<!--[if gte mso 10]> <!-->Yang suka baca blog saya jangan kaget ya klo tema-nya akhir2 ini agak beda, soalnya udah lama ga traveling lagi. Tahun ini agak kalem, karena kas Negara bobol gara2 jadwal traveling saya di tahun 2011. Ups! Hahahaha. Btw yang saya tulis di blog ini ga akan melulu soal traveling, tapi ada juga tentang perjalanan saya yang melihat dunia dari segala sisi, ya termasuk juga sisi perjalanan hidup, ga cuma dari sisi perjalanan plesiran.
Semingguan kemarin saya mengalami apa yang namanya “bitter-sweet” experience. suka duka bergantian, jedanya ga jauh pula. Enaknya sih gitu ya? Klo bitter kelamaan, pait juga rasanya. Klo sweet kelamaan juga, jadi ngerasa ga bersyukur, ga belajar. Saya pengen sharing satu persatu apa yang saya alamin 14 hari kemarin, yang sedikit banyak mempengaruhi hidup saya. Caa ileeee.
Semua akan indah pada waktunya
Kerap diucapkan sebagai kalimat penyemangat, kalimat penghibur bahkan pengingat. Yang paling sering menggunakan kalimat ini sih sudah pasti para jomblo’ers di seluruh dunia –termasuk saya– hahahahaha. *curhaaaatttt*
Cliché? For me, Not it all!! Bahkan sebenarnya bermakna filosofis dan lebih “dalem”. kurang lebih penjelasannya begini: kita semua tahu, jalan hidup orang-orang itu berbeda. semua punya punya waktunya masing-masing. Punya porsinya masing-masing. Dari sini sudah kelihatan kan? jadi untuk apa kita merasa iri dan merasa kalah atas pencapaian orang lain?
Semesta mempunyai sifat Maha Adil dan Maha Tahu segala perkara yang terbaik untuk kita. Jadi agak lucu klo kemudian kita merasa tidak adil apa yang sudah menjadi kehendakNYA. Menunggu memang menyebalkan, I know that. Saya pernah saking ga sabarnya, rasanya pengen manggil awan Kintoun, trus saya pergi nyuri kitab nasib saya. Semacam spoiler biar saya ga penasaran kapan saya akan mendapatkan apa yang saya mau. Tapi kemudian saya *self-toyor* diri sendiri, pertama karena khayalan saya terlalu bego, dan kedua saya membatin, bukankah hal menyenangkan dalam hidup ini adalah prosesnya ya?
Klo istilah sederhananya nih, saya punya mimpi punya pabrik coki-coki, tapi saya belum siap, dari mulai ga punya duid, belum bisa bikin coklat enak, belum belajar management perusahaan, aakkkk trus gimana saya mau bikin pabrik? Nah makanya saya mulai belajar secara perlahan mewujudkan mimpi saya. Dari mulai menabung, mulai belajar management, mulai membangun koneksi, mulai bikin coklat, mulai bikin usaha kecil2an. Jalan pun ga selalu mulus, ada kalanya saya pernah gagal karena ada pabrik pesaing lain. *cih* hahaha. Tapi saya ga pernah berkecil hati, terus berusaha dan akhirnya melalui tempaan kegagalan itu , saya akhirnya “dipercaya” untuk punya pabrik coki2. :)
Intinya adalah, mau meraih sesuatu? tunjukkan klo kalian pantas mendapatkannya. Mulailah berusaha dan berdoa (tentunya). My Alien said that Good things comes to those who wait……and DO something.
Be positive, ratri!!
Ayah saya pernah menasehati, “boleh berteman dengan banyak orang, tapi kamu harus pilih2 yang mana yang bisa membuat kamu lebih baik.” Terdenger pilih2 sih ya? Tapi klo dipikir bener juga sih, klo kita temenan sama orang yang jualan parfum, pasti kita keikut wangi kan ya? Hahahaha. *langsung endus2 temen disamping*.
Dulu saya anggap nasehat ini selewat aja, namanya juga orang tua. Sampai saya mengalami “mencelos” moment dimana kalimat itu benerrrrr bangeett. Saya ga pernah nyangka klo saya ternyata orangnya pesimisan sampai saya ketemu orang optimisan. He? Jadi pernah saya dan teman saya ini dihadapkan pada 1 kasus, dan reaksi saya dan dia beda banget. Saya melihat itu sebagai berita buruk, tetapi dia melihat itu sebagai titik awal untuk memulai sesuatu yang selama ini tertunda. Semacam mendapat pencerahan dari kasus tadi. Dan dia langsung gerak cepat, sedangkan saya masih ngegelosor layu.
Terperangah sih liatnya, tapi setelah saya pikir2, that’s how we should react. Dan saya pun mulai senang bergaul dengan dia, karena energy positifnya sangat berlebih dan nularin. Melihat seseorang mempunyai mimpi dan serius mencapainya membuat saya merasa tertinggal, karena Saya langsung berasa 2 bulan yang sudah dijalani di tahun 2012 berjalan cepat sekali dan saya belum melakukan apa2 untuk impian saya. Di resolusi sih banyak listnya, tapi klo ga dikerjakan ya buat apa ditulis?
Saya sekarang menjadi lebih positif menjalani hidup, jadi lebih tenang, mengurangi sarkasme saya, dan melihat sesuatu sebagai peluang untuk diraih. Kayanya saya selama ini hidup di zona nyaman jadinya lupa sama impian saya. Makanya saya suka males2an ke kantor dan sering merasa jenuh, kurang lebih karena saya sudah menjadi robot yang melakukan rutinitas yang itu2 saja.
Sekarang rasanya udah beda (beda ga ya? Hahaha), saya punya tujuan, dan entah kenapa saya jadi lebih bersemangat menjalani hari2. Bersyukur saya punya teman macam dia, yang bertindak sebagai pengingat dikala saya lupa. Bertindak sebagai pecut, klo saya lagi males2an. Dan bertindak sebagai Mario Teguh disaat saya lagi demotivated. Bertindak sebagai pelawak sejati, dikala saya lagi pundungan.
Kehadiran dia sih banyak merubah saya, mudah2an ga cuma satu arah ya. Semoga saya juga mempunyai peran dalam hidupnya. Jadi ga cuma dia yang jadi tukang parfum, saya juga. Hehehehe.
PS: Danke Monster Otak.
Life doesn't change but people do
Terusan kalimatnya: so learn to accept that not everybody is who you thought you knew. Hmmmm, dalam satu tahun terakhir saya mengalami moment ga ngenakin sama 1 sahabat saya dan 1 teman saya. Singkat kata kita berantem hebat hanya karena 1 masalah kecil. Impact-nya besar ternyata, karena ibarat pohon yang udah dipaku, bekasnya masih ada walaupun pakunya udah dicabut.
Memilih teman itu ibarat proses seleksi alam. Kita otomatis berteman dengan orang yang nyambung, nyaman, dan bahkan yang minatnya sama. Trus klo ada dari kita yang berubah gimana ya? Udah ga nyambung, nyaman dan ga sama minatnya gimana? Jawabannya sih simple, klo lo anak SMA, ya timbang depak aja dari geng, ga usah temenan, ga usah ngomongan. Cih! Hahahaha. Ga deng, pertanyaan tadi sebenarnya harus ditanya balik, yang berubah kita apa dia? Dia yang tiba2 berubah menjadi unpleasant jadinya udah ga cocok lagi sama “tema” pertemanan, atau kita yang berubah udah ga sama lagi kaya dulu.? #jrengggg taraktakdungdungces!
“Human is the most adaptive species on the planet”, kita dianugrahi kemampuan beradaptasi “lebih” dibandingkan dengan mahluk hidup lain di planet bernama Bumi ini. Kemampuan ini menjadikan manusia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar beserta perubahannya. Semakin berumur (eh), maka lingkaran manusia pun semakin banyak. Dulu waktu SD, temen main kita cuma teman satu sekolah dan teman di kompleks rumah. Beranjak SMP, temennya jadi bertambah menjadi: temen SD, temen SMP, temen SMP tetangga, dan temannya si pacar dll. Memasuki dunia kuliah malah lebih luas lagi, apalagi klo sudah bekerja, ada teman kerja, temen kantor yang lama, dll.
Nah yang mau saya sampaikan adalah, disetiap pertemanan itu pasti banyak memberikan pengaruh ke kita karena ya itu tadi, kita dianugrahi sifat “the most adaptive”. Sehingga kita menjadi semacam sponge yang meresap segala pengaruh dari pertemanan dengan bermacam-macam orang tadi. Pada akhirnya kita menjadi tidak sama seperti sedia kala. People change for one reasons: They have learned a lot. Kalimat ini serasa lebih pas untuk menjawab pertanyaan diatas tadi.
Mungkin saja saya yang berubah, misal: dulu klo mau makan siang, harus segambreng, pokoknya harus dengan formasi geng yang sama, all for one banget!. Nah seiring perubahan waktu makin kesini saya cuek, dengan anggapan: gw laper, ya gw makan, mau sendiri juga gpp. Akhirnya mengesampingkan geng unyu. Tapi di lain pihak, temen saya masih menganggap keutuhan geng itu yang utama. Karena saya udah ga mempermasalahkan lagi, jadinya saya di-stempel “you’ve changed”
Jadi siapa yang salah? Ga ada sebenarnya, yang saya mau tekankan adalah “people come and go. But the truth is, no one really disappears from your life. People never really leave; their roles just change”. Dan sebagai mahluk yang pinter beradaptasi, harusnya kita juga bisa adjust perubahan2 teman kita, karena pada akhirnya yang terjadi adalah perubahan itu, its part of us being grown up.
Motivational words are always good to hear..
Beruntung saya punya boss yang suka memuji pekerjaan karyawannya jika memang hasilnya bagus, karena ga smua boss itu mau memuji *pengalaman saya di kantor yang lama*. Saya selalu menganggap “Thanks, I appreciated it”, “good job”, “well done”, “you’re the best” adalah kata2 magis yang bisa membuat saya terbang 5 cm dari lantai. Bukannya karena saya gila hormat atau senang dipuji, tapi siapa sih yang ga senang dipuji? Apalagi sama boss sendiri.
Mungkin bagi boss saya, kata2 itu semacam template, tapi yang Beliau tidak tahu adalah kata2 itu ber-impact besar sama saya. Saya jadi lebih giat bekerja, saya merasa berhasil, pokoknya I do feel good. Karena saya merasa dihargai.
Mungkin sekilas ini terlihat sepele, tapi saya lihat perbedaannya ketika melihat rekan kerja saya tidak pernah diberikan credit atas pekerjaannya. Bukan karena boss saya pilih2, tapi justru karena teman saya tidak bisa mempromosikan dirinya sendiri. Saya pernah baca Teori personal branding, kira2 isinya gini: “orang akan melihat kita, sebagaimana kita mencitrakan diri kita terhadap orang lain”. Jujur pekerjaan teman saya ini ga kalah hebatnya sama yang lain, tetapi karena dia terkesan apatis, cuek, dan tidak peduli. Serta mengganggap kerjaan dia biasa2 aja, ga penting, jadinya itulah yang kita lihat. Padahal saya tau dia total ngerjain tugasnya dan kerjaan dia ga kalah penting sama kerjaan yang lain.
Minder itu sikap yang dapat merusak, karena menyebabkan kita memandang rendah diri kita sendiri. Padahal, gimana orang mau respect sama dia, kalau dia sendiri suka minder sama profesi dia. Kalau mau dibicarakan lebih serius lagi, pasti ada hal yang melatarbelakangi dia bersikap minder, mungkin karena merasa tersaingi atau insecure.
Nah yang saya mau share adalah, disitulah peran besar kita sebagai teman dan khususnya peran boss untuk melihat gejala2 ini. Jangan ragu memberikan credit dan pujian kepada sekitar kita. Memang cuma satu atau dua patah kata, tapi who knows klo impact-nya itu besar. Penghargaan tidak melulu berupa kenaikan gaji, tetapi bisa dalam bentuk apresiasi atau pujian. As I said before, motivational words are always good to hear, Believe me.
Segini cerita saya selama 14 hari, banyak banget yang saya petik dari kejadian-kejadian ini. Semoga bermanfaat bagi kalian yang baca ya.