilkan Frost Design ke dalam database. Klo biasanya saya handle dokumen, buku, majalah dan koleksi perpustakaan pada umumnya, kali ini saya handle baju, stiker, spanduk, poster, tas, bahkan cangkir. Susah2 gampang untuk meng-organize tipe koleksi yang bermacam2 seperti ini, diperlukan pemikiran panjang untuk menentukan detail penamaan dan jenis koleksi agar ketika koleksi bertambah banyak, bisa tetep konsisten dan tidak redundant.
Selain handle koleksi yang lumayan ajaib, banyak pengalaman lain yang saya dapatkan selama bekerja 2.5 bulan di Frost Design, diantaranya:
Teamwork starts with the individual
Sudah menjadi opini umum bahwa bule itu individualis. Istilah gampangnya: elo-elo, gw-gw. Dan sebaliknya, orang Indonesia (atau sebagian kecil orang Asia) senengnya klo kerja itu kroyokan . Anggapan ini belom terbantahkan sampai sekarang, setidaknya dari pengalaman saya kerja di Frost. Menurut pengamatan dan pengalaman saya, meski kebanyakan desainer itu kerja secara tim, tetapi masing2 mengemban tugas sesuai dengan kapabilitas dan interest mereka. Alhasil, kerjanya ga serabutan alias kebanyakan handle ini itu.
Small team tactics
Tim yang meng-handle satu project biasanya terdiri dari 2-3 orang dengan 1 supervisor. Cara kerja seperti ini membuat tiap individu sangat bertanggungjawab atas kerjaan yang mereka emban, jadi ga ada istilah free rider. Semua kerja.
Clear instructions
Dari awal kerja instruksinya jelas saya harus ngapain, rekan kerja saya ngapain, supervisor saya ngapain. Bahasanya juga jelas, misalnya: "Saya butuh laporan ini selesai hari Rabu jam 2 siang, kirim ke email saya, laporannya bikin 5 halaman saja". Selain itu, ada batasan yang jelas. Masing2 ga mencampuri urusan kerjaan yang lain. Berinisiatif dilakukan di ranah kerjaan masing2, bukan ke kerjaan orang lain di luar tim. Jangan menambah apa yang sudah dikerjaan, dan jangan mengurangi apa yang mesti dikerjakan. Meeting-nya juga ga banyak, hanya 3 kali: presentasi perencanaan, progres kerjaan dan presentasi produk final. Oia meeting-nya juga antara anggota tim, supervisor dan big boss. Jarang banget tim project lain yang ikutan ngasi masukan.
Time discpline
Dalam bekerja, mereka biasa memakai project management software. Jadi dokumentasi project jelas terlihat dan bisa lebih mudah di monitor.
Work hard, play hard
Saya perhatikan selama bekerja, tidak ada yang membuka facebook, twitter, bahkan ga ada yang buka2 HP. Semua fokus kerja. Tapi ketika waktunya istirahat, mereka bener2 memanfaatkan waktu mereka untuk break. Entah itu baca novel, makan siang, entah itu jalan2 keluar untuk cari matahari, entah untuk tidur.
Meski cuma 2.5 bulan, tapi ilmu yang saya dapatkan banyak banget dan menambah bekal pengalaman saya untuk diaplikasikan ke tempat kerja saya yang sekarang. Jadi, jika memang ada waktu dan tidak menggangu perkuliah, saya sarankan untuk mencoba magang selama bersekolah. Tetapi tetep harus diingat bahwa kuliah nomor 1!
tinggal di sana atau gimana, mbak? sounds fun kayaknya kerja di australia ya :) salam kenal, btw.
ReplyDeleteHalo Dewi, waktu itu aku memang tinggal di Sydney, Australia karena memang lagi kuliah S2 trus coba magang.
DeleteSalam kenal juga :)