Saturday, August 29, 2015

Reverse Culture Shock

Haloooo!

Senang banget akhirnya kembali ke Ibu pertiwi, tanah air tercinta, INDONESIA! Banyak cerita dari beberapa temen alumni AAS yang mengalami kesulitan beradaptasi ketika sudah kembali ke negara asal. Alhamdulillah saya ga ngalamin hal yang aneh2, mungkin karena saya sempat pulang 2x ke Indonesia selama 1.5 tahun merantau. Jadi hal2 seperti macet, udara panas, masalah kebersihan, semrawut dll tidak terlalu menggangu. Namun bukan berarti proses adaptasi saya berjalan mulus. Bukan hanya mental yang beradaptasi, tetapi juga fisik (terutama masalah pencernaan) yang harus pelan2 menyesuaikan.

Di minggu kedua setelah saya pulang, saya mengalami diare parah selama 4 hari dan baru sembuh betul setelah 10 hari. Sebabnya karena saya makan di warung makan pinggir jalan. Beberapa teman saya juga mengalami hal serupa, bahkan mereka ga jajan di luar pun masih kena diare. Terdengar lebay? “ya elah norak banget sih. Mentang2 dari luar negri, sombong banget!”. Hahahaha. Mungkin begitu reaksi orang2 ketika mendengar perihal diare. Saya juga dulu termasuk menganggap enteng, sampai saya ngalamin kolik perut malem2 yang sungguh sakitnya minta ampun. Sejak itu saya ga berani lagi jajan di luar, at least bertahap lah sebelum bener2 kembali ke kebiasaan kuliner jaman dulu sebelum berangkat ke Australia.

Reverse Culture Shock does exist!
Proses kembali beradaptasi dengan budaya negara asal adalah hal umum yang dialami oleh sebagian mahasiswa yang pernah tinggal cukup lama di negara lain. Ketika pada awal kedatangan kita mengalami culture shock, kemudian akhirnya menjadi terbiasa dengan sistem dan budaya negara lain, maka ketika kembali pulang ke negara asal kita merasa asing dengan budaya negara sendiri. Hal ini bisa terjadi walaupun kita menghabiskan sepanjang hidup kita di Indonesia.

Teman saya, Ika, sampai pernah nangis di taksi dalam perjalanan pulang karena stress dengan macetnya Jakarta! Atau ada juga yang berkeluh kesah di sosial media tentang semrawutnya Indonesia dibandingkan Australia (misalnya), atau istilahnya: belum move on. 

Kita tidak bisa sepenuhnya men-judge orang2 tersebut sebagai sombong atau belagu. Hal tersebut lumrah, saya pun suka merasa terkejut bagaimana 1.5 tahun dapat merubah kebiasaan saya. Mungkin ada yang bereaksi berlebihan, tetapi percaya deh, reverse culture shock benar2 terjadi. Ga usah bahas soal mental dulu, buktinya badan saya aja bereaksi dengan kuman atau bakteri di lingkungan tempat tinggal saya. Fisik saja mengalami proses adaptasi, apalagi mental. 

Change is never easy, give yourself 5 minutes to adapt
Sebelum pulang saya sebenarnya sudah menyiapkan diri jika saya ngalamin reverse culture shock. Saya minta waktu ke bos saya untuk libur dulu selama 2 minggu sebelum masuk kerja. Waktu libur saya manfaatkan untuk kumpul dengan keluarga dan yang paling penting membiasakan diri saya kembali ke kebiasaan lama. 

Being flexible and expecting the unexpected
Semakin kita berontak, semakin sulit proses penyesuaiannya. Fleksibel aja, karena sebenernya reverse culture shock hanya masa transisi dan prosesnya sementara. Sewaktu kembali ke Indonesia saya ga semerta2 langsung merubah kebiasaan saya selama di Australia. Saya masih berusaha untuk makan dan hidup sehat, kemana2 masih menggunakan transportasi publik, saya masih masak. Cuma mungkin harus lebih waspada aja, klo dulu berasa kemana2 aman, sekarang saya mesti hati2.  Saya sempet merasa stress ketika melihat ketidakdisiplinan perilaku orang2, tetapi saya ga ambil pusing, yang penting saya tidak berperilaku yang merugikan orang lain. 

Sekarang saya sudah merasa lebih happy dan rasanya sudah melalui fase reverse culture shock. Sekarang gimana saya memposisikan diri saya saja, mengambil kebiasaan2 baik saya ketika di Australia dan mengaplikasikannya ke kehidupan sehari2 di Indonesia. Prosesnya menyenangkan kok :)


Sunday, August 2, 2015

All about New Zealand

Haloooooo, setelah lama ga posting, akhirnya saya datang membawa kabar gembiraaa! Alhamdulillah impian saya untuk dateng ke New Zealand terwujud :)
Saking girangnya sampe postingan New Zealand ngelangkahin postingan trip Tasmania dan Melbourne yang sampe sekarang belom selesai ditulis. Mwuahahaha. Di edisi #tripnewzealand ini saya akan share soal Visa New Zealand, Auckland, Hobbiton Movie Set Tour, Queenstown, Penginapan di Queenstown, Skyline Gondola and Luge, Lake Wanaka, Lake Cruise, Milford Sound.

Sebelum ngeklik link-link diatas, saya mau cerita gambaran besar New Zealand seperti apa, jadi biar ada bayangan. 


Mata uang:
Mata uang New Zealand (NZD) lebih rendah dari pada mata uang Australia (AUD), bedanya kurang lebih 1,2 Dollar. Yaa lumayan lah ya. hehehe. Oia sebelum datang ke NZ, temen saya Iim yang tinggal disana bilang: “klo belom punya dollar New Zealand, lebih baik ke NZ bawa dollar Australia, jangan bawa USD karena nilai dollar Australia lebih tinggi daripada USD”. Yaa emang kebetulan gw ga punya USD akhirnya bawa AUD aja ke NZ. Tapi klo udah punya dollar NZD sih gpp, malah lebih enak. 

North Island vs South Island?
Klo ini tergantung preference dan tergantung kondisi dompet sih :p. Klo ditanya bagusan mana? Dua2nya bagus, di NZ ga ada yang ga bagus pokoknya :D, tapi menurut saya South Island lebih dramatis bagusnya. Karena letaknya udah deket2 sama kutub selatan,  jadi lebih dingin dan bisa liat salju di puncak gunung. Syuting LOTR juga kebanyakan ngambil lokasi di South Island, jadi buat yang fans berat LOTR bisa napak tilas ke TKP.

Destinasi favorit di North Island: Auckland, Hobbiton Movie Set Tour di Mata-Mata, Rotorua, dan Wellington. Yang saya datengin cuma Hobbiton Movie Set Tour, karena memang jadwal saya di Auckland Cuma 3 hari 2 malam. Ga cukup waktunya, sedangkan Rotorua itu tipenya full day tour alias seharian penuh. Hmm ternyata liburan saya kurang panjang ya? huhuhu. Dompetnya sih yang kurang tebel :p



Destinasi favorit South Island: BANYAAAAAKKKK. Hahahahaha. Queenstown, Mount Cook (harus nginep),  Christchurch (harus nginep), Milford Sound (full day tour), Lake Wanaka (full day tour), dll. Yang saya datengin cuma Queenstown, Milford Sound, Lake Wanaka.



Transportasi
Klo mau jelajahin beberapa Kota di New Zealand bisa pake mobil, pesawat dan bis. Pesawat jelas lebih cepet dan nyaman. Klo masih dalam satu pulau (misalnya di North Island), bisa sewa mobil atau bisa pake bis intercity. Bis intercity ini bisa dibilang bis AKAP kali ya, karena khusus untuk perjalanan jauh jadi kursinya nyaman untuk tidur. Selain melayani perjalanan one way dan return antara state, ada juga paket backpackernya, bisa diliat disini.

Source: intercity bus's website

Antara sewa bis dan mobil relatif sama harganya, karna naik mobil bisa jadi lebih mahal klo harus pake nginep2 di hostel di beberapa kota. Menurut saya, klo mau lintas dari North Island ke South Island lebih baik naik pesawat, misalnya dari Auckland-Christchurch, atau Wellington-Queenstown. Karena biar ga buang-buang waktu. Kecuali klo memang punya waktu banyak di New Zealand (sekitar 2-3 minggu), naik mobil lebih seru karena bisa datengin banyak tempat.

Sim Card
Sama kaya Australia, NZ juga pelit wifi. Indonesia emang juara deh klo soal wifi gratisan. Selama di New Zealand saya pake provider Skinny, total untuk beli kartunya $4 dan isi paket data 500Mb = $20. Selain di hostel, sarana wifi gratis bisa didapet di bis intercity.  

Makanan
Udah sampe di New Zealand harus banget dong nyoba Steak dan Lamb, meski di indo juga dijual daging sapi dan domba dari NZ. Hahahaha. Tapi kan yang Original (langsung pada sumbernya) lebih mantep surantep daripada import punya :p. Untuk makanan halal, jarang banget ditemuin di NZ. Saya juga kadang perlu memastikan apakah di restoran itu juga menghidangkan pork, biasanya saya nanya apakah pas gorengnya disamain panggangannya atau ngga. Awal2nya sih nanya, tapi lama2 males juga dan memilih untuk masak indomie goreng atau mie korea. Klo bosen palingan pilihannya itu ke resto India atau vegetarian food.

Itu kira2 sedikit informasi tentang New Zealand, semoga ngasi bayangan tentang NZ sebelum pergi ngetrip kesini. 

Saturday, August 1, 2015

Invitation Letter

 (NAME OF INVITER)
(ADDRESS OF INVITER)
01 JULY 2015


Visa Officer
New Zealand Embassy
INDONESIA

RE: Application for New Zealand Tourist Visa
To Whom It May Concern,

I, (INVITER NAME), address, New Zealand, would like to request that one tourist visa be issued to my friends:

Name:               
Date of Birth:    
Nationality:       
Address:            
Passport:           
Issued date:       

They would come and visit New Zealand for a short holiday for about 8 days, from 21 – 29 July 2015.

(NAME OF TOURIST) and (NAME OF TOURIST)  are close friends of mine and I would like to have them stay with me for a holiday in (NAME OF CITY) and allow them the opportunity to experience the diverse cultures of New Zealand and the beautiful sightseeing in (NAME OF CITY). I will provide free accommodation during their stay in New Zealand.

If you have any queries regarding this statement please feel free to contact me on (INVITER PHONE NUMBER)



Regards,
(SIGN)
(INVITER NAME)
(ADDRESS)
(ID CARD)

Visa New Zealand

Untuk dapetin visa new zealand sebenernya sama aja sih sama proses pengajuan visa ke negara lain. Intinya: syaratnya semua dipenuhin dan apply MINIMAL 1 bulan sebelum keberangkatan.

Proses pengajuannya bisa via online atau non-online. Saya sarankan ngajuinnya visanya via online aja, karena menurut opini orang2 bisa lebih cepet selesainya dan yang terpenting: bisa di cek di internet statusnya udah sampe mana. Klo non online bisa via perwakilan kedutaan NZ di negara masing-masing. Ga enaknya ya harap2 cemas nunggu visa. Huhuhuhuhu. Saya dulu ngajuin Visa New Zealand via non online dengan mendatangi kantor kedutaan NZ di 55 Hunter Street, Sydney. Kenapa jauh banget mesti di Sydney? Karena saya lagi berdomisili di Sydney untuk sementara ini. hehehe.

Terus prosesnya gimana?
1. Download form visa di website imigrasi NZ
2. Isi form yang lengkap..kap..kap
3. Penuhi semua persyaratan yang dimaksud. Nah ini penting banget nih, biar visanya cepet di  approve.  Saya waktu itu ngajuin visa holiday, jadi persyaratannya sebagai berikut:
  • Form yang sudah diisi beserta foto latar belakang putih, 4x6
  • Passport
  • Print out aktivitas rekening bank 3 bulan terakhir, minimal saldo adalah NZD 1000 (atau sekitar 9 juta)
  • Tiket booking hotel
  • Tiket pesawat PP. Penting banget untuk punya tiket PP, karena denger pengalaman dari room mate, dia belom beli tiket pulang (atau tiket keluar dari New Zealand) karena emang niatnya mau ngebolang sampe puas dan pulangnya masih belom tau kapan. Eh pas check in di Bandara, dia ga boleh masuk. Mana udah hampir boarding, jadi dia buru2 beli tiket pulang saat itu juga.
  • Itinerary perjalanan
  • Invitation letter dari temen yang tinggal di New Zealand. Ini saya kategorikan sebagai surat sakti, jadi klo ada temen, lebih bagus klo ada sodara di New Zealand, minta mereka untuk ngasi surat ini. contoh suratnya bisa dilihat disini.
  • Bayar biaya visa  155 AUD + biaya admin 30 AUD (australian dollar/AUD) = 185 AUD (sekitar Rp. 1.850.000)

Setelah submit, visa akan diproses selama 14 hari kerja. Nanti klo keterima, visa akan di kirim via email. Sering2 cek SPAM di email yaaa,  karena pengalaman saya: sebenernya visa sudah di approve 1 minggu setelah di submit, dan ternyata masuk SPAM. Saya pun kebetulan ga ngecek, padahal biasanya rajin banget ngecek. Udah senewen aja menjelang keberangkatan kok belom dikabarin. Eh ternyata emailnya mereka ada di SPAM. Tarakdungces.

Karena visa Australia saya expired 1 bulan lagi, makanya saya cuma dapet Visa New Zealand selama 1 bulan sajah. Huhuhu. Di visanya juga dibilangin klo saya ga boleh kerja dan harus balik sebelum visa habis. Normalnya sih bisa dapet visitor visa selama 18 bulan, dan cuma boleh berturut2 stay di NZ selama 9 bulan dalam periode 18 bulan tersebut.

Semoga berhasil yaaaaaa :)

PS: sebelum isi form, baca juga dokumen2 pendukung yang ada di website yaa
- Visitor Visa Guide
- Visitor on Limited Visa