Saya itu tipe orang yang jarang
banget ngetrip ke tempat yang sama sampe 2x. Kecuali saya betah banget sama
daerah tersebut (Jogya dan Bali) atau daerah tersebut punya tempat wisata baru
yang sebelumnya belom ada. Nah, untuk alasan yang kedua, maka saya balik lagi
ke Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah karena dulu pas pertama kali kesana tahun 2009 belom
sempet ke Gunung Prau dan tempat wisata Batu Ratapan Angin beloman ada.
Untuk mencapai Wonosobo
agak PR karena ga dilewatin jalur kereta dan letaknya di tengah2 Purwokerto dan
Yogyakarta. Waktu trip pertama ke Dieng saya road trip dari Jakarta, sedangkan
untuk trip kedua saya dan temen2 memutuskan untuk naik kereta ke Purwokerto dan
dilanjutkan ke jalan darat ke Wonosobo.
Kami memakai jasa Oke Tour Adventure untuk anter kami
dari Purwokerto ke Wonosobo sekalian anter2 ke tempat wisata selama di Dieng
dan anter kita ke Jogjakarta. Sebenernya bisa
juga ga pake tour tapi arrange
trip sendiri, malah jatohnya bisa lebih murah.
Hiking Gunung Prau
Gunung Prahu (2.565 mdpl)
atau lebih dikenal dengan nama Gunung Prau merupakan gunung yang berada di dataran
tinggi Dieng, Wonosobo. Gunung ini merupakan perbatasan tiga kabupaten yaitu
Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Wonosobo. Menurut teman saya,
sebelumnya tidak banyak orang yang hiking/kemping di Gunung Prau. Baru sekitar 2
tahunan ini jadi booming sebagai lokasi pendakian karena pengaruh sosmed (ada 1
orang yang posting lalu jadi banyak yang kesana).
Testimoni teman saya yang
udah biasa mendaki gunung, Gunung Prau tergolong gunung yang tidak terlalu
tinggi dan tak terlalu berat untuk didaki. Namun, bagi saya yang bukan hiking
junkie dan jarang banget berolahraga, naik bukit pun berasa BERAT BANGET. Hahahahaha.
Pendakian di rasa makin berat karena cuaca mendung tanda2 mau hujan. Jadinya udaranya
berasa dingin2 semriwing. Serba salah antara gempor kecapean, tapi klo berenti
kelamaan udaranya makin menusuk2 tulang.
Gunung Prau ditutup untuk
kemping pada bulan Januari – April untuk alasan penghijauan (mumpung musim
hujan juga kali ya), tapi tetap diperbolehkan untuk melakukan pendakian. Biaya
untuk pendakian 10.000/orang.
Bukit Sikunir
Hari kedua dilanjutkan
mengejar sunrise di bukit Sikunir (2.263 mdpl). Treknya ga seekstrim Gunung
Prau, tapi karena paha dan kaki masih kaget pasca hiking gunung Prau, jadinya rasanya
lebih berat dari gunung Prau. Karna kondisi kaki masih njarem, akhirnya saya ga
maksain liat sunrise. Yang penting berhasil naik ke puncak!
Berbeda dengan Prau, pengunjung
yang mendaki bukit sikunir banyak banget. Mungkin karena treknya yang ga
sesulit dan setinggi Prau. Kami mulai mendaki jam 4.30 pagi dan ini terbilang
udah siang untuk ukuran mengejar sunrise. Sesampainya di atas puncak, kabut
yang sangat tebal menghalangi matahari terbit. Meskipun kami gagal melihat
sunrise secara jelas, tetapi tetap senang bisa menikmati alam sekitar.
Sayangnya bukit sikunir
banyak ditinggali sampah oleh pengunjungnya. Saya juga melihat banyak pedangan
asongan yang menjajakan makanan instan dan minuman di puncak bukit. Pemandangan
yang sangat tidak lazim melihat ada warung makan di atas gunung. Mungkin ini
juga penyebab bukit Sikunir menjadi kotor, selain karena perilaku pengunjungnya
yang suka membuang sampah tidak pada tempatnya atau membawa kembali sampah yang
sudah mereka hasilkan.
Memang ga bisa diharapkan
di atas gunung/bukit ada tempat sampah yang banyak, kita sebagai pengujung harus
sadar diri dengan tidak membuat kotor/merusak alam.
Batu Ratapan Angin
Batu ratapan angin
terletak persis di sebelah Dieng Theater. Harga tiket masuknya Rp.
10.000/orang. Disini kita bisa melihat keindahan 2 telaga yang berbeda warnanya
dari ketinggian. Dan lagi2 karena tempatnya agak tinggi jadi kita harus naik
tangga untuk mencapai batu ratapan angin. Tapi tenang, ga separah Bukit Sikunir
kok. Hehehe.
Pemandangannya bagus
banget, serius!
PS: klo main ke Dieng wajib nyoba Carica, buah khas Wonosobo.
Photo credit: Prita Indah, Dinni S.
Photo credit: Prita Indah, Dinni S.
No comments:
Post a Comment