Dear Kamu,
Apa kabarmu? Semoga kamu dijaga dengan baik. Ingatkah? Hari ini tepat 120 hari sejak terakhir bertemu dan 18 hari sejak komunikasi terakhir kita. Aneh ya aku? Seketika pandai mengingat hari, padahal dulu ingatan ini begitu sulit mengingat tanggal penting kita. Bukan, bukan menolak lupa, namun waktu terasa lebih lama sejak……sejak kita memilih jalan masing-masing.
Jadi? Bagaimanakah dia? Bahagiakah kamu? Kamu harus bahagia, mengingat banyaknya kepingan hilang dari hidupmu yang kamu korbankan untuknya.
Ahh ingin aku bertemu dengannya, sekedar melihat langsung, perempuan yang mengisi hari-harimu sekarang. Ingin sekali aku berbagi cerita tentangmu, ya tentangmu yang tidak suka kopi, dan kegemaranmu memakan roti di pagi dan sore hari. Rasanya aku perlu memastikan, apakah dia tahu bahwa kamu sulit bangun pagi, aku bersedia memberitahukan triknya, yaitu mengajakmu berbicara sampai mata sipitmu terbuka dan dengan begitu nyawamu terkumpul lebih cepat. Trik andalanku. dan selalu berhasil.
Samakah dia dengan aku? Yang suka menggigit lenganmu jika gemas menghadapi gombalmu, kamu memang perayu ulung, sulit untuk tidak jatuh cinta padamu. Lihat saja aku, yang susah payah melupakan kalimat-kalimat manismu. Memori otakku berjalan sempurna bila ku ingat tentang, kita.
Masih kuingat pandangan jijikmu jika aku menggodamu dengan minyak kayu putih, hahahaha. Kesukaanmu memang selalu bertolak belakang dengan kesukaanku, mungkin itu yang menyebabkan kamu menyerah.
Tergelitik rasa ingin tahuku, apakah kamu menjabarkan dia tentang teori wedang jahe-mu, yang kamu percaya dan dijunjung tinggi dapat menyembuhkan segala macam penyakit? Kamu tuh ya, benci jika aku mengagung-agungkan ras jawa, padahal gayamu itu, Jawa totok!! Suka sekali makanan manis, minuman manis dan membenci segala macam makanan pedas. Katakan padanya tentang ini secepatnya, sebelum dia membuatkankanmu rendang pedas.
Kamu tahu. dan pasti merasakan. Aku selalu menyisipkan namamu dalam doaku. Sepatah kalimat agar kamu bahagia dengan pilihanmu sekarang. Untaian kalimat doa itu mungkin sudah didengar oleh Semesta, dan akan terwujud sempurna di hari pernikahanmu nanti.
Aku akan datang, jika kamu mengijinkanku datang. Bahagia itu kamu. Ikut berbahagia itu aku. Biarkan aku melihatmu, begitupun nanti kamu akan melihatku, bersama kita akan menyaksikan jelaga tawa terkumpul di mata. Bersama haru, keduanya tumpah melebur satu. Disaat itu, aku yakin melepasmu akan terasa lebih ringan
PS: happy birthday :’)