Hola!
Tahun ini saya mau coba
membiasakan diri lagi untuk baca buku bahasa inggris. Alasannya biar vocab-nya
nambah dan sekalian ngelatih bahasa inggris saya. Saya bahkan udah beli
beberapa buku, dan semuanya fiksi! Hahaha. Belom siap baca non-fiksi. Anyway,
semoga target namatin 5 buku dalam setahun tercapai! Aamiin.
Pilihan buku pertama di
tahun 2016 adalah: One Day karangannya David Nicholls. Buku ini diterbitin tahun 2009 dan menuai
sukses sampe akhirnya dibikinin filmnya tahun 2011. Saya sendiri nonton filmnya
duluan baru baca bukunya. Hehehehe.
Platonic friend
Cerita dalam buku ini
berkisar tentang dinamika kehidupan dan hubungan Emma dan Dexter, dua teman
semasa kuliah yang bisa dibilang teman tapi mesra. Setting waktunya dimulai dari tahun 1988 dimana Em dan Dex lulus
kuliah sampe tahun 2007 sampai mereka berumur 40 tahunan. Selama bertahun2 deket, mereka ngalamin pasang
surut pertemanan, brantem, baikan, dan menyaksikan kegagalan dan kesuksesan
hidup masing2. Garis besar ceritanya memang cukup simple bahkan agak klise. Trus
apa yang bikin beda dari buku2 bertemakan platonic friend yang udah ada?
Best storytelling!
Kelebihan buku ini adalah
konsep sang penulis untuk menceritakan perjalanan hidup dan kisah cinta 2 tokoh
utamanya pada tanggal yang sama tiap tahunnya, yaitu 15 July, tanggal dimana Em
dan Dex bertemu untuk pertama kalinya. Buku ini seperti merangkum 19 tahun
pertemanan mereka bertemakan anniversary!
See? Thats new! Meskipun
setiap penulis novel pasti menulis cerita mereka secara kronologis, tapi ide
anniversary cocok dengan tema cerita Dex dan Em. David Nicholls juga mengemas
cerita kronologis, yang berpotensi bikin pembaca bosen, menjadi cerita yang menimbulkan
efek penasaran. Kita seperti tidak sabar untuk mengetahui apa yang terjadi
selanjutnya. Dialog2nya juga menurut saya cerdas. Tek-tok percakapannya lucu tapi ironis.
Two leading characters
Dalam buku ini, David
Nicholls hanya fokus pada karakter Dex dan Em. Karakter mereka sangat kuat
disini. Beberapa karakter lain yang masuk ke dalam kehidupan mereka diceritakan
singkat, tetapi di akhir2 buku sang penulis menceritakan “update” kehidupan Slyvia, Ian dan Callum tepat pada porsinya.
Tidak dipaksakan tau2 muncul, tapi sejalan dengan plotnya.
Real characters in real life
David Nicholls berhasil
menggambarkan “permasalahan” di umur 20an dengan sangat baik: hidup monoton,
mimpi vs kenyataan, bokek, idealisme yang dipatahkan dengan realita, pacaran
karna status, dll. Pembaca pun berasa punya koneksi dengan perjalanan hidup
kedua tokoh tersebut.
Saya hanya ga sreg sama Si
Dex yang digambarkan sebagai cowo ganteng, playboy, free-spirit yang menganggap
Em sebagai “the emergency services”,
ini klise banget sih dan berasanya seperti ngerendahin perempuan. Well, alangkah
baiknya jika karakter Emma ga segitu nrimo-nya.
Book vs Film
Saya lebih suka bukunya,
karena lebih detail dan ada beberapa cerita penting yang malah ga ada di Film. Tapi
klo pun mau nyoba dua2nya, saran saya mending liat filmnya dulu, baru kemudian
baca bukunya. Nyebelinnya paling cuma 1, pas baca bukunya selalu ngebayang Anne
Hathaway dan Jim Sturgess.
PS: Prio, just in case you read this. EMAIL ME ASAP!!!!