Saturday, December 24, 2011

Day 3: Nonton Opera a.k.a numpang tiduuurr!!

Seumur hidup saya, belum pernah sekalipun nonton Opera. Its simply not my things. Tapi kalau sudah berada di Negara orang, kayanya seru aja ya untuk mencoba hal baru dan diluar kebiasaan. Sekalian juga menghilangkan rasa penasaran, kaya apa sih pertunjukan Opera itu?! Nah tulisan kali  ini adalah kisah lanjutan dari  Day 2: War Remnants Museum, Reunification Palace/Independence Palace, Opera Building, Benh Tanh Market .

Singkat cerita, sehabis pulang Tour Cao Dai Temple dan Chu Chi Tunnel, Saya dan Dinda melanjutkan acara: menonton Opera!!! Hehehe, asikkkk nih, memasukkan agenda kegiatan relaksasi dengan menonton pertunjukan musik. Meski ada kemungkinan lost in translation, karena selama acara akan menggunakan bahasa local. Yaahh tapi kan music itu universal ya sifatnya. *crossing our fingers*.

Acara dimulai pukul 21.00 dan akan berlangsung selama 3 jam. Kami pun sudah membekali diri dengan asupan gizi yang cukup untuk bertahan hingga jam 12.00 malam nanti. Jam 20.30 kami sudah tiba di gedung Opera, setengah jam sebelum acara dimulai. Sambil ngebatin, klo trip ke luar negeri ajaa, bisa ontime! Hahaha. Turun dari taksi, lah kok masih sepi jaya ya? Hmmmm, okey untuk membunuh waktu, akhirnya kita foto2 di depan gedung Opera, memanfaatkan semua properti yang ada, termasuk foto dibelakang spanduk! Hahahaha..eh tapi banyak yang ngikutin kita foto di sana lho. Setelah 15 menit berlalu, kami memutuskan untuk touch up, karena penampilan kami masih kucel sehabis full day trip. Penonton2 sudah ada yang datang, kebanyakan perempuan dan pake gaun malam. Bisa dibilang baju kami paling casual, ahh tapi namanya juga turis, turis mah bebasssss! Hehehehe.  Selesai mengurangi tampilan kucel, Okey here we gooooo!!

pemanasan foto di belakang spanduk

Waktu membeli tiket ini, kami memilih harga yang paling murah, yaitu 150.000 VND. Alhasil tempat duduknya pun berada di lantai 3 dan agak jauh dari panggung. Sambil mengarungi puluhan anak tangga, saya pun melihat2 arsitektur bangunan ini. Sepertinya gedung ini adalah gedung lama, tapi sudah mengalami beberapa renovasi di bagian langit2 dan tercium bau cat baru di tembok dan pilar2 gedung. 

 
Akhirnya setelah sampai di lantai 3 kami pun segera masuk ke ruangan dan mencari tempat duduk. Kesan pertama: *singgggggggggggggggggggggg* Cuma ada 4 orang ibu2. Ini kemana ya orang2?! Perasaan mulainya jam 9 malem, tapi setengahnya pun belum terisi. Padahal waktupertunjukan dimulai 10 menit lagi dan seingat saya ketika kami membeli tiket, lantai 1 dan 2 sudah banyak yang dipesan dan hampir soldout. ternyata sama2 aja sama budaya Indonesia, jam karet. Hehehehe. Sambil menunggu tempat duduk penuh, akhirnya Saya pun berkeliling untuk motret2 gedung, sedangkan Dinda asyik mengajak ngobrol Ibu2 di sebelah tempat duduk kami.


Renovasi berhasil membuat gedung tampak lebih muda 10 tahun. Jika dilihat dari arsitekturnya, seperti versi mungil gedung Opera di Kodak Theater. Sekitar jam 21.30 tempat duduk mulai terisi penuh, dan acara pun dimulai pada pukul 21.45 *akhirnyaaaa*. Mayoritas penonton adalah orang local Vietnam dan rata2 sudah berumur, err agak merasa “salah tempat” sih, tapi kami melihat ada juga beberapa turis asing bule yang juga menonton acara ini, tapi dilihat umurnya sih udah tua juga. Nah lho!


Penonton di sebelah kami tiba2 bertukar tempat dengan temannya dan mengajak ngobrol kami. Bahasa Inggrisnya cukup baik, karena ternyata pernah tinggal di Amerika. Sesaat sebelum acara dimulai, ia menjelaskan bahwa Konser ini akan diisi oleh penyanyi2 Vietnam yang berkualitas dan sedang nge-top. Tapi penyanyi utamanya adalah Mr. Dams, penyanyi yang lagi digandrungi remaja sampe ibu2. Mr. Dams akan membawakan lagu2 lawas (No wonder banyak pengunjung sudah berumur diantara penonton2. Hihihihihi ) dan juga beberapa lagu baru dari album dia. 

sederhana bgt dibanding konser 3diva

Ibu ini baik sekali, sepanjang acara dia menterjemahkan apa yang MC katakan, dan juga menjelaskan tema lagu dan liriknya kepada kami. Kami pun lega karena ga seluruhnya akan mengalami lost in translation. Hehehe. Intro lagu pertama sudah mulai, Mr. Dams mencul dan seketika teriakan jejeritan cewe2 membahana. Oh ini toh yang namanya Mr. Dams, mukanya udah agak tua sih, seumuran Anjasmara kali ya? Tapi gahuull abessss, rambutnya jigrak2 dan diwarnain. Ciamik lah kostumnya.

see? kaya screen saver windows jaman dulu kan?

Lagu pertama yang dibawakan lagu lawas yang bercerita tentang perang Vietnam. Lagunya sedih sih, menggambarkan suasana pada saat itu. Lagu kedua, masih Mr. Chou juga, nyanyi yang agak gembira. Ibu penterjemah pun mulai tepuk2 tangan kecil sedangkan saya sama Dinda sibuk komentarin tata panggungnya. Tata artistiknya sederhana banget, padahal untuk itungan pertunjukan sang idola numero uno di Vietnam, harusnya kan mewah dan gemerlapan. Jadi kaya pertunjukan teater di kampus2. Background panggungnya malah mengingatkan saya sama screen saver windows jaman dulu, inget kan yang bunga2 wirawiri nonstop di layar computer klo pas idle. Ini belum seberapa, bahkan ketika lagu habis, crew yang gotong2 properti kelihatan jelas seliweran, trus ada pula crew yang masih sibuk ngatur2 kain yang digantung padahal Mr. Dams udah mulai nyanyi. Jiaahhh. Ini belum seberapa, di tengah2 Mr. Dams nyanyi tiba2 ada penonton naik ke atas panggung buat ngasi bunga trus ada freeze moment minta difoto, aneeeehh banget ga sihhh? Hahaha.  

ini ada 4 org goyang2in kain dr masing2 sudut

Saya pun mulai dilanda kebosanan, karena kebanyakan lagu2nya mellow mendayu2 dan nadanya sama. Saya pun mulai main angry birds di ipod. 10 menit pertama, akhirnya kebosanan juga. Saya mencoba menikmati karena udah kepalang tanggung dan ketika mulai focus melihat Mr. Dams nyanyi lagu ketiga, mata saya kok sepet banget ya? Mencoba memejamkan mata sebentar dan alhasil ketiduran ajaaa gituu..hahahahaha..

Entah berapa lama saya tertidur, saya mulai kebangun karena penyanyi featuring sudah mulai muncul, suaranya lantang kaya Christina Aguilera. Sempat terhibur karena memang suaranya bagus dan lagunya enak. Saya lihat Dinda masih diajak ngobrol sama Ibu2 di samping saya, hahaha, kasian Dinda, pasti juga capek kaya saya tapi ga berkutik karena diajak ngobrol mulu sama si Ibu. Lagu ke sekian, Mr. Dams lagi yang nyanyi, dan kaya kesirep saya pun mulai mengantuk lagi dan begitu seterusnya sampai hampir 2 jam. Pas kebangun untuk kesekian kalinya, saya lihat turis asing sudah keluar duluan, dan Dinda ngajakin pulang, dan saya langsung setuju!

Itulah pengalaman lucu saya menonton Opera di Vietnam. Saya baru menyadari, sebenernya bukan pertunjukan Opera juga sih, tapi Konser Mr. Dams yang diadakan di gedung Opera. Djiaaaahh *tepok jidat* tapi lumayan lah bisa numpang tidur ayam 2 jam!

Sunday, December 18, 2011

Day 3 : Chu Chi Tunnel dan pergolakan batin sang claustrophobia

Hari ketiga ini bisa dibilang adalah puncak dari #triphociminh, deg2annya udah dari sebulan sebelumnya. Bahkan H-4 pun saya sudah mulai gelisah tidurnya. Persiapannya agak heboh, dimulai sejak sebulan sebelumnya saya mulai latihan pernafasan, melatih diri agar tidak panikan, browsing di internet tentang cara menangkal rasa takut yang berlebihan dan bahkan mulai ngomong sendiri “the tunnel is wideeeeee and I can do this!”.

Jadi gini, ke HCM klo ga ke chu chi tunnel itu kayak Paris ga ke menara Eiffel, kaya ke Makasar ga ke Losari, kaya ke Korea ga ke Nami Island. Nah masalahnya adalah bagi saya yang claustrophobia ini, agaaaaakkk serem jaya ya klo mesti menelusuri lorong bawah tanah nan gelap dan panjangnya amit2. Tapi yaa kaya penjelasan sebelumnya, ga afdol rasanya klo ga kesitu dan udah saatnya saya bersahabat dengan rasa takut saya ini! *sok berani* hohohoho..

Chu Chi Tunnel
Chu Chi Tunnel adalah jaringan bawah tanah yang menghubungkan distrik Chu Chi  dengan HCM bahkan sampai ke perbatasan Negara Kamboja. Dibangun selama 20 tahun pada 1948 – 1968 di jaman pendudukan Prancis, Chu Chi Tunnel dibuat oleh rakyat Vietnam dengan cara menggali menggunakan tangan dengan rata2 pengerjaan 1 sampai 2 meter perharinya. Perlahan namun pasti, jaringan ini berkembang sampai akhirnya memiliki panjang 250 Kilometer.

Chu Chi Tunnel sendiri terlihat seperti sarang semut, tiap lorong bercabang, menghubungkan antara ruangan yang satu dengan lainnya. Saya terkagum2 mengetahui ruangan di Chu Chi Tunnel, bayangkan, selain tempat penyimpanan senjata, bom, supply makanan dan obat2an, terdapat dapur, ruang peristirahatan, rumah sakit, dan ruang theater untuk mengobarkan semangat para pejuang. mantaaaabbbb..

 
Menurut saya, ini strategi perang terkeren sedunia pada jamannya! Mengetahui bahwa jika berperang, Vietnam akan kalah jauh dari sisi persenjataan dan teknologi, mereka membangun system ini untuk bertahan dari serangan bom bertubi2 dari tentara Amerika. Dengan system sarang semut ini, para Vietcong dapat melakukan serangan mendadak dari segala arah dan kemudian menghilang dalam sekejap tanpa jejak. Serangan ini memaksa prajurit Amerika untuk berperang hand-in-hand dan membuat persenjataan canggih mereka tidak ada gunanya karena serangan mendadak (muncul dari tanah) para Vietcong.

Lubang udara dibuat dengan cara tradisional, yaitu dengan menancapkan bambu ke dalam tanah sampai  menembus ke tunnel kemudian menutupi sekeliling bambu dengan tanah liat, setelah cukup solid, bambu akan dicabut dari tanah dan voila! Jadilah lubang aliran udara dari permukaan tanah ke dalam tunnel.

Untuk bertahan hidup dari gempuran serangan bom yang bertubi2, menyebabkan Vietcong harus bertahan lama di dalam tunnel sampai keadaan cukup aman untuk keluar. Dari informasi tour guide kami, ada yang hidup di tunnel dan tidak keluar sekalipun selama 6 tahun! Meski aman dari serangan bom udara, tetapi banyak juga Vietcong yang meninggal karena serangan hewan2 seperti kalajengking, gas beracun dalam tanah, nyamuk malaria dan sengatan laba2 di dalam tanah.

Banyak cara yang digunakan tentara Amerika untuk melumpuhkan tunnel ini, diantaranya membom akses masuk sehingga meruntuhkan sarang dan menutup akses keluar dan membanjiri tunnel dengan limpahan air. Tetapi usaha tersebut kerap kali gagal, karena Vietcong telah membangun akses lubang keluar tiap beberapa meter, sehingga ditutup 1 lubang pun tidak menjadi masalah, System tunnel ini juga memilik penghubung dengan Sungai Mekong, sehingga ketika dibanjiri air, akan otomatis keluar lagi ke Sungai Mekong.

Saat ini banyak jaringan tunnel yang sudah musnah, tetapi ada 1 tunnel di daerah Ben Duoc yang sengaja dilestarikan dan dibuat lebih lebar dan tinggi untuk mengakomodasi turis yang datang berkunjung dan masuk ke dalam tunnel. Versi aslinya sangat kecil sekali, seperti lubang kelinci, karena mengikuti ukuran tubuh rata2 orang Vietnam pada saat itu serta untuk menghindari agar prajurit Amerika tidak dapat memasuki lubang ini.

versi asli akses masuk Chu Chi Tunnel

Perjalanan dari Cao Dai Temple ke Chu Chi Tunnel memakan waktu 1.5 jam. HTM untuk masuk ke tunnel ini adalah 80.000 VND atau 4 USD. Kami diajak tour untuk melihat langsung akses masuk tunnel dan suasana TKP medan perang Vietnam. Setelah itu, pengunjung yang bersedia, akan diajak masuk ke Chu Chi Tunnel yang memiliki jalan keluar setiap 10 meter bagi pengunjung yang ingin keluar,  tetapi jika ingin meneruskan sampai akhir dapat melanjutkan sampai ujung yaitu sepanjang 60 meter.


mencoba akses masuk tunnel

Bagi claustrophobia seperti saya, ini merupakan moment paling mengerikan sepanjang hidup saya. Stress banget berada di ruangan sempit dan dengan lorong yang seperti tidak berujung. Penerangan berupa senter pun hanya dipegang oleh Guide yang memandu kami. Sehingga kalau tertinggal dikit, akan merasakan sensasi gelap gulita didalam tanah! Hanya 5 (dari 20 orang) yang meneruskan sampai ujung (60 meter) dan saya termasuk diantaranya!! 

Dinda di Chu Chi Tunnel

Yeay?? No!! saya mendeklarasikan bahwa saya, Ratri Indah Septiana, tidak akan pernah mencoba hal2 seperti ini lagi!! Selama di dalam tanah, saya merasakan ketakutan teramat sangat sampai keringat bercucuran dan sempat nangis juga saking takutnya! Cemen? Yaa mungkin, tapi at the time I really had a panicked attack and almost cant breath because of that.

Ternyata ga selamanya mengalahkan rasa takut itu dapat menyembuhkan, sepertinya claustrophobia saya makin menjadi2 setelah pengalaman ini. Hehehehe.

Source photo display map of chu chi tunnel: Google

Friday, December 16, 2011

Day 3: Cao Dai Temple

Sebelum berangkat ke HCM, saya dan Dinda sudah sepakat akan mengunjungi Chu Chi Tunnel dan Cao Dai Temple ketika menyusun itinerary. Dari hasil googling, kebanyakan traveler mengikuti paket tour untuk mengunjungi tempat ini, karena ternyata letaknya cukup jauh dari HCM (3 jam perjalanan). Kami juga dapat informasi bahwa tour2 agent itu banyak terdapat di distric 1, yaitu sepanjang jalan Pham Ngu Lau. Dari semua tour agent kami memilih Saigon backpacker, karena Cuma itu yang masih buka pada jam 12 malam. Hehehe.

Ada beberapa paket pilihan yang tersedia, pilihan kami langsung terpaku pada rencana awal yaitu 1 full day trip to Cao Dai temple and Chu Chi Tunnel. Kami langsung memilih ikut rombongan tour yang lain karena jatohnya lebih murah, hanya 10 USD/person (belom termasuk makan siang dan HTM ke Chu Chi Tunnel). Kalau kami memilih paket yang cuma berdua, jatohnya jadi 61 USD/person. Kenapa lebih mahal? Karena memakai mobil rental dan jadinya lebih private. Klo ikut rombongan tour kita akan bareng2 wisatawan lain yang pada hari itu juga memilih lokasi yang sama dengan menggunakan bis.

Pukul 08.00 teng! Kami langsung ke Saigon Backpacker, dan pada pukul 08.15 kami dijemput dan diantar ke tempat wisatawan sudah berkumpul untuk menunggu giliran naik bis ke lokasi tour. Bisnya berukuran sedang, cukup menampung sekitar 20 orang, ber-AC dan tempat duduknya nyaman. Kami langsung memilih tempat duduk paling dekat, samping supir agar dapat menikmati pemandangan HCM. Tour Guide pun mulai memperkenalkan diri, bahasa inggrisnya fasih untuk seukuran orang Vietnam, walau suka bingung klo dia mulai menyebutkan suku kata “R” pasti agak2 aneh didenger, rata2 orang Vietnam cadel “R”.

Saat kami diminta memperkenalkan daerah asal kami, agak manyun sih, karena Tour Guidenya ga tau Indonesia. Wah parahparahparah!  Tiba2 turis Jepang di belakang kami nyeletuk: “Indonesia??? Last month I went to Indonesia!” Kami pun segera berkenalan dan berbincang2 dengan akrab. Ternyata bulan lalu dia pergi ke Jakarta-Yogyakarta-Surabaya! Waoooww..setelah agak lama berbincang, sekilas kami mendengar bahwa perjalanan akan memakan waktu 3 jam, lalu tanpa disuruh kami pun segera tidoooorrrrr…zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz…

Setelah tidur2 ayam, di 1.5 jam perjalanan kami dibangunkan. Kirain sudah sampai, ternyata kami dibawa ke sebuah pabrik yang menjual berbagai cinderamata buah karya para penyandang cacat. Kami pun turun dan melihat langsung proses pembuatan vas bunga dan ukiran lainnya. Ternyata ga semuanya karyawannya merupakan penyandang cacat, lalu kami diarahkan ke toko souvenir disamping pabriknya, ternyata harga2nya mahal2, 3 kali lipatnya harga di pasar Benh Tanh Market. Karena sudah membeli souvenir di hari sebelumnya, kami pun langsung memilih keluar dan mencari bis. Kami pun melihat rombongan bis lain yang baru sampai. Nampaknya memang semua bis diarahkan untuk datang ke pabrik ini.


Cao Dai Temple
Cao Dai temple terletak di kawasan Tay Nihn, sekitar 60 KM dari HCM.  Kuil ini merupakan tempat ibadah aliran agama Cao Dai, yaitu campuran antara Buddha, Taoisme, Konfusianisme dan Katolik. Ajaran Cao Dai sendiri mengacu pada ajaran etis dari Konfusianisme, praktik okultisme dari Taoisme, teori karma dan kelahiran kembali dari Buddhisme, dan organisasi hirarkis dari ajaran Katolik.

Cao Dai Temple



Cao Dai Temple tampak dalam
Penganut Cao Dai percaya bahwa semua agama pada prinsipnya adalah sama. Cao Dai dipandang sebagai Tuhan yang satu dan dihormati di semua agama besar dunia sehingga pada ajaran ini semua tokoh dari berbagai agama dipandang sebagai orang suci, seperti: Buddha, Konfusius, Yesus, Muhammad, Pericles, Julius Caesar, Joan of Arc, Victor Hugo bahkan Yat-sen. Para Tokoh ini yang  dihormati di kuil Cao Dai, bersama dengan nenek moyang mereka.


Pengikut Cao Dai berusaha untuk mencapai kedamaian batin, menjadi umat yang baik dan menghindari karma buruk. Cao Dai mengajarkan sikap taat dan patuh antara raja dan rakyat, ayah dan anak, suami dan istri. Selain itu ada lima kebajikan yang harus dipenuhi dari ajaran Konfusianisme. Pengikut Cao Dai diharapkan dapat mengikuti rangkaian ritual keagamaan seperti: mempraktekkan vegetarian minimal 10 hari dalam 1 bulan, selalu mensucikan jiwa dan raga dari roh jahat, dan tidak boleh membunuh mahluk hidup.


Pembangunan kuil ini memakan waktu 30 tahun, yaitu dari tahun 1933 sampai 1955. Arsitektur Cao Dai Temple sekilas terlihat seperti gereja, tipe bangunan memanjang ke dalam dan memiliki altar. Langit-langit Kuil dilukis awan sehingga serasa memandang ke langit beneran. Kuil ini memiliki 28 tiang yang berukirkan naga dan 7 kobra, hal tersebut mencerminkan 28 manifestasi Buddha dan 7 jenis emosi manusia. Warna Merah, Kuning dan Biru sangat dominan di Kuil ini, Merah melambangkan Kristen, Kuning melambangkan Buddha dan Biru melambangka Taoisme. 

pakaian untuk beribadah
Foto sama petugasnya
paduan suara dan iringan musik


Simbol segitiga dengan gambar mata kiri di tengah merupakan simbol yang mewakili Tuhan. Menurut ajaran Cao Dai, Tuhan merupakan Yang (dari prinsip Yin Yang), dan Yang berada di sisi sebelah kiri. Terdapat 4 rangkaian peribadatan setiap harinya, yaitu pada pukul 06.00 pagi, 12.00, 18.00 dan 00.00. Pada prosesi ibadah, umat Cao dai diiringi oleh paduan suara dan iringan musik orchestra tradisional Vietnam. Ketika beribadah umat cao Dai menggunakan pakaian serba putih, terkecuali bagi pendeta tertinggi yang menggunakan jubah berwarna menurut kepercayaan mereka masing2 pada Kristen (Merah), Taoisme (Biru) atau Buddha (Kuning).

Monday, December 12, 2011

Day 2: War Remnants Museum, Reunification Palace/Independence Palace, Opera Building, Benh Tanh Market


Hari kedua kami bangun kesiangan! Hahaha, karena memang hari ini akan full day mengelilingi tempat wisata di HCM, kami pun puas2in recharge tenaga karena di hari kedua ini kami berencana akan masih menggunakan kaki sebagai alat transportasi. Hehehe. Kapan lagi kaki mau diajak kompromi jalan kaki sampe lebih dari 5 km?! hihihihi.

Berkunjung ke HCM memang menjadi semacam wisata sejarah, karena di kota ini banyak sekali museum dan gedung2 vintage. Untungnya cuaca pada hari itu tidak terlalu terik, jadi kami menikmati jalan kaki kami sambil melihat kota HCM dari dekat. Banyak juga kok wisatawan asing yang memilih berjalan kaki walaupun mereka lebih cepat sampenya, hahaha, kakinya panjang2 sih ya?!

War Remnants Museum
Sesuai dengan namanya, museum ini merupakan museum sejarah peninggalan perang Vietnam yang berlangsung 30 tahun (1945 – 1974). Di bagian depan museum ini terdapat beberapa pesawat terbang dan tank tentara US yang berhasil disita oleh Vietcong (sebutan untuk pejuang komunis Vietnam) selama perang berlangsung. HTM untuk memasuki Museum ini adalah 15.000 VND/person. 


Museum ini memiliki 4 lantai yang tiap lantai dibagi menjadi beberapa tema:
Lantai 1 museum ini berisi dokumentasi foto semasa Perang Vietnam, reaksi masyarakat dunia serta dokumentasi seruan perdamaian di berbagai belahan dunia. Lantai 2 menampilkan foto2 kekejaman semasa perang, display peluru2 serta senjata yang digunakan semasa perang dan ada satu ruang tersendiri yang memaparkan kekejaman agent orange. Agent Orange merupakan tentara yang ditugaskan menembakkan cairan kimia ke hutan dan ladang perkebunan Masyarakat Vietnam yang diduga dijadikan tempat persembunyian Vetcong. Selain itu tujuannya adalah membinasakan sumber makanan Vietcong agar kelaparan dan segera menyerahkan kalah dari Perang. 



Dampaknya sangat massif, saat itu juga pepohonan mati dan tanah menjadi tercemar bahan kimia. Masyarakat yang terkena cairan kimia langsung melepuh kulitnya, dan banyak anak yang dilahirkan dalam keadaan cacat/gangguan mental karena semasa mengandung, sang Ibu menghirup udara atau mengkonsumsi hasil panganan dari tanah yang sudah tercemar. Lantai 3 merupakan gambaran wajah Vietnam pasca perang dan Vietnam masa kini. Lantai 4-nya saya lupa. Hehehehe.


 Sebagai orang yang menyukai sejarah dunia, saya sungguh menikmati berada di museum ini. Banyak fakta2 dibalik perang Vietnam yang dipaparkan, termasuk foto2 dokumentasi kekejaman tentara US yang membunuh hampir 3 juta penduduk Vietnam (2 juta merupakan penduduk sipil), melukai hampir 2 juta orang dan 300.000 orang hilang selama perang tersebut). Saya merinding melihat tentara US secara membabi buta membunuh orang tua, wanita hamil, bahkan anak kecil. Karena pada saat itu tentara Vietcong banyak yang menyamar sebagai penduduk sipil. Museum ini sangat berhasil menggambarkan suasana pada saat itu, sehingga tanpa sadar, pengunjung seperti diajak kembali ke masa lalu. For me its worthed to visit this museum.

Reunification Palace/Independence Palace
Tempat ini merupakan landmark kota HCM. Jika diperhatikan banyak sekali ditemukan kartu pos atau magnet lemari es yang bergambarkan gedung ini, ga heran sih, karena gedung ini merupakan Istana Presiden pada masa HCM masih merupakan ibukota Vietnam Selatan. Untuk memasuki gedung ini dikenakan biaya 30.000 VND. Istana ini cukup megah dan luaaassss sekali. Yang menarik adalah istana ini memiliki ruang bioskop dan theater mini, ada juga ruangan bawah tanah yang menjadi ruang komunikasi karena banyak terdapat radio dan mesin telegram. Meski gedung ini sudah cukup berumur, tetapi masih dijaga kelestariannya. Yang saya suka adalah petugas yang ramah dan murah senyum kepada pengunjung. Agak beda memang dengan pegawai museum di Negara kita yang kayanya galak dan superr jutek ke pengunjung.

Gedung ini sekilas mirip istana Bogor, karena dikelilingi pepohonan yang asri. Letaknya pun berada di tengah kota dan di posisi tusuk sate. Di sekitar kompleks istana ada beberapa Gedung vintage yang dahulu merupakan tempat tinggal pengawal presiden, namun kepemilikannya sudah diambil alih oleh Perusahaan Swasta sehingga sekarang dialihfungsikan sebagai kantor. Tanpa diduga ternyata kami menemukan café di dalam kompleks Istana ini. Bingo! Kami memang perlu beristirahat sejenak dan meluruskan kaki sudah mulai protes. Kami pun memesan ice coffee latte, enak juga ternyata kopi Vietnam, walau agak asam rasanya.

Opera Building
Di peta kami, terdapat tempat menarik yang ingin kami lihat, yaitu Opera Building. Lucu juga kali ya klo menonton Opera di Negara lain. Hehehe. Pucuk dicinta ulam tiba, ternyata besok akan ada pertunjukan opera jam 21.00 sampai jam 00.00. kami pun membeli tiket seharga 150.000 VND. Menurut penjual tiketnya, pertunjukan ini akan dimeriahkan oleh penyanyi2 Vietnam yang sekarang lagi hitsss berat. Agak gambling juga sih, karena akan dinyanyikan dalam bahasa Vietnam. 


Benh Tanh Market
Its shopping time!! Yeaayy! Sebenarnya agak terlalu cepet sih, hari ke 2 udah beli oleh2 dan belanja belanji. Tetapi karena letaknya searah sama jalan pulang, akhirnya melipir sebentar. “sebentar” disini maksudnya 3.5 jam, bwuahahaha. Benh tanh market ini memang surganya para shopping addict. Pasarnya sendiri terletak di 1 gedung yang menjual souvenir2 vetnam, baju, tempat makan dan kopi Vietnam. Agak mirip sama ITC Ambassador, penjualnya rata2 bisa berbahasa melayu perdagangan seperti: murah kakaaaakkk, beliii kakaaakkk. Penjualnya agak lebih agresif sih, karena mereka kadang suka menarik tangan kita untuk melihat dagangannya mereka. Pasar ini buka dari jam 08.00 – 19.00 namun selepas jam 19.00 terdapat pasar malam di sebelah kanan dan kiri gedung benh tanh market.

suasana pasar malam di samping Benh Tanh Market

Pada jam 19.00 pedagang2 sudah mulai buka lapak, dan fungsi jalan raya pada siang hari sudah dirubah menjadi lokasi pasar malam. Rata2 barang yang dijual sama seperti di Benh Tanh Market. Di pasar malam ini kita bisa banting harga. Disekitar benh tanh market juga terdapat ruko2 yang menjual aneka tas KW Kipling, samsonite, Crumpler, East Pack, Reebok, Adidas, Rip Curl dll. Harganya pun cukup murah2, konon Vietnam merupakan "pabrik jauh"-nya tas2 tersebut, jadi makanya banyak yang jual tas ini. bayangkan, tas crumpler untuk kamera hanya Rp.150.000 aja loh, padahal aslinya bisa seharga Rp. 500.000 jangan ragu2 untuk banting harga yaa, dan lebih baik klo belanja tas kamera/tas koper pake USD aja..karena jatohnya jadi lebih murah..

Tuesday, December 6, 2011

Day 1: lost in Ho Chi Minh City

Sejarahnya dulu Ho Chi Minh City bernama Prey Nokor dan merupakan pelabuhan utama Negara Kamboja. Lalu namanya pun berubah menjadi Saigon ketika kota ini ditaklukan oleh Bangsa Vietnam dan sekaligus didaulat menjadi Ibukota Vietnam Selatan. Pada akhirnya Saigon kemudian diubah namanya menjadi Kota Ho Chi Minh, meskipun nama Saigon masih sering digunakan. Saya memilih kota ini sebagai destinasi travel karena penasaran dengan kotanya, dan juga karena waktu itu dapat tiket PP lumayan murah, yaitu: Rp. 700.000! tetep yaa trip hasil hunting tiket promo. *big grin*

Karena merupakan kawasan asia tenggara, maka tidak diperlukan visa untuk mengunjungi HCM. Perjalanan dari Jakarta – Ho Chi Minh City memakan waktu sekitar 3 jam. Kami pergi dengan maskapai sahabat para backpackers yaitu AirAsia. Hehehe. Sesampainya di Bandara kami langsung menukar uang USD dengan Vietnam Dong (VND) di Money Changer di pintu keluar Bandara.  Perlu diketahui bahwa HCM memakai 2 mata uang yaitu VND dan USD. Ada beberapa money changer, namun tentu saja kami pilih yang harganya paling bagus. Akhirnya kami mengunjungi counter yang paling ramai, dan ternyata benar, rate-nya paling tinggi, yaitu: 1 USD = 21.109 VND. Saya menukar 110 USD dan langsung menerima 2.321.990 VND. Wudiiihhhh berasa jadi orang kaya megang duid sebanyak itu! Hahaha.. *kipas2 uang* 


Melalui salah satu counter, kami juga memesan taksi Vina Sun langsung menuju hotel kami yaitu: Saigon Mini Hotel. Perjalanan memakan waktu sekitar 45 menit dari Bandara ke Kawasan Distrik 1 tempat hotel kami berada. Banyak wisatawan asing yang memilih daerah ini, karena Kawasan ini merupakan kawasan turis backpackers dengan pusatnya berada di Jl. Pham Ngu Lau. Di sepanjang jalan ini dapat ditemui beberapa jenis hotel dan hostel dengan kelas2nya. Dapat juga ditemui beberapa travel agent dan resto. 

Agak sulit menemukan Saigon Mini Hotel karena memang letaknya didalam gang dan tidak bisa dimasuki oleh mobil. Dan gangnya pun ternyata menjadi tempat jajanan kaki lima dan banyak banget orang yang lagi pada makan, jiperrrr euy geret2 koper. Kami memilih hotel ini karena bersih, dekat dengan pusat kota, ber-AC, ada koneksi wifi di kamar dan Murah! Hehehe. Biaya menginap di Saigon Mini Hotel selama 5 hari 4 malam adalah: Rp. 350.000/person. Cukup murah bukan?? Hehehe. Kamar yang kami tempati standar double bed, memiliki kamar mandi di dalam, ada hair dryer dan pemanas air.  Namun harga tersebut belum termasuk sarapan di hotel dan ternyata ga ada air panas.





Sebagai info tambahan, klo ngetrip ke Luar Negri saya selalu hunting hostel/hostel di hostelworld disitu udah lengkap informasinya dan jenis2nya: ada hotel, hostel, dan guess house. Tinggal pilih aja yang sesuai kebutuhan. Tapi klo saya yang penting harus bersih, dekat dari pusat kota, ber-AC, kamar mandi di dalam, akses wifi nyampe ke kamar (atau at least ada PC berakses internet di tempat itu yg bisa digunakan secara gratis), ada kitchennya (jadi bisa masak/manasin makanan).

Setelah check in dan mengabari keluarga, kami pun segera pergi untuk makan malam dan sekalian sight seeing HCM di malam hari. Bagi muslim seperti kami, memang agak kesulitan menemui tempat makan yang halal. Pilihan memang tidak banyak dan mau ga mau, harus makan di junk food macam KFC/Pizza Hut. Range harga makanan di HCM adalah berkisar 30.000 – 50.000 VND. Untuk detailnya:  paket 1 ayam +soft drink + Nasi di KFC berkisar 40.000 VND. Lumayan lah ya, meski ayamnya kecil bangett. Jadi kangen ayam KFC Indo kan gede2 ya? (hidup ayam negri!! Hahaha). Kegiatan selanjutnya adalah berbelanja air mineral dan pop mie untuk sarapan di circle K! 1 liter Aqua harganya 9000 VND dan pop mie (Chicken Flavour) sekitar 5500 VND

Hari pertama kami sempat nyasar, ini peristiwa yang lazim bagi saya, karena dari dulu kalau pergi ke luar negeri di hari pertama selalu nyasar. Masih adaptasi sama peta HCM (ngeles padahal ga bisa baca peta, hahahaha). Kami pun berhasil kembali ke hotel jam 1 malam! Itupun setelah berjalan kaki jauhhh sekali (kami menolak memakai taksi). Perilaku ini jangan ditiru ya, karena tetep aja jalan kaki berdua, di Negara asing, dan di tengah malam itu berbahaya. Walaupun di Negara maju sekalipun tetep mesti waspada. Agak nyesel, apalagi kami sempat melewati kerumunan orang dan polisi, rupanya ada bule yang sedang shock di bajunya pun penuh darah. Entah karena jatoh atau ditodong. Hiyyyyyyyyy!!!!

Monday, December 5, 2011

HCM vs JKT


 Ho Chi Minh (HCM) resmi menjadi trip penutup saya di tahun 2011 ini. Memang tahun 2011 ini saya agak kalap dengan #TravelAchievement : 3 negara dan 3 Provinsi. Agak ngotot memang untuk ukuran newbie seperti saya. Namun berita gembiranya sampai akhir tahun 2011 saya masih punya sisa cuti 4 hari, rencananya akan saya simpen untuk tambahan cuti tahun depan. Hehehe. Lumayan

Trip ini memakan waktu 5 hari dan 4 malam (24 – 28 November 2011), dengan peserta trip hanya 2 orang yaitu Saya dan sahabat saya, Dinda. Cuaca di HCM ketika saya berkunjung cerah berawan, dan beberapa kali sempat mendung dan hujan. Meskipun demikian tetap terasa gerah karena tidak banyak angin yang berhembus, jadi rasanya sumuk sekali. Dugaan saya karena tata ruang kotanya terlalu mepet2, sehingga angin tertahan gedung2 bertingkat. 


Nampaknya tidak banyak wisatawan Indonesia yang berkunjung ke HCM, sepanjang 5 hari trip justru saya selalu disangka orang Malaysia! Bahkan tour guide kami, tidak tahu Indonesia! Weleh weleh. Mungkin karena HCM bukan destinasi pilihan favorit jika dibandingkan dengan Hanoi dengan Halong Bay-nya atau Sepa dengan wisata budaya asimilasi antara Vietnam dan China.


Sebagai bayangan, HCM itu persis seperti suasana di daerah Kota/Pasar Senen. Banyak gedung tua dan arsitektur bangunannya dibiarkan apa adanya sehingga terasa nuansa vintage-nya. “11-12 sama Jakarta” itu kesan saya pas mendarat di HCM. Jika dibandingkan dengan Jakarta memang ada banyak miripnya.


Bikers attitude!
Saya sempet ngira klo pengendara motor di Jakarta itu paling parah sedunia, tapi ternyata ada yang lebih parah!! HCM juaranya!!! jumlah motor di HCM lebih banyak dibanding mobil. Eh salah deng,  bukan hanya ‘banyak’ tapi ‘banyaaakkk bangeeetttt!!’ Jadi kira2 perhitungannya motor dan mobil adalah 20 : 1. Serabutannya? Tetep HCM juaranya! Mau nyebrang aja susahnya minta ampun, karena mereka ga mau berhenti ngasi jalan, bahkan saya udah ngangkat tangan lho. Dan cara nyetirnya lebih parah juga, mereka naik motor ambil jalur di tengah2, dan meski udah di klakson beberapa kali juga ga minggir2. Ada juga sih kelakuan yang mirip2 sama pengendara motor di Jakarta, yaitu: nelpon sambil nyetir motor! Hehehehe. Oia siap2 sakit leher klo nyebrang di jalanan HCM, karena sepeda motor itu datang sewaktu2 dan dari berbagai arah, jadi harus waspada dengan liat kiri-kanan-kiri-kanan-kiri-kanan sampe akhirnya berhasil nyebrang! *sigh..

udah kaya laler, ada dimana2

Oh, Traffic!
Di HCM itu ada macetnya juga, sama kaya di Jakarta, jam macet itu ketika pagi hari dan sore hari ketika pekerja pada pergi dan pulang kantor. Tapi bedanya macetnya disini masih ‘jalan’, alias ga berenti kaya di Sudirman-Thamrin-Kuningan-Mampang-Buncit pas pulang jam kantor. Kalau siang, macetnya hanya di lampu merah, karena tata kota di HCM agak mirip2 di New York, banyak perempatan jalan, dan dikit2 lampu merah. 

Public Transportation!
Menurut saya, transportasi publik HCM lebih baik dari Jakarta. Meski di Jakarta lebih banyak jenisnya, tapi di HCM lebih teratur. Bis umum di HCM berhenti di tiap halte, bisnya lebih besar dan ber-AC. Padahal tarifnya sama yaitu 4000 VND atau Rp. 2000, tarif kaya kopaja tapi besarnya kaya patas 213. Sama seperti di Jakarta, di HCM juga ada ojek, becak, bis dan taksi. Yang membedakan, HCM belum punya KRL dan beberapa bis terakhir beroperasi jam 21.00.

Electricity and Internet Connection
Sama kaya di Jakarta, di HCM juga ada mati lampunya lho. Hahahaha. pernah sekali mengalami mati lampu, untungnya pas udah malem, jadi pas emang jam tidur juga. Jadi tidak mengganggu. Pemandangan yang lazim dijumpai di HCM adalah tiang listrik yang ruwet. Tiangnya cukup rendah bila dibandingkan dengan tiang listrik di Jakarta. Hal ini disebabkan karena banyak bangeettttt kabel listrik yang disangkutin di tiang listriknya, jadi mungkin keberatan kabel akhirnya jadi landai turun ke bawah. Selain itu kabelnya dari berbagai arah sehingga klo dilihat dari bawah mirip sarang laba-laba. Ruwet banget! Hahahaha

spider web


Salah satu yang mudah dicari selama di HCM adalah koneksi Wifi!! Untuk yang ga tahan online macam saya, koneksi internet di HCM lebih kenceng dibanding Jakarta. ditiap resto hampir dipastikan ada koneksi wifi dan bahkan di hotel saya menginap, ditiap lantainya ada routernya. Padahal 1 lantai Cuma ada 2 kamar. Keren yaaa?! Hehehehe..Klo lagi trip ke luar negeri memang yang mesti-wajib-ada itu koneksi wifi di kamar, karena kalau mengaktifkan international roaming di HP muahall bangeettsss, jadi mendingan saya mengabari orang rumah pake email aja. Hehehe. Gratis pula kan?! 

Entertainment
Klo soal ini kayanya Jakarta itu juaranya deh. Mall ada lebih dari 7 bahkan kasta tingkatannya juga untuk mall yang menengah ke bawah, mall kelas menengah dan mall kelas atas.Kedai kopi di Jakarta aja ada macem2, dari yang franchise sampai yang lokal. Mau wisata kuliner pun di Jakarta ga susah, udah banyak resto Jepang, Korea, India, Pakistan, Turki, Cina, dan jajanan kaki lima pun hampir bisa ditemukan tiap 5 meter. Di Jakarta semua ada, lengkap dan rata2 buka 24 jam. Nah klo di HCM hanya di tempat tertentu saja, seperti kawasan turis (distrik 1) itu pusatnya entertainment. Namun yang banyak disana juga club ajojing, bar, dan cafĂ©. Selebihnya tersebar di beberapa wilayah, namun jumlahnya tetap dikit dibandingkan dengan Jakarta. 

“English please….”
Nah klo soal bahasa inggris, penduduk Jakarta tergolong lebih baik dibanding HCM yang acakadul! Yang tergolong fasih berbahasa Inggris ya Cuma tour guide atau agent2 travel. Rasanya Inggris saya turun jadi basic 1 karena penduduk HCM cuma menggunakan percakapan sederhana. Bahkan percakapan macam “where are we?” aja mereka ga ngerti, jadi akhirnya diganti dengan: *nunjuk tanah* *nunjuk peta*. Nah baru deh mereka ngeh klo kita nanya: ini dimana? Jalan apa? *tuinggggg!! Lagi2 bahasa tarzan emang pantas dinobatkan menjadi bahasa international! hehehehe

Begitulah pengamatan saya selama 5 hari 4 malam di HCM, yang ternyata sama ga berbeda jauh sama Jakarta.