Sunday, May 27, 2012

All About Belitong

Belitung atau biasa disebut Belitong mungkin baru akrab ditelinga masyarakat ketika film Laskar Pelangi dirilis tahun 2008. Mengambil setting lokasi shooting di Pulau Belitong, Film ini menceritakan tentang upaya sejumlah anak miskin yang tetap semangat untuk bersekolah walaupun dilatarbelakangi kondisi kemiskinan. Sejak saat itu Belitong kembali naik pamor, dan sampai sekarang jika masyarakat Indonesia menyebut Belitong, selalu dikonotasikan dengan Laskar Pelangi.

Pulau Belitong dari langit

Sebenarnya sebelum buku dan film Laskar Pelangi dirilis, Pulau Belitong sudah terlebih dahulu dikenal dengan daerah penghasil timah terbesar di Indonesia. Puncak kejayaan Belitong berlangsungpada tahun 1976-1985 ketika PT. Tambang Timah berhasil meraup keuntungan besar dan meningkatkan pendapatan nasional Indonesia pada kala itu.

“Derajat” Pulau Belitong seketika terangkat dengan munculnya fasilitas2 dan pembangunan infrastruktur yang dimaksud untuk memudahkan dan memberikan rasa nyaman kepada para karyawan PT. Tambang Timah.  Namun tanpa disangka, kejayaan Belitong hanya berlangsung sebentar, pada tahun 1985 harga timah dunia merosot tajam, akibatnya sekitar tahun 1995 PT. Tambang Timah pun bangkrut. Sejak saat itu pulau Belitong kembali sepi, menunggu kembali bangkit seperti sedia kala.

Setelah sebelumnya berada dalam lingkup Pemerintahan Provinsi Sumatra Selatan, akhirnya pada tahun 2003 Kepulauan Bangka-Belitung resmi menjadi Provinsi. Selama ini Masyarakat kerap salah mengira bahwa Provinsi Bangka-Belitong merupakan kesatuan dari satu pulau. Padahal Bangka dan Belitong merupakan 2 pulau yang berbeda. 

Photo by Eky Rizki Darmawan

Sebagai pusat dari Pemerintahan dan Perekonomian, Pulau Bangka memang terlihat lebih ramai dan lebih maju dibandingkan Pulau Belitong. Namun, soal keindahan alam dan daya tarik turis, Pulau Belitong lebih unggul. Pulau Belitung sendiri terbagi menjadi 2 kabupaten yaitu Kabupaten Belitung, yang beribukota di Tanjung Pandan, dan Belitung Timur, beribukota Manggar.

How to get there?
Dapat menggunakan pesawat dari Jakarta - Tanjung Pandan Tanjung Pandan (Bandara H.A.S. Hanandjoeddin) dengan waktu tempuh 50 menit. Maskapai mempunyai rute Tanjung Pandan adalah: Batavia dan Sriwijaya Air. Kisaran harga tiket adalah 600-700 rb (one way). 

photo by google

Dapat juga dengan. Dapat juga dengan terlebih dahulu mengunjungi Pulau Bangka untuk kemudian naik pesawat penerbangan Sky Aviation dari Pangkalpinang menuju Tanjungpandan. Pilihan terakhir adalah dengan Naik Kapal Ferry dari Pangkalpinang – Belitung dengan tariff kurang lebih sekitar Rp. 150.000, alternative lain dengan naik speedboat dari Pangkalpinang - Belitung. Harganya berkisar Rp. 250.000.

Transportasi
Karena ga ada bis maupun taksi, jadi klo mau ngetrip ke Belitong harus sewa mobil.  Berikut list range harga sewa mobil (tariff per 1 Mei 2012):


Catatan: Sewa Mobil dengan jasa supir dihitung selama 10 jam per hari, kelebihan waktu (overtime) akan dikenakan biaya sebesar 10 % dari harga sewa kendaraan per hari atau sesuai dengan biaya extra time pada halaman price list kami perjamnya.

Tel: 0856-6483-2222 ; 0878-9641-1334
Info Rental lainnya:



Penginapan
Kemarin saya nginep di Hotel Martani (bintang 2): Jl. Yos Sudarso No. 17, Tanjung Pandan. Telp (0719) 21-432, (0719) 21-434. Sebenarnya tempatnya ga terlalu recommended sih, karena gedungnya cukup tua dan kurang bersih. Namun memang hotel ini cukup terkenal di kalangan wisatawan karena letaknya yang sangat strategis, dekat dengan pusat kota, dekat dengan pusat jajanan kuliner, dan  dekat dengan bandara.

Cuaca dan Iklim
Dari semua postingan di blog saya, baru kali ini saya memberi penekanan pada cuaca. Belitong itu luar biasa paaaanassssnya. Yang mengherankan meski daerah pantai, tetapi tidak ada angin samaaa sekali. Jadi tubuh saya terus menerus mengeluarkan keringat. Beda dengan NTT dan Bali, meski panas tetapi karena angin terus2an bertiup jadinya panasnya masih bisa dimaklumi.

Yang Menarik   
  1. Ga ada macet sama sekali. Jangankan macet, ketemu mobil aja jarang banget. Rata2 penduduknya menggunakan motor untuk beraktifitas, tapi jumlah motornya pun jarang.
  2. Ga ada mall. Mall versi orang Belitong adalah toko serba ada, semacam indomaret.
  3. Ga ada angkot. Transportasi umum di Belitong adalah bis, namun jam operasi pun hanya sampai jam 4 sore.
  4. Asal muasal datangnya etnis Cina di belitong adalah dari pekerja di Tambang Timah. Saat itu pemerintah Belanda khusus mendatangkan Bangsa Cina untuk menjadi pekerja Tambang. Menurut belanda, orang pribumi malas bekerja.
  5. Kandungan air di Balitong mengandung zat besi yang tinggi.
  6. Ga ada nomor rumah ditiap rumah yang terdapat desa atau kecamatan.
  7. Bentuk rumah di Belitong rata2nya memanjang ke belakang dan meyerupai bentuk huruf “L”
  8. Belitong mempunyai museum yang juga merangkap menjadi kebun binatang. Buaya yang ikut dalam shooting Laksar Pelangi pun terdapat di dalam Museum ini. HTM Rp. 2000/person. Tiap harinya museum ini menjadi satu2nya hiburan anak-anak di Belitong.

antri untuk membeli tiket masuk Museum

#tripbelitong : Wisata Kuliner di Belitong

Saya sebenarnya tipe pemilih dalam makanan dan bukan tipe yang suka berwisata kuliner. Namun klo tripnya masih seputaran Indonesia, wajiiibbbb hukumnya untuk mencoba makanan setempat. Klo makanan Indonesia lidah saya masih berani icip2 makanan. Lidah ndesoo, jago kandang. Hehehe. So, Makanan apa saja yang wajib disantap jika mengunjungi belitong? 

Belum afdol ke Belitong klo belum nyoba Makanan khas yang sangat terkenal dan selalu ramai didatangi pengunjung: Mie Belitung Atep. Restoran ini terletak di Jl. Sriwijaya No. 27 Tanjung Pandan. Mie Belitong ideal disantap untuk sarapan karena porsinya yang tidak terlalu banyak, lagipula restoran ini hanya buka pada pukul 06.00 – 12.00. 

Mie Belitong Atep

Harga 1 porsi Mie Belitong: Rp. 13.000. Mie belitong terdiri dari mie kuning yang dicampur dengan irisan tahu, timun, kentang dan disiram dengan kuah coklat. Untuk menambah keninkmatan Mie belitong enak disantap dengan emping. Menurut saya rasanya agak2 irip dengan taoge goreng Bogor. Manis tapi gurih.

Bagi penggemar kopi wajib hukumnya untuk datang ke Warung kopi Ake yang terletak di Pasar Tanjung Pandan. Untuk menemukan Warkop ini memang rada2 susah, karena letaknya di gang sempit dan tidak ada petunjuk/papan reklame. Sebagai patokan, Warkop ini letaknya di depan tugu batu satam disebelah soto Mak Janah. Lalu apa yang menarik dari Warkop ini? Warkop Ake merupakan Warkop tertua di Pulau Belitong. 

Gang Warkop Ake


Pak Ake

Didirikan sejak tahun 1922, warkop ini tetap melayani pelanggan hingga generasi ketiga yang sekarang dilanjutkan oleh Pak Ake. Menu yang menjadi favorit adalah kopi hitam dan telur ayam kampung setengah matang. Warkop Pak Ake tetap menjaga kelestarian warisan leluhur dengan menggunakan arang untuk merebus air di ketel. Sehingga kualitas panasnya air tetap terjaga. Yang saya rasakan, kopi hitam tidak ada ampasnya karena disaring berkali2 oleh Pak Ake, mungkin ini yang menjadi ciri khasnya.

Udara panas di Belitong memang cocoknya minum es teh atau es jeruk, nah yang khas dari Belitong adalah Es Jeruk Kunci. Sekilas penampilannya seperti sirop, sangat berbeda dari tampilan es jeruk kebanyakan. Rasanya juga agak encer, tapi terasa jeruknya. cocok diminum bersama hidangan seafood.

Jika ingin menyantap Seafood Belitong, saya sarankan untuk mengunjungi Restoran Sari Laut yang berada di Jl. Wahab Aziz No, 29. Restoran ini buka dari pukul 10.00-22.00. Rasanya sungguh enak, dan ikannya segar. Salah satu menu andalan adalah Kepiting Isi. Porsinya sungguh munggil dan buat, sehingga terlihat seperti tahu sumedang. Sebagai penggemar kepiting, saya acungkan jempol untuk rasanya. Harga 1 porsi berisi 4 kepitiing isi Rp. 40.000. 

Bagi yang suka sayur pasti suka dengan Sayur Genjer, bentuknya mirip dengan Baby Kailan. Biasanya dihidangkan dengan cara ditumis kuah cabai. Makanan khas belitong lainnya adalah Gangan Kepala Ikan Ketarap. 1 porsinya dipatok Rp. 70.000 – Rp. 90.000. Gangan kepala ini seperti Gulai Ikan namun kuahnya berwarna kuning karena berbahan dasar kunyit. Irisan nanas yang ditambahkan pada kuah gangan membuat rasanya menjadi kecut segar. 

Namun yang menjadi kekurangan adalah kurangnya servis pelayan, dan penyajian makanan yang lama. Kami harus menunggu waktu hingga 1 jam untuk menyantap makanan kami. Pelayan juga tidak pro aktif terhadap pelanggan, sehingga 15 menit pertama setelah datang kami dicuekin dan harus mengambil menu dan memesan sendiri.

Bosan dengan seafood? Ada alternatif restoran yang dapat dikunjungi. Yang paling saya rekomendasikan adalah Kedai SS yang terletak di Jl. Gegedek No. 29 , Tanjung Pandan. Menu special yang menjadi andalan adalah Ayam tulang lunak, Sop Iga bakar dan Sop Buntut Goreng. Tapi harap diperhatikan, restoran ini sungguh ramai. Jika datang dalam rombongan, sebaiknya booking dulu minimal 3 jam sebelum kedatangan. Yang saya perhatikan, nampaknya menu restoran selain seafood laku keras di Belitong.


Oleh-Oleh Khas Belitong

Batu Satam
Batu ini berasa dari pecahan meteor yang pernah menghujami Kota Belitong beribu-ribu tahun silam. Istilah Satam diambil dari bahasa warga keturunan Cina yang berada di Pulau Belitung. SA yang artinya pasir, sedangkan TAM yang berarti empedu. Jadi satam berarti empedu pasir. Sementara warga pribumi Belitung sendiri mengartikan satam adalah Batu hitam. Di kalangan masyarakat Belitung, batu satam ini dipercaya mempunyai kekuatan magis sebagai penolak racun dan pengkal unsur mahluk gaib. Namun oleh para wisatawan, batu satam dikenal sebagai cendramata khas Pulau Belitung. Batu ini dapat dijadikan kalung, giwang, bros, cincin, tasbih, tongkat komando dan sebagainya.

Abon Ikan
Kualitas abon ikan asli Belitung tidak ada yang menandingi,  rasanya sungguh gurih dan enak. Banyak sekali toko yang menjual Abon Ikan, namun apapun merknya tidak menjadi masalah karena asal made in belitong pasti enak.

Terasi Udang dan Ikan
Tarasi Belitong paling pas diberikan bagi yang suka sambel. Kualitasnya bagus karena dibuat dari Ikan Laut asli belitong. 

Kerupuk
Rata2 dika berkunjung ke daerah pantai atau yang dekat dengan laut, pasti oleh2 khasnya adalah kerupuk ikan. Yang menarik dari Belitong, tidak hanya kerupuk ikan, melainkan ada kerupuk udang dan cumi-cumi. Rasanya pun lezat, ikannya terasa.

Foto pengunjung Warkop Ake courtesy by: Adhi Badrurrohman

Sunday, May 6, 2012

Pulang

Hari ini, 5 Mei 2012, saya pulang ketempat saya dulu besar

tempat saya berkembang
tempat saya mempersiapkan bekal
tempat saya bertemu sahabat
tempat saya meniti.
saya pulang ke rumah saya, Universitas Indonesia.

Ada rasa semi melankolis kembali ke FIB UI, rumah saya. Mungkin terdengar berlebihan, tetapi sepanjang perjalanan menuju kampus di depok, saya merasa seperti perantau yang kembali pulang ke rimbaannya. Saya ingat 9 tahun yang lalu, hari pertama saya menuntut ilmu di kampus. Ada lupaan perasaan semangat menggebu2 diiringi debaran jantung yang tak henti2nya berdetak cepat. Aahh, rasanya tetap sama ternyata, dulu maupun sekarang. Selalu seperti itu.

Saya memutuskan untuk naik Bis Deborah, bis andalan mahasiswa UI yang berdomisili di Jakarta Selatan. Bis ini selalu penuh, maklum karena bis ini satu2nya trayek jurusan Depok yang berangkat dari terminal Lebak Bulus. Meskipun demikian saya rasa , rata2 penumpang sejati Deborah pasti tau, klo mau dapet tempat duduk harus naik langsung dari terminal, Itu yang saya lakukan hari ini. hehehe.  Dari kejauhan saya sudah liat bis kecil itu, berkapasitas tempat duduk 25 orang dan berwarna ungu. Sempat melihat beberapa kumpulan supir dan kondektur yang sedang santai menunggu bis penuh. Mereka kadang suka bernyanyi lagu batak atau suka bercanda gurau, bahkan bermain kartu. Dari kejauhan saya melihat ada beberapa wajah baru, tetapi saya masih melihat muka lama. Hehehe.

Tempat duduk favorit saya selalu di depan, tepatnya deretan sebelah kondektur. Alasannya karena saya suka liat pemandangan meski kadang suka kebagian asap rokok supir Deborah. Sayangnya deretan depan sudah ditempati, jadi saya harus legowo duduk di deretan tengah. Tarif Deborah rupanya sudah melambung tinggi, dari dulu hanya Rp. 1500, sekarang sudah Rp. 4000

Setelah seluruh tempat duduk sudah ditempati, supir pun langsung menyalakan mesin dan siap menuju Depok. Sepanjang perjalanan, saya sibuk memperhatikan pemandangan lewat jendela. Melihat perubahan2 yang terjadi selepas 5 tahun lulus kuliah. Sesekali sekelebat memori pun bermunculan, mengenang peristiwa suka dan duka 4 tahun bolak balik Ciputat – Depok naik bis ini. 

Sampai di Depok, saya agak kaget liat perubahan2 yang terjadi. Rasanya belum cukup lama meninggalkan kampus, tetapi perubahannya cepat sekali. Jalan Margonda sudah diperlebar, sehingga menggusur keberadaan pohon2 rindang yang suka dijadikan tempat berteduh mahasiswa kalau kehujanan. Saya sampai hampir terlewat turun di Gang Kober, keberadaannya semakin terpencil dengan bermunculannya bangunan baru di sepanjang Jl. Margonda. 

Saya memang selalu turun di Kober karena lokasinya strategis dengan Fakultas saya, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB). Rasa lega sedikit menjalar, melihat sepanjang gang Kober tidak banyak berubah, tidak seperti Jl. Margonda di depan tadi. Beberapa kios memang sudah mengalami pemugaran yang sedikit memakan badan jalan, sehingga agak lebih sempit. Saya tersenyum melihat jejeran toko rental Komputer, dulu tempat ini tidak pernah saya absen kunjungi semasa kuliah. Apalagi klo komputer dan printer dirumah lagi ngambek, maklum jaman dulu belum punya laptop.

Saya melihat Ibu penjual nasi uduk masih ada, kios penjual ikat pinggang juga masih ada, bahkan kios stationary pun masih berjualan, dulu saya sering bolak balik beli pulpen dan pensil disini karena selalu hilang. Hehehe. Perjalanan berlanjut di jalan setapak menuju FIB. Jalan sudah diperbagus, teringat dulu saya sering kepleset lari2 di sepanjang jalan ini klo terlambat masuk kelas. 

Ada pemandangan aneh, lapangan bola rumput sudah diganti dengan kandang rusa. Saya lihat tempat ini seperti tempat wisata, karena banyak penduduk yang datang membawa anak kecil untuk sekedar melihat dan memberi makan rusa.

Biasanya perjalanan dari Kober – FIB memakan waktu 10 menit, tetapi sengaja saya perlambat langkah saya untuk sejenak menikmati napak tilas sambil mengumpulkan memori2 yang bepedaran di kepala saya.
Sesampai di FIB, saya sempat memicingkan mata, ada pengerjaan gedung di lahan yang dulu adalah parkiran dosen. Dari sepintas yang saya lihat, sepertinya hendak dibuat gedung baru, karena terlihat cetakan huruf “gedung 10”. 

Kaki saya terus melangkah masuk, mata saya pun sibuk melihat2 gedung2 di FIB. Pohon beringin masih menjulang gagah dengan akarnya yang kokoh menjalar ke segala arah. Kaki saya pun melangkah otomatis ke Perpustakaan FIB, rasanya perpustakaan ini tidak dirawat dengan baik. Temboknya sudah banyak yang mengelupas. Lalu saya melangkah di gedung 9, disini masih terdapat beberapa mahasiswa. Gedung ini memang tempat favorit no. 2 yang dijadikan tempat berkumpul mahasiswa setelah Kansas (Kantin Sastra). Kaki saya tak sabar melangkah ke markas jurusan ilmu perpustakaan di gedung 8, kekecewaan kembali meliputi saya karena ternyata gedungnya dikunci.

 
Kemudian langkah saya pun bergegas menuju Kansas, kaget karena kantin yang berbentuk kerucut telah diganti menjadi bangunan setengah jadi yang disemen, rupanya sedang dipugar. Sebagai gantinya, Kantin dipindah ke lahan yang dulu bekas parkiran motor, disamping gedung 8. Dilihat dari bentuknya, kantin ini rupanya kantin darurat yang sifatnya sementara, sambil menunggu proses pemugaran Kansas. Saya pun segera memesan kopi panas sambil menikmati hari pertama saya kembali menimba ilmu.

kantin dadakan
Ini bukan pertama kalinya saya kembali ke kampus setelah 5 tahun lulus. Tetapi karena alasan saya kembali ke kampus ini adalah untuk belajar dala rangka mempersiapkan rencana masa depan saya, jadinya rasa melankolis itu pun keluar. 

Selalu ada tempat di hati saya untuk FIB. karena disinilah saya menuntut ilmu. Ilmu yang merupakan bibit dan bakal buah yang sudah saya petik sekarang. Disini saya dibekali, dibimbing dan diarahkan untuk menghadapi dunia luar. Di kampus ini saya mengenal apa itu tanggung jawab dan disinilah saya mulai merangkai mimpi saya. 

Senang sekali bisa pulang, ke rumah.. :’)