Monday, March 26, 2012

#triplombok part 3: Air Terjun Sendang Gile

Sehari sebelumnya kami meminta Iwan mendaftarkan nama kami untuk ikut Tour 3 Gili. Biayanya Rp. 75.000/person. Kalau mau sewa fin dan mask snorkel ada tambahan biaya Rp. 15.000/person. kebetulan kami sudah punya alat snorkel masing2, Karena kapok klo sewa, kualitas alatnya udah ga bagus, belum lagi itu kan dipake berjuta2 orang, hehehe. Saya dan Nurma sempat jadi pusat perhatian karena baju renang kami paling tertutup diantara bule2 berbikini, hehehe. Tanpa menunggu lama, tepat jam 9 pagi kami sudah berkumpul di kapal dan siap Tour 3 Gili.


Persinggahan pertama adalah Gili Meno, di spot snorkeling ini kami melihat beraneka ragam terumbu karang. Menurut saya terumbu karangnya jauh lebih bagus daripada di Phuket, Indah sekali. Banyak dijumpai ikan2 kecil warna-warni dan bahkan kami melihat penyu yang berenang di sana-sini. Pada hari itu matahari menyengat panas sekali, rasanya ingin berlama2 didalam laut agar berasa sejuk. 

Pada persinggahan kedua di Gili Air, kami juga menemukan banyak sekali biota laut yang tidak kalah indah. Laut disini lebih dalam dibandingkan dengan Gili Meno, bahkan di satu spot kami merasakan pergantian air laut bersuhu hangat kemudian berganti dengan air bersuhu dingin karena kedalamannya yang bervariasi. Rasanya puas dan betah  berlama2 di dalam air laut. Memang dalam hal keindahan bawah laut, Indonesia ga ada duanya. 

Cukup lama kami berada di Gili Air, dan tak terasa sudah waktunya makan siang. Kapal kami merapat  di salah satu resto di pantai Gili Air.  Kami pun memesan coca cola dan French Fries, harganya lumayan mahal sih, tapi yaa maklum lah. Namanya juga pulau terpencil.

Pemberhentian terakhir justru di Gili Trawangan, kapal sengaja berhenti di tengah dan sambil snorkeling menuju pantai. Biota laut di Gili Trawangan tidak sebagus Gili Air dan Meno, terumbu karangnya sudah banyak yang memutih. Mungkin karena pulau Gili Trawangan merupakan pulau terpadat penduduknya, sehingga ekosistemnya sudah sedikit tercemar. 

Kami pun segera pulang ke hotel untuk membersihkan diri dan makan malam Ayam Taliwang khas Lombok, wow, Pedesnya juaraaaaa!! Hehehe..Gili Trawangan memang tempat yang ideal jika kalian ingin berlibur ke tempat yang agak sepi. Berbeda dengan Bali yang ramai. Suasana disini sangat tenang. Sehingga selama berada di Gili Trawangan, kami pun merasakan rileks. Rasa capek pun cepat hilang. Alunan desiran angin selalu menjadi pengantar tidur kami. Ga terasa besok sudah harus kembali ke Lombok.

Air Terjun Sendang Gile
Pukul 07.00 pagi kami sudah check out dan segera menuju Dermaga. Sesampai di Lombok, kami dijemput oleh supir rental mobil. Rencana kami adalah berkunjung ke Air Terjun Sendang Gile di kaki Gunung Rinjani. Pertimbangannya agak bosan juga klo ketemu pantai lagi, ingin ada suasana yang berbeda, agar kali ini kami trip ke Laut dan Gunung. Hehehe. Letak Air Terjun Sendang Gile cukup Jauh. Sekitar 2 jam perjalanan dari Pelabuhan Bangsal, namun sedikitpun merasa bosan karena kami disuguhi pemandangan hijaunya persawahan dan menyaksikan aktivitas warga Lombok di sepanjang jalan. 



Spot air Terjun di Sendang Gile ada 2, yang pertama cukup mudah ditelusuri karena sudah tersedia jalan setapak menuju Air Terjun. Oleh karena itu kami kurang puas, karena kurang unsur “adventure-nya” kami pun sepakat untuk melanjutkan ke spot air terjun kedua. Tentunya dibantu arahan Guide. Lokasi air terjun kedua memang agak jauh namun medannya tidak terlalu ekstrim, terkadang kami harus menanjak tetapi tidak terlalu melelahkan. Dalam perjalanan Kami sering berpas2an dengan turis asing yang menuju arah pulang, mereka selalu menyemangati kami dan bercerita sekilas bahwa tempatnya sungguh indah!

Sendang Gile 1


Dan perkataan si bule ternyata terbukti, terlihat air terjun yang menjulang tinggi dihiasi dengan bebatuan dan pepohonan. Ait terjunnya cukup deras, sehingga meski berada hampir 15 meter pun, hempasan airnya mengenai muka kami. Segar sekali. Perlahan baju kami pun basah kuyup. Berada di tempat ini seperti memberikan hadiah udara sehat ke paru2, penuh dengan oksigen, sehingga satu hirupan nafas pun terasa menyegarkan. Tergoda dengan airnya yang jernih sekali, sehingga saya pun menciduk air dengan tangan saya lalu meminumnya begitu saja. Rasanya seperti menegak aqua dingin.

Sendang Gile 2

Tidak terasa kami menghabiskan waktu hampir 1 jam, sehingga lupa waktu bahwa kami harus segera ke Pelabuhan Lembar untuk menyebrang ke Bali. Perjalanan trip Bali-Lombok ini dapat dikatakan memang paling berkesan. Kami nekad cuma bawa uang Rp. 1.500.000 dan ini kali pertama saya trip bener2 backpacker alias low budget. Hehehe. Memang ada kalanya kenyamanan dinomor-duakan, tapi bukan berarti tidak menikmati trip ini. Tetap yang harus diperhatikan adalah meski dengan budget minim, judulnya kan liburan, jadi tetap harus diperhatikan kenyamanan. Jangan sampe pulang liburan kita justru kecapean bahkan malah jadi sakit. Meminjam istilah Ibu saya, “klo lagi liburan jangan pelit sama diri sendiri!” Hehehehe. 

Rincian Biaya Akomodasi Trip Bali-Lombok:

Kapal Feri Bali-Lombok PP: Rp. 60.000/person
Taksi dari Lembar-Bangsal: Rp. 45.000/person
Cidomo: Rp. 5000/person
Kapal dari Bangsal ke Gili Trawangan PP: Rp. 20.000/person
Biaya Makan selama trip Bali-Lombok 4D3N: Rp. 217.000/person
Tour 3 Gili: Rp. 75.000/person
Snack & Air Minum selama Trip: Rp. 29.000/person
Hotel di Gili Trawangan: Rp. 217.000/person/3D2N
Bayar Guide Sendang Gile: Rp. 24.000/person
Rental Mobil : Rp. 167.000/person (include bensin, supir, 8 jam pemakaian)
HTM Air Terjun Sendang Gile: Rp. 3000/person
Akomodasi di Bali: Rp. 50.000/person
GWK: Rp. 34.000/person
Tanah Lot: Rp. 10.000/person
Taksi bandara-pasteur: Rp. 12.000/person

PS: Trip ini berlangsung tahun 2010, harga kemungkinan sudah banyak yang berubah

#triplombok part 2: Gili Trawangan

Perjalanan dari pelabuhan Bangsal ke Gili Trawangan memakan waktu sekitar 45 menit. Sejauh mata memandang, kami sangat menikmati birunya langit dan birunya laut. Bau amis khas laut pun tercium. Sesekali, kami terciprat hempasan ombak, segarr rasanya. Udah ga sabar pengen nyemplung ke laut. Perjalanan Bali-Lombok lumayan bikin cape, karena kami kurang tidur.


Akhirnya setelah 45 menit sampai juga di Gili Trawangan, haduuhh itu yang namanya gradasi warna pantai indaaahhh bangeettt. Segera setelah kaki nyempung ke air laut rasanya segerrr bangettt, telapak kaki berasa dipijet sama pasir halus Pantai Gili Trawangan. Teriknya matahari terobati dengan desiran angin sepoi2. Rasanya ingin berlama2 tapi kami harus segera mencari tempat penginapan.


Ketika sampai di Pantai Gili Trawangan, arah kiri merupakan “pusat kota”, karena disana banyak terdapat resto, bar dan tempat penginapan. Sedangkan arah kanan lebih sepi dibandingkan arah kiri. Kami pun segera berjalan ke arah kiri untuk mencari penginapan. Setelah berjalan cukup jauh, kami merasa seperti minoritas di negara sendiri, karena sejauh mata memandang hanya orang asing. Kami jarang melihat wisatawan lokal. Agak aneh sih,  karena tempat sebagus ini kok ga banyak orang lokal. Jadi berasa ada di luar negeri. Hehehe.

 
#lessonlearned, klo ke Gili Trawangan disarankan udah booking hotel dulu ya. Kami agak menyesal tidak booking hotel terlebih dahulu, karena rata2 hotelnya penuh semua. Padahal kedatangan kami bukan pas lagi high season, hampir putus asa, kaki rasanya mau copot udah jalan jauh, tapi akhirnya nemu juga hotel yang masih kosong kamarnya. Itu pun letaknya jauhhhhhhh di ujung gang. Tarifnya Rp. 350.000/per malam. Kami pun nawar (tetep), harga segitu udah sama extrabed, akhirnyaaa petugas hotelnya setuju.


Kamarnya cukup besar, ada kamar mandi didalam tapi tanpa AC. Ga masalah bagi kami sih, karena anginnya mayan kenceng, ga terasa panas jadinya. Cuman yang jadi masalah, kamar mandinya pintunya kaca bening! Djiaahh jadi harus ditutup handuk supaya ga keliatan dari luar. Airnya pun Payau, rada asin. Jadi rasanya masih lengket sehabis mandi. Oia harga ini belum termasuk sarapan. Rata2 emang rate hotel berkisar 350rb-450rb. High season terjadi seminggu menjelang hari raya Nyepi. Karena kebanyakan turis dan warga bali yang tidak merayakan Nyepi, “kabur” ke Gili Trawangan.

kayaking

Kami langsung geletak tidur, badan memang sudah otomatis minta tidur ketika liat kasur, bantal dan seprei putih. Istirahat kurang lebih 1 jam, bangun2 rada kaget karena pintu terbuka lebar! Rupanya saking capeknya kami lupa menutup pintu! Langsung saya cek barang2, karena kami bertiga membawa peralatan kamera cukup banyak. Alhamdulillah ga ada barang yang hilang satu pun. Kami pun langsung berganti baju dan berkeliling Gili Trawangan sambil mencari makan siang.

Gili Trawangan merupakan pulau terbesar dari “Gili Island” yang ada di Lombok dengan panjang sejauh 3 km dan lebar 2 km. Salain Gili Trawangan terdapat pula Gili Meno dan Gili Air yang letaknya saling berdekatan. Gili sendiri berasal dari kata “Air”, sedangkan Trawangan berasal dari kata terowongan. Konon di pulau ini terdapat terowongan (tunnel) di dalam bukti yang dibuat di masa pendudukan Jepang. Dapat dikatakan Gili Trawangan merupakan pusat hiburan dan lebih ramai dibandingkan dengan Gili Meno dan Gili Air.


Untuk menjaga kebersihan udara, Sepeda motor dan Mobil dilarang masuk Gili Trawangan. Pilihan jika ingin berkeliling adalah naik Cidomo, naik Sepeda atau berjalan kaki. Saya suka nih peraturan kaya gini nih, jadinya bebas polusi. Tiap pagi pun tiap cek upil, ga ada upil sama sekali. Map bukannya jorok, Cuma kan ngupil adalah indikator termudah mengukur kadar polusi di suatu tempat. hahaha. Teman saya Eky akhirnya memilih untuk sewa sepeda keliling Gili Trawangan, tarifnya Rp. 30.000 per 30 menit. Saya dan Nurma memilih berjalan kaki sambil sight seeing toko2 souvenir sambil menu resto2 untuk makan malam kami nanti.

Rata2 makanan di Gili Trawangan menunya western, mungkin karena kebanyakan turis bule, jadinya menu disesuaikan. Harganya pun lumayan mahal, sekalinya ketemu warung nasi yang agak murah, letaknya di gang. Mungkin karena supply makannya berasal dari Pulau Mataram, jadinya harganya jadi lebih mahal.

Menjelang sunset, kami dapet info dari Iwan, Petugas Hotel klo mau dapetin sunset paling bagus di tebing di belakang hotel. Tapi alamaaaakkk jauh banget dan mesti naikin anak tangga berjuta2 (lebay), banyak juga bule yang ikut kita dan dengan mudahnya mereka nyusul kita. Maklum anak kota, mendaki dikit cepat capek. Hahahaha.

semangat mendaki tebing

Pemandangan dari atas tebing juara bangeeeetttt, sebelah kanan kita bisa liat pulau Gili Trawangan dari atas. Pemadangan disebelah kiri ga kalah bagus, kita bisa liat bentangan laut yang luas yang seakan2 menyatu dengan biru-nya langit, awan putih dan senja matahari. Kami bertiga pun hening terdiam menikmati lukisan panorama alam ini dan mengagumi kebesaran Tuhan yang Maha Esa.  Kami harus segera turun bukit karena jika malam tiba tidak ada penerangan di tempat ini. agak ngeri juga sih, karena kalo sampe kesasar ga ada yang bantu. Karena disekitar bukit tidak ada rumah penduduk.


Kehidupan malam di Gili Trawangan sudah dimulai, riuh music di bar pun sudah mulai bergema. Kami pun segera ke arah lapangan voli, karena pada malam hari penjual makanan lokal berkumpul disana. Ada sate ayam, bakso, pecel ayam, martabak, mie ayam dan nasi rames. Harganya pun terjangkau dan masih dimaklumi, saya memesan nasi pecel ayam + teh botol, Semuanya Rp. 15.000 lumayaaann daripada makan hamburger sehara Rp. 32.000 di resto

Night life at Gili Trawangan

Makin malam, bule makin banyak dan makin ngerasa berada di luar negri. Hehehe. Kami pun terus berjalan sambil memotret kehidupan malam. Ternyata ada juga Irish Pub di Gili Trawangan. ada juga bilik2 untuk nonton DVD. Ini sebenarnya mengingatkan saya sama jaman kuliah dulu, kita suka gelar layar proyektor untuk nonton DVD rame2 dengan tarif Rp. 3000/person. Bedanya klo di Gili Trawangan, tarif nonton film Rp. 50.000. Semakin ke ke ujung, hotelnya makin private! Tempatnya pas banget untuk Bulan Madu. Puas menjelajah Gili Trawangan kami pun segera kembali ke hotel untuk beristirahat, karena besok pagi kami akan ikut tour Gili Trawangan, Gili Meno dan Air. huraaayyy

Sunday, March 25, 2012

#triplombok part 1: Lombok, Nusa Tenggara Barat

The map of Paradise

Seringkali saya nerima pertanyaan soal destinasi tempat mana aja yang bisa dikunjungi dengan prinsip low budget atau istilah happening skarang: liburan ala backpacker.  Nah pas banget saya mau sharing pengalaman saya waktu trip ke Bali-Lombok 2 tahun yang lalu. Uang yang saya bawa hanya Rp. 1.500.000 untuk trip ini (diluar tiket pesawat ya). 

Saya dapet tiket murah Airasia ke Denpasar via Bandung. Harganya PP Rp. 398.500. Untuk mencapai bandung, saya nebeng temen yang kebetulan akan pulang ke Bandung pada hari itu. Lumayan, dapet tumpangan gratis, cuma nyumbang bayar tol cipularang. Hehehe. Thanks tumpangannya ya Kendi! hohoho

Sampai di Denpasar, saya dijemput teman saya Astawa. Kita makan malam di Jimbaran dan sempat sight seeing Legian-Kuta. Sekitar jam 23.00 kami langsung diantar Astawa menuju pelabuhan Padang Bay. Pelabuhan ini adalah akses menyebrang ke Pulau NTB alias Mataram alias Lombok. Kami memilih jam penyebrangan pada tengah malam, karena pernyebrangan ini akan memakan waktu kurang lebih 6 jam. Jadi diharapkan sampe Lomboknya sekitar jam 06.00 pagi.

Tiket nyebrang ke Pelabuhan Lembar (Pelabuhan di Lombok) adalah Rp. 30.000/person. Menurut petugas di pelabuhan, kapal feri datang tiap 1 jam sekali. Sembari menunggu kapal, saya langsung mencharge hp, ipod dan kamera. Tipe anak kota banget ya? Dateng2 langsung cari colokan listrik. Hahaha.

Kapal pun sudah datang lalu kami bergegas naik bersama penumpang2 lainnya. Sempat melihat ada kumpulan anak pendaki gunung yang kayanya udah pengalaman. Kami ikutin aja rombongan itu, dan ternyata mereka langsung ke arah dek kapal. Ternyata dalam dek, sudah tersedia kasur2 untuk tidur, penumpang langsung berebutan nge-tek tempat, akhirnya kami ga kebagian deh. Teman saya Eky masih berusaha nyari tempat untuk tidur, akhirnya dapet juga di ujung dek kapal. Tempatnya Cuma dipan dialasi karpet tipis. Yah lumayan lah ya daripada lumanyun. Hahaha. Menjelang pagi, kami dibangunkan kondektur, rupanya mesti bayar toh tidur disini. Perorang dikenakan Rp. 10.000. 

Semaleman saya ga bisa tidur karena guncangan kapal asoyy bener, ga ada sinyal pula (ya iyalah ditengah laut kaleee). Pinggang pun udah mulai pegel kangen sama empug-nya kasur. Sayup2 kedengeran lantunan bunyi ngorok penumpang lain. Yo wiss lah dinikmati aja, sambil elus2 dompet. Trip Backpacker ya emang begini resikonya.


Sesuai jadwal, kapal merapat di Pelabuhan Lembar jam 06.00 pagi. Kami pun bergegas keluar sambil nyari rombongan pendaki gunung, bermaksud nanya arah. Tapi ternyata mereka cepet banget ngilangnya. Turun dari Feri, sudah banyak supir2 angkot2 yang sigap nawarin nganter, kami pun menolak dengan sopan sambil celingak celinguk nyari taksi. Tapi sejauh mata memandang kok ga ada mobil biru2 ya? Saya pun langsung menelfon blue Bird Mataram. Ternyata taksi tidak diperbolehkan masuk pelabuhan, mba2 operatornya pun menyuruh kami keluar ke arah Gerbang pelabuhan, disitu sekitar 500 meter akan ada pangkalan taksi. Baiklaaahh, mari berjalan, hap hap hap!

Good morning, Lombok

Sambil jalan, sambil denger melodi kukuruyuk perut, kami pun akhirnya melihat pangkalan taksi! Langsung bilang tujuan kami ke Pelabuhan Bangsal. Masuk di taksi saya kaget karena argo buka pintu Rp. 4000 booo!! Luar biasa muraaahh. No worries lah ya meski naik blue bird juga! Hahaha. Klo dilihat dipeta di bawah ini, Pelabuhan Lembar kan di bawah, nah untuk menuju Gili Trawangan kami harus keatas. Kata Pak Supirnya perjalanan sekitar 1.5 jam, wah bisa pengsan nih klo Naga diperut ga dikasi makan. Kita pun rikues berhenti di warung makan sebentar untuk sarapan. 


30 menit pertama kami masih ngobrol2 sama Pak Supir, kami nanya2 soal pantai Sengigi, kata bapak Supirnya bisa aja sih ngelewatin bentar, tapi rute-nya jadi lebih jauh, jadi mending langsung aja tancap ke Bangsal ga mampir2 lagi. Okelah klo begituu, senang dapet supir yang to the point. Hahahaha.  1 jam selanjutnya, kami bertiga tidurrrrrrrrrrr.

Bangun2 ternyata udah hampir dekat, Pak Supir pun ngasi tau klo dia hanya bisa nganter sampai halte taksi, selanjutnya kita harus nyambung naik cidomo (sejenis delman) atau jalan kaki. HEH!? Pak Supir pun mejelaskan memang sudah aturannya begitu, mungkin untuk bagi2 penghasilan sama Penarik Cidomo. Kami pun diberitahu tarifnya Rp. 5000/person. “langsung tembak harga aja jangan ragu2 mbak”, oh mirip sama klo kita naik Bajaj di Jakarta ya?! 


FYI, naik Cidomo agak ga nyaman, karena kretanya lebih kecil dari Delman, jadi jomplang ke belakang gitu, mana tempat duduk saya deket banget sama bokong kudanya. Jadi pengen cepet2 nyampe. Sempet sih ngelewatin Bule2 yang memilih berjalan kaki, malu? Ngga sih, gw capeeeee bookkk…ogah deh jalan 1 km, secara bertiga naik Cidomo cuma Rp. 15.000 ini. hehehe.

Pelabuhan bangsal ternyata lebih kecil dari pada Lembar dan Padang Bay. Karena memang rute perjalanan hanya ke pulau2 kecil sekitaran Lombok. Masuk ke Pelabuhan, informasi harga pun sudah terpampang jelas, Biaya ke Gili Trawangan hanya Rp. 10.000/person. Kami pun segera naik ke Kapal berbarengan dengan Bule2 dan Ibu2 yang habis Belanja Bahan Makanan di Lombok.


Note:
Harga2 kemungkinan sudah berubah, karena trip ini dilakukan pada tahun 2010
source of map: google

Saturday, March 17, 2012

The Excitement of Preparation

Saat ini, traveling merupakan kegiatan yang sedang trend dikalangan generasi muda di Indonesia. Kondisi yang berbeda dirasakan kurang lebih 10-15 tahun yang lalu dimana traveling menjadi salah satu kegiatan “mahal”. Dulu, yang membuat “mahal” adalah harga tiket pesawat dan visa. Saat ini, banyak bermunculan airlines yang menawarkan tiket murah ke beberapa destinasi. Bahkan ada yang rutin menggelar tiket promo setiap 3 bulan sekali. Kondisi tersebut didukung oleh berlakunya “bebas visa” jika kita berkunjung ke Negara Asia Tenggara. Ga heran makanya, klo sekarang traveling menjadi life style baru dikalangan generasi muda.

Bagi saya kegiatan paling mengasyikkan ketika traveling adalah di tahap: persiapan! Adrenalinnya dapet banget, mulai dari usaha dapetin tiket promo, browsing2 tempat wisata menarik, meeting untuk nyusun itinerary bahkan bikin perkiraan budget. Makanya kadang suka ngerti perasaan @trinitytraveler yang suka jengah sama pertanyaan2 klise dari follower yang sebenernya bisa dijawab dengan: browsing via google. 

Makdarit saya bikin blog ini, alasannya utama sebenarnya karena saya senang menulis dan berbagi pengalaman, selain itu juga jadi ajang pay it forward alias balas jasa karna berkat catatan perjalanan dari blog orang2 lah saya bisa lancar ber-traveling. Kali ini saya ingin berbagi tentang hal2 penting yang harus diperhatikan saat persiapan traveling.

Itinerary
Menurut saya ini faktor yang penting banget disiapin sebelum traveling. Kita harus tau daerah mana aja yang akan dikunjungi, klo bisa malah ada detail waktu memerlukan berapa jam untuk mencapai kesana, menuju tempat itu mesti naik apa? Rute mana yang akan diambil dan tentu perkiraan biaya.

Mungkin ada beberapa traveler yang berpijak kepada “ikut kemana angin membawa” ketika liburan. Bisa aja sih, klo memang waktu liburannya lumayan lama, 2 minggu misalnya. Nah saya sendiri ga bisa kaya gitu, kenapa? karena saya yang masih kerja kantoran, one man show pula (ga ada pengganti yang take over tugas selama cuti), ga bisa liburan lama2, maksimal seminggu, Jadinya itinerary saya mesti siap, atau minimal saya sudah tau tempat wisata apa yang akan saya kunjungi selama liburan. 

Caranya bikin itinerary? Gampillll, kita harus bersyukur sama yang namanya Google. Tinggal cari aja dengan ngetik keyword yang tepat. Contoh: “itinerary trip Bangkok”, “catatan perjalanan ke Bangkok”, “must visit Bangkok City”, dll. Atau bahkan ketik aja sembarang: “hotel murah di Bangkok”, “from Bangkok to Phuket by bus”, “souvenir murah di Bangkok”, “jadwal bis ke Phuket”. Nah niscaya akan ketemu beberapa link blog/website yang menampilkan informasi2 tersebut. Dari smua link itu, pasti sedikit ada gambaran tentang wisata2 yang menarik untuk dikunjungi. Bahkan klo nyari-nya lebih teliti, bisa juga ketemu harga2nya. Jadi smuanya bisa diperkirakan secara kasar, kira2 kita siapin dana berapa untuk kesana.

Packing
Jangan anggap remeh kegiatan ini. Karena semakin mepet waktu packing, kemungkinan barang penting tertinggal atau kelupaan sangat besar. Klo saya biasanya sudah punya template pengingat beberapa benda yg mesti saya bawa tiap traveling. Listnya itu2 aja kok. Yang harus diingat adalah praktisnya. Contohnya saya itu punya 1 wadah alat mandi khusus traveling. Jadi klo mau packing tinggal masukin aja tuh tas kecilnya, ga perlu repot2 keluar masuk kamar mandi lagi untuk masuk2in sabun, shampoo dll. Praktis kan? Isinya juga mesti praktis, misal: shampoo yg sachet aja, trus bawa sikat gigi + pasta gigi yg khusus traveling (bisa dilipet), body lotion ga perlu bawa 1 botol, pindahin aja ke botol yg lebih mungil. Mau lebih praktis? Dulu saya suka suka bikin kesepakatan: saya bawa shampoo, temen saya bawa sabun mandi. Hahaha. Tinggal gantian deh klo mau mandi. Praktis kan?

Bagi yang berjilbab kaya saya, bisa lebih lama klo packing, karena ada tambahan bawa jilbab plus baju-nya lengan panjang semua jadinya makan tempat. Triknya? Teknik melipat gulung. Saya menemukan teknik ini, dan cukup efisien. Tekniknya baju digulung serapet mungkin. Trus dijejerin deh di koper/backpack, tenang aja, ga akan lecek kok. Bawa krudung yang berbahan paris aja, lebih ringan ga gampang lecek dan cepat kering klo basah.

teknik packing: gulung baju.

Nyaman itu yang nomor 1, usahakan bawa baju yang ga berbahan panas. hindari pake baju dobel2. Biar tetep ciamik meski lagi liburan, hendaknya pake baju yang berwarna cerah. Jadi tetep kece klo difoto. Sendal juga factor nyaman nomor 2. Usahain pake sandal gunung aja klo mau kemana2. Nyaman banget dan ga repot klo basah cepet kering. Pengalaman saya meski pake spatu teplek, tetep ending-nya lecet2 dan kaki saya gampang keringetan. Paling enak emang sandal, jadi kuku2 bisa nafas, bebasss bergerak bro! hahahahaha

Oia itung2an bawa baju itu ala saya: 1 hari satu baju, karena kebiasaan trip saya itu 1 hari itu keliling seharian dari pagi sampe sore. Ga akan ganti baju lagi sampe malem pas pulang ke hostel/hotel. Rumusnya klo pergi 7 hari, saya bawa 8 baju (7 baju + baju cadangan 1).

Networking
Nah ini penting banget nih. Tiap saya mau traveling, hal yang saya paling inget adalah: “gw ada temen/sodara di daerah itu ga ya?” Hehehe. Karena bisa aja si temen/sodara ini menjadi guide kita, atau paling ngga ngasi tau beberapa tempat wisata unik yang bisa dikunjungi, syukur2 klo diijinin numpang nginep dirumahnya. Hahaha. Tapi serius, networking ini penting.  

Mungkin udah ada beberapa dari kalian yang ikut ‘couch surfing’. Info lengkapnya bisa dilihat di website mereka couchsurfing atau klik FAQ-nya di: FAQ/CouchSurfing pada prinsipnya couch surfing adalah ini adalah sebuah komunitas yang anggotanya tersebar berbagai belahan dunia, jadi ketika kita hendak bepergian tinggal mencari “host” di negara itu, dan kita bisa tinggal di tempat dia dan saling bertukar informasi tentang budaya negara masing2. Tapi saya pribadi belum sampai pada tahap ini.

Saya pernah trip ke Melaka, Malaysia di-guide sama temennya sahabat saya yang berdomisili disana (sahabat saya ga ikut dalam trip ini). Kita belum kenal dan sama sekali belum pernah ketemu. Tapi ya itulah, seharian saya di anter kemana2, bahkan ditraktir makan! Ihiiyy..hahahaha.

Small but important
Antimo. fungsinya itu selain bisa sebagai obat anti mabok, tapi juga obat tidurr! Trutama klo kita harus naik Ferry untuk nyebrang dan perjalanan pesawat yang makan waktu 6-12 jam. Trust me! Daripada kurang tidur, mending negak obat mungil ini. hehehe.

Catat alamat. Bagi yang plesir ke negara2 dimana mayoritas penduduknya ga bisa pake Bahasa Inggris kaya: Jepang, Cina, Korea, Sangat penting untuk meminta seseorang yang bisa bahasa setempat untuk bantu nulis alamat hotel kita/destinasi tempat wisata yang kita tuju. Gampangnya sih, pas kita selesai booking hotel, minta mas2nya nulisin alamat pake bahasa setempat di secarik kertas. Jadi klo semisal kita kesasar dan harus naik taksi, tinggal nunjukkin aja tuh kertas. Rebess deh. Problem solved. Daripada capek2 pake bahasa tarzan. :D

Pulpen. Terutama klo mau traveling ke luar negri, pasti sebelum landing kan kita kudu nulis kartu kedatangan dan pergi tuh dari si pramugarinya. Nah daripada nyusahin orang karna minjem (kalo dipinjemin, klo orangnya pada pelit?), nah mendingan sedia pulpen. Jadinya langsung cuss, ke ngantri ke imigrasi tanpa kudu ke counter buat nulis2 dulu.

Colokan internasional. Kudu-mesti-harus-wajib beli pokoknya bagi yang doyan ke luar negri. Karena colokan antar negara beda2, trutama seputaran eropa, klo asia sih rata2 pake colokan sama kaya kita. Cari yang ada USB-nya juga, jadi bisa charge ipod, iphone dll. Bisa dibeli di ace hardware, agak mahal sih 175.000 IDR. Tapi bisa dipake seumur hidup, asal ga rusak, ya iyaalaahh.


Kompas. Nah bagi yang muslim, benda ini wajib, karena sebagai penunjuk arah kiblat klo mau solat. Ga perlu yang gede2, cukup yang kecil aja yang bisa dijadiin gantungan kunci.

Tas lipat. fungsinya untuk naro belanjaan/oleh2, jadinya ringkes, daripada ngumpulin plastik2. Emang sih kan keliatannya ornag kaya banget yaa abis belanja banyak, nenteng plastik2 gitu, Cuma jadinya ga efisien. Pun, ini tahun 2012 cyinn, eco friendly dong ahh. :D


Drybag. Ini penting bagi yang suka wisata air: diving, snorkeling, rafting dll. Fungsinya untuk naro HP, kamera, dompet, biar ga kena air. Beli yang kecil aja 6 litre merk eiger. Harganya sekitar 80.000 IDR

drybag Eiger 6 ltr

Saturday, March 3, 2012

Rest in Love, Yudha Prasetya Bhaskara :')



Kamis, 1 Maret 2012 adalah hari yang dipilih Semesta untuk memanggil teman saya Yudha Prasetya Bhaskara kembali ke pangkuanNYA. 

Bagi Yudha, yang sudah berjuang melawan penyakitnya selama dua bulan, mungkin ini saat yang ditunggu2. Saat dimana lepas segala rasa sakit yang dideritanya, terlepasnya rasa lelah menjalani fisioterapi, suntikan infus yang bertubi2 menembus kulitnya dan rasa tertekan menjalani hidup di rumah sakit. 

Hari itu adalah saat dimana Yudha bertemu dengan penciptanya.

Tetapi bagi saya, hari itu adalah hari perpisahan. Hari dimana kami akan menjalani perjalanan masing-masing di dua dimensi yang berbeda. entah apa yang akan terjadi pada Yudha, tapi saya meyakini, ia akan mendapati tempat yang layak disisiNYA. 

Sejenak setelah saya mendapatkan kabar kepergian Yudha, kenangan saya tentangnya membludak di kepala. Tidak henti2nya otak ini memuntahkan rekaman2 peristiwa masa lalu yang terlihat jelas di pelupuk mata. Saya tertegun sejenak, karena mendapati ingatan peristiwa itu memiliki gambar yang monoton, itu2 saja, yaitu tertawa. Ya, kami selalu tertawa jika bersama. 


Persamaan saya dan Yudha jelas, kami selalu mentertawakan hidup. Apapun peristiwanya kami selalu melihat segala sesuatu dengan jenaka diikuti gelak tawa tiada henti. Hidup terlalu singkat untuk dibuat sedih, dan kami memilih tertawa untuk melepas energi negatif kami. 

Memori saya terus mencari peristiwa dimana kami pertama kali bertemu. Kita memang tidak menemui kesulitan dengan karakter masing2 dan secepat itulah kami memutuskan untuk berkawan. Kami melalui masa2 SMA dengan menyenangkan meski terasa singkat. Perjalanan kami pun terpisah, Yudha memilih bersekolah di Yogya, saya tetap di Jakarta. 

Setelah 4 tahun terpisah, Jaringan social media yang mempertemukan kami kembali, lewat  facebook, dan terakhir lewat twitter. Kami tetap menjaga pertemanan via dunia maya, padahal masing2 telah berada dalam satu kota yang sama. Ironis memang, dan salah satu yang saya sesali.

Sebagai teman saya merasa gagal, gagal menangkap ada ketidakberesan pada tubuh Yudha yang semakin melemah. Semua Yudha ungkapkan kedalam twitternya, tetapi semua terlewatkan, entah mengapa saya tidak pernah membaca semua tweetnya. Waktu kita sepertinya berbeda, Yudha memang selalu memilih tengah malam untuk mencurahkan perjuangannya melawan sakit, saat yang sama dimana saya terlelap. Memang itu bukan menjadi suatu alasan, sebagai teman, harusnya saya tahu kondisi Yudha. Terlalu dangkal jika hanya menyalahkan waktu.


Disaat-saat terakhirnya, Yudha selalu ada untuk saya dengan caranya yang berbeda. curahan kesendirian saya selalu ditanggapi dengan bijak. Tidak mentertawakan seperti biasa. Sepertinya ia sudah berubah, menjadi sosok yang lebih matang. Lewat guyonannya yang khas, ia selalu memberi semangat.  Mungkin cobaan Semesta pada penyakitnya telah mengubah Yudha menjadi sesosok yang kuat.


Sepanjang hidup, saya akan selalu menyesali. Menyesali saat dimana saya terlambat mengetahui ia dirawat di RS, terlambat mengetahui kondisi dia yang semakin drop, bahkan di saat kritis saya justru meluangkan waktu sendiri dibandingkan pergi menjengukmu. Terlambat memang, satu hari disaat saya menikmati waktu saya, adalah satu hari dimana perjalanan hidup Yudha di dunia berakhir. Kepingan waktu kita yang hilang hanya dapat saya retas kembali lewat foto-foto Yudha. Ia memang terlihat mengurus dari waktu-waktu. Dan sekali lagi, saya tidak menyadari itu. Rasanya semakin sulit memaafkan diri sendiri.

6 Februari 2012, his b'day.

Percakapan kami untuk terakhir kalinya jelas menunjukkan bahwa Yudha sudah pasrah. 

our last conversation on twitter 29 February 2012
@pebew: @ratrindah : surviving,dzikir, dzikir, dzikir. di rspp

Tetapi ego saya sungguh keterlaluan tidak melihat itu sebagai pertanda waktunya hampir habis. Kata maaf sepertinya tidak akan cukup. Mungkin, hanya panjatan doa yang dapat saya lakukan untuk menebus kegagalan saya menjadi teman yang baik. Semoga Yudha bahagia di tempatnya yang layak. amin

Selamat jalan Yud, already miss you a lot.

i always loooove this picture, you looked awesome!!

Photo source: Facebook