Monday, January 21, 2013

Taman Nasional Baluran: Afrika rasa Indonesia.

Salah satu dari list panjangggggggg “places to see before I die” adalah bisa bersafari ke Negara Afrika. Pengen banget liat kehidupan liar satwa berlatar belakang padang Savanna, trus naik Jeep dan bawa kamera dengan lensa tele, pake celana kargo, kicimiti item! Beuuhh keren ya mimpi gw? Hahahaha.

Gunung Baluran

Anyway, ternyata lagi2 saya harus merasa bersyukur tinggal di Indonesia. Semua ada disini, baik pantai berpasir pink, gunung bersalju, green canyon, laut berwarna ijo toska, dan ternyata di Indonesia ada Afrika-nya jugaaaaa lho. Tepatnya di Taman Nasional Baluran, Banyuwangi. Taman nasional ini bisa dibilang lengkap, selain padang savana, hutan mangrove, hutan musim, ada juga hutan pegunungan bawah, hutan rawa bahkan pantai dan area pegunungan! Rasanya klo iseng jalan kaki menyusuri tempat ini dari ujung ke ujung, mungkin memakan waktu 1-2 bulan karena luasnya 25.000 hektar bro.


Taman Nasional Baluran (TNB) didirikan pada tahun 1980 dan merupakan Taman Nasional pertama di Indonesia. Menurut Wikipedia: Taman Nasional ini memiliki sekitar 444 jenis tumbuhan dan di antaranya merupakan tumbuhan asli yang khas dan mampu beradaptasi dalam kondisi yang sangat kering. Selain itu, terdapat sekitar 155 jenis burung (di antaranya termasuk burung langka), dan 26 jenis mamalia. Jadi aman, karena ga ada singa, cheetah maupun macan tutul. Hehehe 


TNB ini merupakan persinggahan terakhir dari #tripjawatimur, setelah mengunjungi #Tanjungpapuma dan #kawahIjen. Jarak dari Kawah Ijen menuju TNB cukup dekat, perjalanan hanya 2 jam (ga pake macet). Lagi2 kami mengandalkan Google Maps, jadi ga perlu susah nyarinya cukup mengikuti jalur ke Banyuwangi atau Bali.


Kami ke tempat ini pada saat musim kemarau (November 2012), ketika itu suhu mencapai 34 derajat celcius. Puncaknya bisa sampe 40 derajat celcius (walah!) hehehe. Ya itung2 latihan sebelum ke Afrika. Hehehe. Saya menginap di Wisma Banteng di Daerah Bekol. Pemandangannya langsung mengarah ke pegunungan dan Savana. Sayang waktu itu musim kemarau sehingga rumputnya hangus, jadi ga ada pemandangan padang kuning. Yang ada tanah item2 smua, tapi memang jenis tanahnya juga tanah vulkanik. 



HTM TNB berapa?
Dewasa : Rp. 2500/org
Pelajar : Rp. 1250/org
Turis asing : Rp. 20.000/org
Roda 4 : Rp. 6000/unit
Roda 2 : Rp. 3000/unit

Ada apa aja di TNB?
  1. Batangan: terdapat peninggalan sejarah berupa goa Jepang dan makam putra Maulana Malik Ibrahim.
  2. Bekol: melihat dari dekat burung merak dan satwa liar lainnya seperti rusa, kijang, kerbau dan banteng, ayam hutan dan burung.
  3. Pantai Bama, Balanan, dan Bilik: merupakan lokasi wisata bahari. Pengunjung dapat bermain kayak, memancing, dan snorkeling. Disini juga merupakan habitat tempat berkumpulnya monyet hutan.
  4. Manting dan Air Kacip: terdapat sumber air yang konon tidak pernah kering.
  5. Popongan, Sejile, Sirontoh, Kalitopo: terdapat fasilitas untuk naik perahu sambil mengamati ikan di laut dangkal. Selain itu terdapat pula lokasi pengamatan burung.
  6. Curah Tangis: Terdapat kegiataan panjat tebing.

Enakan nginep atau pulang pergi?
Menurut saya sih enakan pulang-pergi. Meski tempat ini luas banget dan ada fasilitas menginap, tapi sebenernya tidak terlalu banyak tempat wisatanya. Ya maklum karena tempat ini memang kawasan konservasi dan biasanya yang dateng kesini adalah peneliti yang ingin mengamati perilaku hewan2 di habitat asli maupun para pengamat burung dan photographer.



Trus klo mau nginep gimana?
Di TNB ada beberapa alternative tempat menginap. Sebaiknya menghubungi Staf TNB, Pak Djoko (081399082458), untuk booking kamar.

Daerah Bekol (Wisma menghadap Gunung dan Savana, tidak ada kantin/resto, kamar mandi diluar wisma)
  1. Wisma Rusa (Jumlah Kamar: 7, daya tampung 12 org), Harga Rp. 35.000/org
  2. Wisma Merak (Jumlah Kamar: 3, daya tamping 3 org), Harga Rp. 50.000/org
  3. Wisma Banteng (Jumlah Kamar: 2, daya tampung 4 org), Harga Rp. 250.000/unit
  4. Extra bed Rp25.000

Pantai Bama (Wisma menghadap Pantai, ada kantin untuk makan)
  1. Wisma Kapidada (Jumlah Kamar: 4, daya tampung 8 org), Harga Rp. 75.000/org
  2. Wisma Pilang (Jumlah Kamar: 1, daya tampung 6 org, ada AC), Harga Rp. 300.000/unit
  3. Extra bed Rp25.000

Note:
  1. Ga ada Sinyaaaaaallllll blassss di TNB.
  2. Jarak Lobby TNB ke Wisma di Bekol: 15 km lho, klo dari Wisma Bekol ke Pantai Bama sekitar 3 km.
  3. Di Wisma Bekol terdapat pos penjagaan dilengkapi dengan alat komunikasi dan juga dijual snack, seperti pop mie, oreo dll.
  4. Pelajar dan mahasiswa diberikan diskon sebesar 50 % dari tarif akomodasi yang berlaku.
  5. Listrik menyala hanya pada pukul 17.00 - 23.00 WIB. Kalau mau sewa genset biayanya Rp. 100.000/hari. Hanya menyala pada jam 23.00 - 06.00
  6. di Bekol ga ada rumah makan, jadi mesti ke Pantai Bama untuk beli makanan.
  7. Makanan di kantin Pantai Bama cuma ada 2 macem: Nasi Goreng (Rp. 10.000) dan Soto Ayam (Rp 15.000) *klo ga salah ya, maaf lupa* . Kalau mau mesan menu lain bisa, jadi nanti dimasakin sama staffnya. Waktu itu kami minta dimasakin Sayur Asem, Tempe, Ikan Asin dan Sambel Terasi untuk 9 orang, biayanya sekitar Rp. 250.000
  8. Disarankan membawa kendaraan sendiri, karena klo mau sewa motor/mobil/truk safari kudu nyewa lagi. Sepeda motor: Rp. 30.000 ; Mobil: Rp. 100.000 (kapasitas 4 org) ; Truk: Rp, 150.000
  9. Di Pantai Bama banyak banget nyamuuukkk, karena disana ada hutan mangrove, jadi harus bawa autan.
  10. Website resmi TNB:  http://balurannationalpark.web.id/page-category/tentang-kami/
  11. Bawa kamera tele untuk foto kawanan rusa, burung merak dan burung di atas pohon.

Perlu diingat bahwa TNB adalah kawasan konservasi, jadi fasilitasnya serba pas2an. Jangan dibayangkan ini adalah tempat wisata komersil. Untuk penginapan, kamarnya juga kurang bersih dan saya bahkan terkena tungau di kaki (semacam kutu kasur) waktu menginap di Wisma banteng. Padahal Wisma tersebut bisa dibilang paling bagus diantara yang lain di daerah Bekol.

Tapi saya melihat ada beberapa tempat penginapan dan resto yang sedang dibangun, jadi harapan saya sih, fasilitas di perbaiki. Terutama soal akses jalan ke Bekol dan Pantai Bama. TNB sebenarnya bisa lebih menarik seperti Taman Nasional Komodo jika tempat ini benar-benar dirawat. 

Photo Courtesy: Eky Rizki Darmawan